Fenomena berfestival riyah di atas menjadi hal yang menarik untuk dianalisis. Para pemuda dan mahasiswa merupakan para Agen yang secara sukarela meramaikan agenda-agenda festival. Berbeda dengan program-program lainnya yang membutuhkan branding yang lebih untuk menarik partisipan yang hadir. Naluri pemuda terdorong untuk bertindak Ketika mendengar adanya festival.
The Agency
Untuk memahami tindakan pemuda sebagai Agen Sosial, perlu kiranya kita memahami bagaimana seorang Agen bertindak.
Dalam menganalisis tindakan Agen, analisis seorang sosiolog Bernama Mustafa Emirbayer adalah bentuk analisis kontemporer yang sekiranya sangat cocok. Mustafa Emirbayer memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang sosiologi dari Universitas Harvard pada tahun 1989 dan merupakan Profesor Sosologi di Universitas Wisconsin di Madison, Amerika Serikat. Emirbayer banyak menulis karya-karya interdisipliner dalam Analisa sosiologi kontemporer.
Baginya, diskursus mengenai tindakan Agensi merupakan perdebatan panjang yang tak kunjung selesai. Di satu sisi, para penganut mazhab strukturalis memahami bahwa tindakan agensi itu terkurung dalam istilah Embeddedness, artinya selalu terikat. Mereka akan bertindak apabila terdapat stimulus dari norma atau lingkungan (Emirbayer and Mische 1998; Hlm 965). Mazhab disebut sebagai Nonrational-Normative.
Jika anda penganut mazhab ini, cara yang mungkin digunakan dalam menarik partisipan untuk sebuah program adalah dengan Tekanan Moral yang kuat. Bisa juga membuat aturan-aturan dengan konsekuensi ketika si Agen tidak mau diatur.
Di sisi lain, mazhab Rational-Utilitarian, yang dipelopori oleh teoritikus Pilihan Rasional, menganggap bahwa tindakan Agen dibangun di atas dasar Maximize Utility (memaksimalkan keuntungan). Jadi, para agen akan bertindak jika suatu tindakan itu memberinya keuntungan (Fukuyama 1996; Hlm 24-25). Dalam praktiknya, pandangan ini diimplementasikan dengan strategi memberikan iming-iming terhadap partisipan. Misalkan dengan dihadirkannya konsumsi agar acara ramai, atau dengan memberikan amplop seperti yang sering terjadi di beberapa acara seminar.
Namun, Emirbayer memandang Agency dengan pandangan yang jauh lebih kompleks. Baginya, Tindakan seorang Agen secara relasional dipengaruhi oleh keterlibatan aktor-aktor dari berbagai lingkungan, yang kemudian berinteraksi antara kebiasaan, imajinasi, dan penilaian, dan bergerak responsif terhadap situasi sejarah yang berubah (Emirbayer and Mische 1998; hlm 970).
Secara spesifik, tindakan Agen dapat dipengaruhi dalam tiga dimensi; Iterasional, Proyektif, dan Praktis-evaluatif. Dimensi Iterasional merujuk pada tindakan Agen yang dihasilkan dari Interaksi terhadap pengalaman masa lalu yang perlahan terinternalisasi (Emirbayer and Mische 1998; hlm 971). Misalkan acara-acara yang secara tradisi pasti diadakan tiap tahunnya, seperti ospek pada penerimaan kampus ataupun perayaan tahun baru.
Dalam konteks festival di kampus, mahasiswa menganggap bahwa festival yang diadakan oleh program studinya menjadi sebuah agenda wajib tiap tahun. Selain itu, pengalaman mengikuti festival sebelumnya juga akan menjadi memori yang mendorong tindakan untuk mengadakan festival selanjutnya.
Berikutnya adalah Dimensi Proyektif. Dimensi berbicara tentang rangsangan imajinatif mengenai kemungkinan aksi di masa depan. Tindakan dalam dimensi ini, merupakan hasil dari refleksi harapan, ketakutan, dan keinginan aktor-aktor terhadap masa depan (Emirbayer and Mische 1998; hlm 971). Dalam hal ini, impuls yang mendorong tindakan adalah bayang-bayang Agen terhadap masa depan.