Ketika ditanya bagaimana Los Blancos mencapai era kesuksesan yang begitu luar biasa, Kroos menjawab sederhana, "Ini adalah campuran kualitas dan mentalitas." Jawaban yang juga mencerminkan dirinya sendiri.
Kritik dan Ketenangan
Selama kariernya, Kroos menghadapi kritik, terutama selama musim 2018-19 yang tanpa trofi di Madrid. Namun, Kroos dikenal sebagai pemain yang tidak pernah merasa tertekan. Ketika Zinedine Zidane, mantan pelatih Madrid, memuji ketenangan Kroos di lapangan, ia mengungkapkan kekaguman pada kemampuan Kroos yang tidak pernah kehilangan bola dan selalu bermain dengan elegan dan efisien.
Namun, kritik tetap ada. Di Jerman, beberapa pengamat merasa Kroos terlalu hati-hati. Julukan 'Querpass Toni' ('Toni Samping') sempat disematkan padanya karena gaya bermain yang dianggap terlalu horizontal.
Pensiun yang Sempurna
Keputusan Kroos untuk pensiun mungkin tampak prematur bagi sebagian orang, tetapi bagi Kroos, ini adalah keputusan yang sempurna. Dia ingin dikenang sebagai Toni Kroos yang berusia 34 tahun yang bermain di musim terbaiknya untuk Real Madrid. Dalam konteks ini, pensiunnya adalah langkah yang tepat, sama seperti hampir semua operan yang pernah ia mainkan.
Dengan pensiunnya Toni Kroos, sepak bola kehilangan salah satu maestro lapangan terbaik. Namun, warisan dan pengaruhnya akan terus menginspirasi pemain dan penggemar di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H