Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pengalaman 11 Tahun Menggunakan Commuter Line

13 September 2016   14:58 Diperbarui: 13 September 2016   18:52 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah pelanggan Commuter Line (CL) selama 11 tahun, dari tahun 2004 hingga tahun 2015. Sejak September 2015 lalu, karena harus pindah tugas ke Bandung, saya jarang lagi naik CL. Sesekali masih naik juga, terutama saat mudik ke Depok di akhir pekan.

Karena itu, sedikit banyak saya juga tahu perkembangan CL atau yang waktu itu populer dengan sebutan KRL (Kereta Rel Listrik) dari tahun ke tahun. Termasuk merasakan langsung berbagai pengalaman yang tidak mengenakkan ketika menggunakan moda transportasi massal tersebut.

Sebelum tahun 2011, pengelolaan KRL terkesan sangat amburadul, baik dari sisi operasi, petugas maupun dari sisi penumpangnya sendiri, semuanya seolah-olah berlomba ingin menunjukkan sisi buruk pelayanan KRL.

Dari sisi operasi, karena menggunakan kereta lama, KRL sering tiba-tiba mogok di tengah jalan. Soal kenyamanan dan keamanan penumpang juga masih menjadi urusan nomor sekian. Hampir setiap minggu terdengar berita adanya penumpang yang jatuh dari KRL atau tersengat aliran listrik di atas gerbong.

Gerbong kereta selalu pengap dan sesak karena kelebihan kapasitas sehingga banyak penumpang yang naik atap. Para Copet juga bebas merajalela menjahili barang dan dompet penumpang. Rata-rata penumpang KRL punya pengalaman soal copet ini. Di dalam gerbong kereta sendiri yang sudah penuh sesak akan bertambah sesak dengan hilir mudik pedagang asongan, pengamen dan pengemis yang berusaha mengais rejeki di KRL.

Mungkin hanya penumpang kelas Ekspress saja yang bisa merasakan kenyamanan naik KRL. Saat itu, pelayanan KRL memang dibagi menjadi dua, kelas Ekonomi yang murah, meriah dan menyusahkan dan kelas Ekspress yang bertarif cukup mahal dengan gerbong AC dan hanya berhenti di beberapa stasiun tertentu saja.

Pengawasan terhadap penjualan tiket juga terlihat sangat lemah karena semuanya masih manual. Saya melihat banyak kebocoran pada penjualan karcis ini. Disinyalir banyak dijumpai karcis palsu, baik karcis sekali jalan maupun abunemen. Di sisi lain, juga ada oknum petugas nakal dari KRL yang menjual kembali karcis bekas.

Pihak manajemen KRL sendiri sebenarnya juga sudah berusaha untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Mulai dari penjagaan di pintu masuk, pemasangan palang pintu cowboy, pemasangan besi di stasiun, penyemprotan kepada penumpang di atas gerbong, penjagaan di pintu keluar dan banyak usaha lainnya. Tetapi pembenahan tersebut terlihat masih sporadis dan belum bisa menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada.

Modernisasi CL

Pembenahan serius dan mendasar baru dilakukan pada tahun 2009 setelah PT KAI (Kereta Api Indonesia) membentuk anak perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ). Proyek modernisasi KRL dimulai pada tahun 2011 dengan melakukan penyederhanaan rute menjadi 5 rute. Setelah itu dilakukan penghapusan KRL Ekspress, penerapan gerbong khusus untuk wanita dan mengubah KRL Ekonomi AC menjadi Commuter Line.

Proyek ini kemudian berlanjut dengan renovasi, penataan ulang, sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta dan penempatan petugas keamanan di tiap gerbong. Pada bulan Juli 2013 KCJ melangkah lebih jauh lagi dengan menerapkan sistem elektronik COMMET (Commuter Electronic Ticketing) dan perubahan sistem tarif kereta.

Penambahan rute perjalanan dan gerbong juga terus dilakukan. Hingga akhir tahun 2015, KCJ telah mengoperasikan 988 rute perjalanan kereta per hari di wilayah Jabodetabek, dari sebelumnya 884 perjalanan. Selain itu KCJ juga terus berusaha menambah gerbong kereta. Dari yang sebelumnya 8 gerbong, menjadi 10 gerbong. Yang sudah 10 gerbong menjadi 12 gerbong terutama untuk jalur dan jam padat penumpang. Untuk bisa menampung rangkaian 12 gerbong tersebut, saat ini tengah dilakukan proyek perpanjangan peron di 16 stasiun. Pembenahan paling mendasar menurut saya adalah pada sterilisasi stasiun dan elektronisasi tiket.Dengan pembenahan yang terus menerus tersebut, menjadikan CL sebagai moda transportasi terbaik di wilayah Jabodetabek. Murah, nyaman, anti macet dan sekali berangkat bisa mengangkut ribuan orang. Tak ada moda transportasi lain yang bisa menandingi CL ini.

CL Juga Responsif terhadap Masukan Pengguna

Selain melakukan berbagai pembenahan sesuai yang telah dirancang oleh perusahaan. KCJ juga terbuka dengan berbagai masukan dari para penggunanya.Pada tanggal 04 Februari 2014 saya pernah menayangkan sebuah gambar di pasangmata.detik.com tentang sticker yang dipasang di setiap pintu CL.

Perlu perbaikan tata bahasa (Sumber :pasangmata.detik.com)
Perlu perbaikan tata bahasa (Sumber :pasangmata.detik.com)
Terus terang, setiap kali membaca sticker tersebut saya merasa keki, terutama pada tulisan “Awas Tangan Kejepit” dan tulisan “Dilarang sandar dipintu automatic”.

Saya kemudian juga me-mention gambar tersebut ke akun twitter @kai121. Akun tersebut mengucapkan terimakasih atas masukan saya dan berjanji akan menyampaikan kepada bagian yang berkaitan. Di kolom komentar saya usulkan kalimat lain sebagai pengganti kalimat tersebut, yaitu “Awas Tangan Terjepit” dan “Dilarang Bersandar Pada Pintu Otomatis.”

Awas Tangan Terjepit (Dokpri)
Awas Tangan Terjepit (Dokpri)
Dilarang Bersandar Pada Pintu Otomatis (Dokpri)
Dilarang Bersandar Pada Pintu Otomatis (Dokpri)
Sayang kolom komentar di pasangmata.detik.com sudah tidak bisa saya buka. Tetapi saya sangat bergembira, ternyata sticker yang ditempel di atas pintu-pintu CL saat ini persis seperti kalimat yang saya usulkan.

Saya tidak tahu, apakah perubahan tersebut karena usulan saya atau dari yang lain. Yang jelas tampilan stickernya kini juga lebih kece dan kalimatnya juga lebih enak dibaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun