Mohon tunggu...
Alko Komari
Alko Komari Mohon Tunggu... Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Eksploitasi Wartawan di Era Milenial, Relevankah?

28 Januari 2018   11:33 Diperbarui: 28 Januari 2018   12:06 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun apakah benar, bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan seperti eksploitasi itu juga bisa dirayakan ?. Misalnya kalah dalam sebuah lomba kemudian dirayakan, lantas apanya yang dirayakan. 

Jika menilik konsep Marx bahwa semua kehidupan apapun profesinya berlandaskan pada asas ekonomi. 

Bagi Marx, menurut berbagai sumber buku, eksploitasi merupakan suatu bagian penting dari ekonomi kapitalis, di dalam kapitalisme adalah bahwa eksploitasi dilakukan oleh sistem ekonomi yang impersonal dan objektif. Kapitalis membayar para pekerja kurang dari nilai yang mereka hasilkan dan meraup keuntungan untuk diri mereka sendiri. 

Hal ini kemudian dikenal konsep sentral Marx tentang nilai surplus, nilai surplus didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai produk ketika dijual dan nilai-nilai elemen-elemen yang digunakan untuk membuat produk tersebut ( termasuk kerja para pekerja).

Nilai surplus, seperti halnya kapital, merupakan relasi sosial partikular dan suatu bentuk dominasi, karena kerja merupakan sumber nilai surplus yang sebenarnya. Angka nilai surplus merupakan ekspresi yang paling tepat bagi tingkat eksploitasi tenaga kerja oleh kapital atau eksploitasi para pekerja oleh kapitalis.

Sekarang pertanyaannya, ketika produk jurnalistik yang dimiliki wartawan bisa mendatangkan nilai yang jauh lebih besar dari yang didapat perusahaan medianya, apakah masih pantas wartawan dikatakan tereksploitasi.

Sekali lagi teknologi sangat menjanjikan sebuah nilai yang bisa melebihi dari yang diperkirakan. Melalui berbagai media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook, Twitter dan media sosial lainnya, wartawan bisa mengeruk nilai yang jauh lebih besar dari nilai yang didapat perusahaan media atas produk jurnalistik yang dimilikinya.

Bahkan nilai yang didapat wartawan bisa berlipat lipat dan dari berbagai media, tidak hanya dari perusahaan medianya sendiri. 

Lalu apakah konsep eksploitasi Marx yang dicetuskan jaman dulu kala masih relevan disematkan bagi wartawan di era milenial sekarang ini. Yang setuju ya silahkan, yang tidak sepakat ya tidak dilarang. Bagi saya ini adalah kajian yang menarik tentang dinamika wartawan dan media di era milenial. 

Saya termasuk orang yang mengamini bahwa semua kehidupan itu dinamis, dan teknologi berperan besar dalam setiap dinamika perubahan jaman. Kalau kita tidak tergerak untuk mengikuti dinamika tersebut maka kita akan habis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun