Toni Kroos telah membuat keputusan yang mengejutkan para penggemar sepak bola di seluruh dunia dengan mengumumkan pensiunnya setelah Euro 2024. Gelandang Jerman ini telah mencatatkan karier yang gemilang, tetapi keputusan pensiun yang diambilnya menunjukkan ketepatan waktu yang sempurna, tipikal dari salah satu gelandang terbaik sepanjang masa.
Karir Gemilang yang Tak Terlupakan
Setelah pertandingan derbi Madrid yang menakjubkan pada Februari lalu, Isco, mantan rekan setim Kroos, memohon agar dia tidak segera pensiun. "Biarkan kami menikmati permainanmu selama dua atau tiga tahun lagi," tulis Isco di Instagram. Namun, permintaan itu tidak diindahkan. Pada Mei lalu, Kroos mengonfirmasi bahwa ia akan menggantung sepatu setelah Euro 2024.
"Saya senang dan bangga bahwa, dalam pikiran saya, saya menemukan waktu yang tepat untuk keputusan ini dan saya bisa memilihnya sendiri," jelasnya. "Ambisi saya selalu untuk menyelesaikan karir saya di puncak performa."
Kroos mengakhiri kariernya setelah musim yang luar biasa, meskipun berakhir dengan kekecewaan di Euro 2024 saat Jerman dikalahkan oleh Spanyol di perempat final.
Kontroversi dan Keputusan Besar
Selama kariernya, Kroos sering kali kurang mendapat pengakuan yang layak. Ia merasa tidak dihargai di Bayern Munich, yang menyebabkan kepergiannya pada musim panas 2014 setelah Bayern menolak memberinya gaji setara dengan Mario Gotze. Keputusan ini terbukti fatal bagi Bayern dan fans tidak pernah bisa melupakan kesalahan tersebut.
Kroos juga hampir pindah ke Manchester United, tetapi transfernya gagal setelah David Moyes dipecat dan Louis van Gaal tidak tertarik merekrutnya. Akhirnya, panggilan dari Carlo Ancelotti mengubah hidup Kroos, membawanya ke Real Madrid.
Kesuksesan di Real Madrid
Pada 1 Juni, Kroos memainkan pertandingan terakhirnya untuk Madrid dan memberikan assist untuk gol pembuka Dani Carvajal dalam kemenangan 2-0 melawan Borussia Dortmund di final Liga Champions di Wembley. Ini adalah kemenangan Piala Eropa kelimanya bersama Madrid, dan yang keenam secara keseluruhan - rekor yang belum pernah dicapai oleh pemain lain dalam sejarah.
Ketika ditanya bagaimana Los Blancos mencapai era kesuksesan yang begitu luar biasa, Kroos menjawab sederhana, "Ini adalah campuran kualitas dan mentalitas." Jawaban yang juga mencerminkan dirinya sendiri.
Kritik dan Ketenangan
Selama kariernya, Kroos menghadapi kritik, terutama selama musim 2018-19 yang tanpa trofi di Madrid. Namun, Kroos dikenal sebagai pemain yang tidak pernah merasa tertekan. Ketika Zinedine Zidane, mantan pelatih Madrid, memuji ketenangan Kroos di lapangan, ia mengungkapkan kekaguman pada kemampuan Kroos yang tidak pernah kehilangan bola dan selalu bermain dengan elegan dan efisien.
Namun, kritik tetap ada. Di Jerman, beberapa pengamat merasa Kroos terlalu hati-hati. Julukan 'Querpass Toni' ('Toni Samping') sempat disematkan padanya karena gaya bermain yang dianggap terlalu horizontal.
Pensiun yang Sempurna
Keputusan Kroos untuk pensiun mungkin tampak prematur bagi sebagian orang, tetapi bagi Kroos, ini adalah keputusan yang sempurna. Dia ingin dikenang sebagai Toni Kroos yang berusia 34 tahun yang bermain di musim terbaiknya untuk Real Madrid. Dalam konteks ini, pensiunnya adalah langkah yang tepat, sama seperti hampir semua operan yang pernah ia mainkan.
Dengan pensiunnya Toni Kroos, sepak bola kehilangan salah satu maestro lapangan terbaik. Namun, warisan dan pengaruhnya akan terus menginspirasi pemain dan penggemar di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H