Mohon tunggu...
Rizki RamdaniHarahap
Rizki RamdaniHarahap Mohon Tunggu... Guru - Tholibul 'ilmi, Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Jurusan Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jadilah Guru PAI yang Ikhlas

10 Agustus 2020   11:06 Diperbarui: 11 Agustus 2020   00:07 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa guru yang ikhlas itu? Ali bin Abi Thalib RA berkata, "Orang yang ikhlas adalah orang yang memfokuskan pikirannya agar setiap amalnya diterima Allah Ta’ala." Bahkan, ada  seorang ulama mukhlisin yang bernama Ayyub As-Sakhtiyaany Radhiyallaahu ‘anhu, berkata:

 "Demi Allah, tidaklah seorang hamba itu yang benar-benar ikhlas kepada Allah, kecuali dia merasa senang apabila dirinya seolah-olah tidak mengetahui kedudukan dirinya." Guru yang ikhlas harus memahami dan menyadari bahwa segala amal perbuatannya mestilah bersih dari sikap riya, oleh karena itu segala amal perbauatannya hanya diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah SWT semata.

 Mu’allim saya pernah menjelaskan bagaimana cara mendapatkan ilmu ikhlas. Beliau tersenyum kemudian berkata, “Ilmu ikhlas itu tidak bisa di dapat hanya dengan membaca buku, mendengarkan ceramah, membantu orang-orang, tapi ikhlas itu didapat ketika kamu berguru dengan guru yang sudah memiliki keikhlasan di dalam hati dan jiwanya”. Saya termenung mendengar ungkapan beliau, lama saya memikirkanya. Akhirnya saya mengerti bahwa hanya belajar dengan guru yang ikhlaslah maka sifat ikhlas itu muncul.

Ikhlas itu diidentikkan dengan perasaan sepenuh hati untuk melakukan sesuatu tanpa mengharapkan apapun. Walaupun demikian, bagi sebuah profesi terutama disini adalah profesi guru, tentu ikhlas yang saya maksud disini bukan berarti kita harus merelakan segala hal, dalam artian guru tidak mengambil upah atau gajinya ketika mengajar di suatu lembaga pendidikan. 

Karena dalam sebuah profesi tentulah ada yang namanya hak dan kewajiban, hak diberikan sedangkan kewajiban harus dijalankan dengan sungguh-sungguh dan setulus hati. Oleh karena itu inilah yang dapat dikatakan ikhlas.

Mengenai hak, disebutkan dalam al-Quran bahwa seseorang yang mensyiarkan, mendakwahkan dan menyebarkan agama Islam termasuk ke dalam golongan fi sabilillah dan memiliki hak mendapatkan bagian dari zakat walaupun ia memiliki kekayaan. Ketika seorang guru menerima atau mendapatkan upah, sungguh dia tidak menghilangkan keikhlasanya, karena ikhlas tidak ada hubungannya dengan menerima atau menolak upah. 

Demikian juga apabila seorang guru meminta upah atau gaji setelah memberikan pelajaran, sejauh guru tersebut menuntut upah itu karena tau bahwa Allah dan Rasulnya memerintah dan menyuruhnya untuk menuntut haknya, maka dia masih terglong orang yang ikhlas. Justru menjadi tidak ikhlas ketika seseorang guru tersebut menolaknya, sementara dia sangat membutuhkannya. Terlebih lagi jika penolakan tersebut beralasan karena tidak ingin disebut sebagai orang yang tidak ikhlas. (Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, 2008)

Saya ambil contoh misalnya ada seseorang yang memiliki hafalan 30 juz yang mutqin, memahami pembelajaran bahasa Arab beserta kaidah-kaidahnya sehingga menjadikannya mahir dalam membaca kitab-kitab turats. Dia memiliki mimpi menjadi guru yang memiliki ekonomi yang cukup sehingga kelak ia akan mampu membuka program-program pelatihan al-Quran dan Bahasa Arab secara gratis kepada masyarakat sekitarnya. Dia ingin mengubah pola pikir mereka bahwa belajar al-Quran dan Bahasa Arab itu wajib bagaimanapun keadaanya dan tidak susah selagi masih mempunyai keinginan yang kuat dan istiqomah dalam menuntut ilmu.  

Apa maknanya dari contoh diatas? Saya berharap kepada semua guru-guru khususnya guru-guru PAI termasuk juga calon guru PAI, boleh mengajar di berbagai sekolah, berbagai lembaga pendidikan, kemudian mengambil upah atau gaji dari mengajar tersebut karena itu haknya sebagai seseorang yang memiliki profesi guru. Karena seorang guru juga butuh uang untuk menjalankan kehidupan ini, kalau kata orang-orang hari ini gak butuh uang? Ke WC umum aja bayar.

Jadi tidak masalah jika seorang guru atau pendidik mengambil upah dari hasil keringat menagajar. Tapi jangan niatkan mengajar itu untuk mendapatkan gaji yang banyak, mendapatkan sertifikasi, atau menjadi guru PNS, Ini yang salah!!!!. Tapi niatkan ikhlas karena Allah sehingga apa yang diajarkan dapat bermanfaat bagi anak didik. 

Kemudian Jika suatu hari nanti seorang guru sudah banyak mengajar di berbagai lembaga pendidikan dan memiliki ekonomi yang mencukupi, luangkan dan sisihkan waktu untuk mengajar secara gratis atau tanpa bayaran bisa itu di masjid atau di rumah meskipun hanya sekali dalam seminggu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun