Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tiga Alasan Kenapa Saya Harus Pergi ke Bangkalan

25 Juli 2016   21:49 Diperbarui: 25 Juli 2016   22:05 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan pagi di Jembatan Suramadu (Dok Pribadi)

Saya langsung membonceng dia. Sepanjang jalan, dia banyak bercerita soal Bangkalan, soal Syeikhona yang sangat dihormati di Madura. Tak ketinggalan juga soal banyaknya ulama atau kyai terjun ke dunia politik. Bagi dia, kyai atau ulama itu ada maqomnya tersendiri. Jika mereka sudah terjun ke dunia politik, maka umat akan kehilangan pemandunya.

Lumayan juga wawasan Pak Abdul Aziz ini. Orangnya juga menyenangkan. Orang Madura memang sangat egaliter, rasa humornya juga tinggi. Kita goda-goda sedikit juga tidak akan marah.

Cuma  ketika saya memanggil namanya dengan Ra Abdul Aziz,  dia menolak keras, "Sampeyan jangan memanggil begitu. Tidak kuat saya membawanya." Ra adalah panggilan orang Madura untuk putra.Kyai atau Ulama. Orang Jawa Timur lainnya seperti di Jombang atau Kediri, biasa memanggil putra kyai dengan sebutan Gus.

Kira-kira setengah jam dibonceng Pak Abdul Aziz, akhirnya kami sampai ke sebuah masjid besar dengan halaman cukup luas. Di belakang masjid ini Syaikhona Kholil dimakamkan. Masjid ini juga diberi nama yang sama, yaitu Masjid Shaikhona Kholil Bangkalan.

Meskipun masih pagi, komplek tersebut sudah mulai ramai dikunjungi peziarah. Setelah melaksanakan shalat tahiyatul masjid dan dhuha, saya kemudian membaca surat Yasin untuk hadiah pada almarhum.

Setelah selesai, saya kemudian keluar masjid dan mengambil beberapa foto di tempat tersebut. Saya cari lagi Pak Abdul Aziz. Dia tadi mau menunggu saya, asal jangan terlalu lama. Dalam perjalanan balik perbincangan kami tambah seru, termasuk soal ramuan Madura. Dia kemudian menunjukkan sebuah toko jamu jika saya memang berminat. Beli tidak ya ?

Dua tujuan perjalanan saya selesai. Masih ada satu lagi rencana yang harus dilakukan, yaitu berburu kuliner. Ketika berangkat saya berencana mampir ke rumah makan bebek Sinjay. Tetapi dalam perjalanan saya membaca review kuliner bebek yang lain, yaitu bebek Songkem. Ada plus minus tentang kedua jenis masakan bebek tersebut.

Bebek Songkep, dagingnya empuk, bumbu merasuk
Bebek Songkep, dagingnya empuk, bumbu merasuk
Saya harus memilih salah satu di antara keduanya. Bebek Sinjay sudah saya cicipi beberapa hari lalu, sementara bebek Songkem belum. Demi asas keadilan, kali ini saya memilih bebek Songkem, kebetulan letak rumah makannya yang paling dekat adalah bebek Songkem. Itulah yang saya pilih. Rasanya tetap lezat khas bebek Madura.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun