Mohon tunggu...
Alkatiri Dzikri Rahmandhani
Alkatiri Dzikri Rahmandhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang

Saya mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Singaperbangsa Karawang, memiliki hobi bermain musik, dan memiliki ketertarikan di bidang seni lainnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Teori Difusi Inovasi pada TikTok dalam Membentuk Budaya Populer

7 November 2023   10:00 Diperbarui: 7 November 2023   10:42 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan modern teknologi berkembang dengan sangat cepat, kegiatan digitalisasi menjadi sangat umum di kalangan masyarakat, khususnya remaja dan anak muda. berbagai informasi kini sangat mudah untuk didapatkan melalui media sosial yang merupakan platform digital, memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi, berbagi, dan menciptakan konten. TikTok adalah aplikasi media sosial yang telah mengubah dunia sosial media. Aplikasi ini telah menjadi fenomena di kalangan remaja dan anak muda. TikTok dapat dimanfaatkan sebagai media baru untuk berbagai keperluan, seperti pemberitaan, produksi konten, personal branding, dan bahkan untuk tujuan pemasaran. Selain itu, TikTok juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan pendidikan. TikTok merupakan bentuk implementasi teori difusi inovasi yang sangat efektif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengaruh peer group atau kelompok sebaya memiliki peran penting dalam adopsi inovasi aplikasi TikTok. Selain itu, TikTok juga mengalami proses difusi inovasi dalam menghasilkan konten yang disukai oleh pengguna dan membentuk budaya populer.

Apa itu Difusi Inovasi?

Teori difusi inovasi merupakan salah satu teori komunikasi yang erat kaitannya dengan komunikasi massa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara harfiah, difusi adalah proses penyebaran sesuatu (kebudayaan, teknologi, ide) dari satu pihak ke pihak lain. Sedangkan inovasi berarti penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Berdasarkan definisi tersebut dapat digaris bawahi bahwa difusi inovasi adalah proses penyebaran suatu gagasan atau ide dari satu pihak ke pihak lainnya. Teori difusi inovasi mula di populerkan oleh Everret M. Rogers (1964). melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Dalam bukunya, Everett Rogers mengatakan bahwa difusi inovasi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dalam jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

Fenomena Aplikasi TikTok

 

Aplikasi TikTok merupakan salah satu platform media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk membagikan konten video pendek dengan durasi mencapai 3 menit, atau hanya sekedar untuk menonton video yang muncul melalui beranda atau yang lebih sering disebut dengan For Your Page (FYP). TikTok telah menghadirkan berbagai inovasi baru dalam mengembangkan industri kreatif, termasuk dalam pembelajaran, promosi industri kuliner, dan bahkan dalam menciptakan metode pembelajaran yang inovatif. Tiktok memberikan berbagai inovasi bagi penggunanya, dalam beberapa cara yaitu; pada tahun 2022 tiktok telah meluncurkan beberapa fitur terbaru, seperti Tiktok live dan memperpanjang durasi share video sehingga pengguna dapat semakin leluasa dalam membagikan konten. Inovasi yang kreatif dan menarik, dapat menjadi daya tarik dan menjadi alat untuk menyajikan pemberitaan media massa dikalangan remaja, selain digunakan untuk membagikan kreativitas para penggunanya. Tiktok juga dapat digunakan dalam mengembangkan industri kreatif serta menjadi media pembelajaran bagi pendidik maupun penggunan lainnya. Dengan fitur-fitur tersebut tiktok memungkikan penggunanya untuk menjadi konten kreator.

Banyak sekali konten kreator-konten kreator yang bersarang di TikTok, tentunya dengan berbagai jenis konten yang mereka bagikan berdasarkan passion mereka, Saat ini sudah banyak sekali bentuk konten yang tersebar di TikTok, seperti pemberitaan, produksi konten kreatif, personal branding, dan bahkan untuk tujuan pemasaran. Dengan berbagai jenis konten yang tersebar di aplikasi tiktok dapat  memyebabkan terbentuknya budaya populer, karena tiktok dapat diakses oleh berbagai pengguna dipenjuru dunia.

Budaya populer adalah salah satu budaya yang diminati oleh masyarakat karena tidak terikat dengan kelas sosial tertentu. Budaya populer dapat lahir atas kehendak media dan ditentukan oleh interaksi masyarakat satu sama lain dan aktivitas keseharian. Tiktok menjadi salah satu media yang menjadi budaya populer baru, dari pengalaman-pengalaman dan konten trend yang dibagikan akan ditiru oleh masyarakat yang melihat konten tersebut, bahkan sudut pandang yang menyimpang dan hobi seseorang dapat dibenarkan dan ditiru. Ini menjadi suatu budaya poppuler yang terus menurus dilakukan oleh pengguna tiktok.

Platform tiktok membentuk budaya populer

Mudahnya proses budaya-budaya luar yang masuk melalui platform ini menyebabkan berbagai akulturasi dan asimilasi di masyarakat. Proses pencampuran budaya ini menciptakan budaya-budaya baru yang populer. Hal ini dapat dilihat, salah satunya melalui banyakanya kedai-kedai makanan yang mengangkat masakan ala jepang dan korea, karena maraknya budaya jepang dan korea dari tayangan anime dan drama korea yang tersebar melalui TikTok. Fenomena ini dapat dicocokan dengan sudut pandang teori difusi inovasi. Pengguna aktif tiktok menyampaikan gagasan atau idenya dengan membuat dan membagikan kontennya melalui aplikasi tiktok, lalu pengguna lainnya melihat konten tersebut dan menerima gagasan atau ide yang telah dibagikan melalui laman FYP pada tiktok. Proses ini berdampak pada penerapan inovasi oleh pengguna Tiktok yang melihat konten tersebut. Hal ini menandakan bahwa konten berisi inovasi yang dibagikan tersampaikan secara efektif dan tepat sasaran dan membentuk budaya populer saat ini.

Siklus ini berdampak positif bagi adaptasi perkembangan budaya di era digital, meningkatkan kreatifitas mayarakat, serta explorisasi dalam menggali informasi dan pengetahuan secara meluas. Dampak positif juga dapat dirasakan pada berbagai macam bidang industri seperti mengembangkan industri kreatif, menyebarkan inovasi bagi industri kuliner, dan ikut meramaikan industri pariwisata.

Namun mudahnya akses arus informasi melalui platform tiktok ini tidak luput dari dampak negatif yang dapat merusak budaya positif yang sudah terbentuk, seperti banyaknya budaya luar yang masuk ke Indonesia, akan mengakibatkan terkikisnya budaya lokal. Selain itu mudahnya penyebaran gagasan tanpa filterisasi yang baik juga akan menimbulkan budaya berpikir yang salah.

Bagaimana solusi tepat untuk mengurangi proses difusi inovasi pada tiktok yang akan berdampak negatif?

 

Segala sesuatu selalu memiliki dampak baik maupun buruknya, semuanya tergantung bagaimana kita menyikapi fenomena yang terjadi. Penyebaran gagasan atau ide dapat menjadi salah jika penerima gagasan menelan gagasan tersebut secara mentah-mentah tanpa memfilter baik buruknya. Solusinya tentu ada pada individu masing-masing, dengan memfilter segala sesuatu yang masuk dapat mengurangi terkikisnya budaya lokal yang telah menjadi citra positif, selain itu, perlu juga konsumen media digital seperti tiktok mengkaji ulang inovasi, gagasan, serta ideologi yang telah mereka terima dari tayangan di platform sharing khusunya tiktok.

(Alkatiri Dzikri Rahmandhani, Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun