Film ini terdiri dari 3 alur utama yaitu perjalanan  ke Cirebon, Pembuatan Dokumenter & konflik utama. Dimulai dari perjalanan ke Cirebon sampai pembuatan Dokumenternya, alurnya terasa lambat & membosankan.Â
Saya sendiri ngerasa jenuh di awal sampai pertengahan film ini, ditambah lagi banyak percakapan-percakapan sehari-hari yang monoton dengan jokes-jokes receh yan belum bisa bikin saya tertawa.Â
Kita juga akan lebih banyak melihat pertengkaran ala remaja "new generation" yang tidak pada tempatnya. Barulah di bagian menuju akhir, film ini mulai focus di konflik sampai dengan penyelesaiannya, akan tetapi semua itu sebenarnya sudah terlambat karena dari awal sampai menuju akhir saya sendiri sudah jenuh karena drama yang disajikan punya porsi lebih banyak bila dibandingkan dengan alur cerita utamanya maupun kehororannya. Di 30 menit akhir memang film ini back on the track untuk menjadi film horror yang sesungguhnya & bisa saya nikmati.
3. Kualitas Akting
Secara keseluruhan akting yang ditampilkan oleh hampir semua pemain biasa saja, saya merasa tidak berempati atau khawatir dengan kondisi serta kejadian yang dialami oleh para pemain.Â
Seperti tidak ada feelnya atau ikatan batin yang terkadang bisa saya rasakan ketika menonton film horor lainnya, mungkin bisa saya contohkan pada saat saya menonton film pengabdi setan, dalam film tersebut, saya bisa merasakan kegelisahan keluarga sang tokoh utama & khawatir dengan apa yang bisa terjadi di keluarga tersebut sehingga ketegangan yang terjadi di filmnya terasa konsisten & mempengaruhi otak saya untuk ikut berpikir bagaimana kejadian selanjutnya atau dengan cara apa keluarga ini bisa selamat?.Â
Di film ini saya tidak merasakan seperti itu & seperti datar saja, dengan apa yang terjadi ternyata belum mampu menggugah orang yang melihatnya untuk minimal tertarik dengan konfliknya. Â
Namun demikian ada beberapa wajah yang membuat saya agak betah menonton karena bening dipandang dengan kualiatas akting yang sangat baik. Beberapa wajah yang saya maksud diatas adalah Ute & Arla, kedua wanita ini sangat baik dalam memerankan karakter di film ini.Â
Ute mampu menjadi anak Indigo dengan sifat emosional & sangat peduli dengan temannya apapun yang terjadi, sedangkan Arla mampu menjadi karakter anak kuliahan dengan semangat jiwa muda, ceria, & ambisius dalam menyelesaikan tugas akhir kuliahnya.
4. Kelebihan & Kekurangan
Kelebihan dari film ini ada di beberapa scene yang sangat bagus bila digali lebih dalam lagi. Salah satunya adalah scene adegan menari, tarian yang ditampilkan dalam scene ini sangat indah,sakral & anggun namun sayangnya memiliki durasi yang sangat sedikit. Suasana mencekam & jumpscare juga cukup bisa dinikmati di 30 menit menjelang film ini berakhir. Mengenai kekurangannya sudah saya sebutkan di point nomor 2 yaitu alur tempo yang lambat & membosankan di awal film sampai dengan menuju akhir. Hal ini membuat kita sebagai penonton jenuh & ingin cepat - cepat menyelesaikan filmnya, selain itu yah ini memang film horor jadi kita hanya bisa menikmati serta harus mengikuti logika yang ada difilm & Â bukan film yang mengikuti logika sebenarnya, jadi bila kalian melihat ada kejadian selain hantu yang diluar logika kalian jangan kaget ya.
5. Kesimpulan & Skor
Bila dibandingkan dengan film sebelumnya saya masih sangat menyukai film Keramat I & dari segi kualitas cerita, akting, sound effect, tata rias, Â film ini juga tidak lebih baik.Â
Kalian bisa menonton Youtube bertema blog penelusuran tempat-tempat yang dianggap angker bila kalian ingin nonton film dengan tema seperti ini, menurut saya di Youtube ada yang lebih oke dibandingkan dengan film ini. Skor untuk film ini 6.0 sedangkan IMDB memberikan skor 6.4