Mohon tunggu...
Ali Zaenuddin
Ali Zaenuddin Mohon Tunggu... Penulis - Masih Mahasiswa

Analis Kebijakan Publik Pada Konsentrasi Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik (IPKP) Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Frustrasi Sosial sebagai Dalang Munculnya Kerajaan "Kaleng-kaleng"

20 Januari 2020   14:00 Diperbarui: 21 Januari 2020   22:32 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat (Sumber: borobudurnews.com)

Awal tahun 2020, Indonesia digegerkan dengan sebuah fenomena sosial yang unik dan menggelikan, yaitu munculnya kerajaan baru. Keraton Agung Sejagat (KAS) merupakan salah satu kerajaan yang baru muncul di awal tahun ini. Kehadirannya membuat seantero Indonesia terheran-heran dan bahkan dibuat bingung oleh kemunculannya.

Keraton Agung Sejagat terletak di Kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah. Keraton ini mulai dikenal publik setelah sekelompok orang mengadakan sebuah acara wilujengan dan kirab budaya dengan penampilan serta dandanan ala kerajaan keraton. Kirab budaya tersebut dilaksanakan tanggal 10 Januari. Tak berselang lama dari prosesi wilujengan tersebut, 12 Januari 2020,  pimpinan KAS yang dipanggil Sinuhun, Totok Santoso Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu Dyah Gitarja, Fanni Aminadia, mendeklarasikan berdirinya Keraton Agung Sejagat. 

Totok Santoso atau Sinuhun memaparkan alasan historis yang melatarbelakangi lahirnya Keraton Agung Sejagat. Dalam paparannya, "Sinuhun" menyebutkan bahwa KAS adalah kerajaan yang muncul sebagai sebuah wujud perjanjian 500 tahun yang lalu antara Kerajaan Majapahit dan Portugis. Perjanjian tersebut dibuat pada masa berakhirnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1518. Padahal berdasarkan fakta sejarah, Kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478. 

Selain soal klaim sejarah yang nyeleneh, Sinuhun juga mengklaim bahwa KAS memiliki kekuasaan di seluruh dunia dengan backup kekuatan pengamanannya berada di Pentagon, Amerika Serikat. Tak main-main, jumlah pengikutnya-pun tidak sedikit, 450 orang. Mereka turut mengabdikan dirinya sebagai bagian dari Keraton Agung Sejagat. 

Usut punya usut, untuk menjadi anggota keraton ternyata tidak gratis. Para pengikut tersebut mengeluarkan uang sebesar  Rp 3 juta sebagai biaya registrasi anggota baru kerajaan. Melalui biaya tersebut, para anggota dijanjikan jabatan tinggi sesuai dengan biaya yang disetorkan pada raja dan ratu, serta iming-iming kehidupan yang jauh lebih baik dan digaji menggunakan mata uang dolar tiap bulannya. 

Berdirinya keraton kerajaan ini ternyata membuat resah masyarakat sekitar serta menjadi perhatian publik karena pemberitaannya begitu viral diberbagai media. 

Oleh karena itu, Polisi tidak tinggal diam dalam merespon fenomena tersebut. Akhirnya pada tanggal 14 Januari 2020 atau berselang satu hari setelah pendeklarasian Keraton Agung Sejagat, Polisi menangkap Raja dan Ratu KAS. Keduanya dijerat Pasal 14 UU RI No.1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana "barang siapa menyiarkan berita atau pemberitaan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat" dan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan, dengan ancaman 10 tahun penjara. 

Dengan ditangkapnya Raja dan Ratu, maka ini menjadi pertanda bahwa Keraton Agung Sejagat (KAS) telah "runtuh" diruntuhkan oleh Polisi.

Komunitas Sunda Empire Dengan Atribut Militer (Sumber: liputan6.com)
Komunitas Sunda Empire Dengan Atribut Militer (Sumber: liputan6.com)

Setelah geger dengan kemunculan Keraton Agung Sejagat, publik kembali dihebohkan dengan adanya sebuah komunitas "Sunda Empire-Earth Empire" yang berbentuk kekaisaran atau imperium di Bandung, Jawa Barat. Informasi mengenai keberadaan komunitas tersebut beredar di  salah satu kanal YouTube yang diunggah oleh akun yang bernama Alliance Press International. 

Dalam sebuah video yang beredar, ada salah seorang dari komunitas tersebut berorasi bahwa masa pemerintahan negara-negara dunia akan berakhir pada 15 Agustus 2020. 

Terlepas dari berbagai macam orasi dan banyolan yang mereka lontarkan, ada beberapa kesamaan atau kemiripan antara Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire-Earth Empire. Pertama, memiliki pengikut yang tidak sedikit. Kedua, mempunyai atribut khusus. Jika Keraton Agung Sejagat identik dengan seragam dan atribut ala kerajaan, maka Sunda Empire-Earth Empire memiliki atribut yang menyerupai atribut militer, lengkap dengan baret, pangkat dan seragam ala militer, yang diperoleh entah dari mana  asalnya.

Frustrasi Sosial atau Penyakit Sosial?
Kemunculan Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire-Earth Empire dapat dikatakan sebagai sebuah respon sosial yang terjadi di lingkungan atau keadaan sekitarnya. Atau dengan kata lain, fenomena tersebut merupakan suatu cerminan dari krisis sosial yang sedang menjangkiti masyarakat kita saat ini. 

Hal ini disebabkan oleh kejenuhan atau kebuntuan sekelompok orang yang tidak memiliki orientasi yang lebih jauh ke depan. Krisis tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni desakan ekonomi, rasa keamanan, maupun keadaan sosialnya. Apabila hadir seseorang yang dapat memberikan jaminan kehidupan yang jauh lebih baik, serta dapat membuatnya keluar dari desakan dan kesusahan ekonomi, maka orang tersebut akan dijadikan sebagai pemimpin. Tawaran, janji serta iming-iming yang diberikan dengan mudahnya dia terima tanpa berpikir kritis dan logis.

Jika lebih jauh dianalisis terkait dengan beberapa penyebab yang menjadi pemicu munculnya disorientasi ataupun krisis sosial dalam suatu kelompok masyarakat, maka akan mengerucut pada fenomena frustrasi sosial, bukan penyakit sosial. Sebab, menurut G. Kartasaputra penyakit sosial itu sendiri muncul sebagai bentuk penyimpangan terhadap norma-norma dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang tidak baik, proses sosialisasi yang negatif atau bahkan karena tidak adanya figur yang bisa dijadikan sebagai teladan dalam memahami atau menerapkan norma-norma dalam masyarakat.

Artinya, penyakit sosial itu muncul karena adanya suatu kelompok yang tidak mau menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, seperti bermain judi, miras, menggunakan narkoba dan perilaku menyimpang lainnya.

Sedangkan frustrasi sosial  disebabkan oleh beberapa hal, antara lain faktor kemiskinan struktural, lonjakan jumlah pengangguran akibat sempitnya lapangan pekerjaan, ketimpangan atau kesenjangan sosial, ketidakpastian masa depan, beban kehidupan yang semakin berat, pembangunan yang tidak merata, naiknya barang-barang kebutuhan pokok, atau bahkan kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat kecil.

Selain itu, mereka menganggap pemerintah tidak mampu memberikan rasa aman dan kedamaian di negeri ini. Artinya frustrasi sosial itu muncul sebagi bentuk kekecewaan mereka terhadap negara dan pemerintah yang tidak mampu memberikan ketenangan dan kesejahteraan. 

Merespon fenomena ini, penulis mencoba menganalisis dengan mengaitkan teori alienasi Karl Marx. Dalam teorinya, Marx mendefinisikan suatu perkembangan atau modernitas sebagai ekonomi kapitalis. Analisis dalam permasalahan ini tertuju pada inti ketidak adilan yang bersembunyi dari hubungan masyarakat dengan sistem ekonomi kapitalis yang bersifat eksploitatif. 

Bisa jadi, gencarnya pembangunan yang digalakkan oleh pemerintah serta suburnya investasi diberbagai sektor, seperti ekonomi dan infrastruktur merupakan sebuah bentuk eksploitasi yang pada akhirnya membuat rakyat tergusur, terasingkan atau teralienasi dari lingkungannya. Sibuk membangun, lupa mensejahterakan. Sehingga muncullah kesenjangan atau ketimpangan, baik di sektor ekonomi maupun sosial yang pada akhirnya menjelma dalam bentuk frustasi sosial di masyarakat. 

Jika mahasiswa melakukan sebuah aksi demonstrasi sebagai bentuk frustrasi sosial merespon kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat kecil, maka orang-orang dengan tingkat pendidikan rendah atau masyarakat biasa yang hidup di pedesaan akan merespon dengan sebuah kontra wacana.

Maksudnya, jika pemerintah tidak bisa memberikan kehidupan yang mudah, murah dan layak, maka apabila muncul seseorang yang menawarkan iming-iming kesejahteraan, kemudahan, jaminan masa depan yang tidak bisa di-cover oleh pemerintah, tentunya orang tersebut akan dijadikan sebagai pemimpin atau orang yang dia hormati. 

Keraton Agung Sejagat di Purworejo dan Sunda Empire-Earth Empire di Bandung adalah jawaban bagi mereka yang telah lama mengidap frustrasi sosial. Tak heran jika kita melihat jumlah pengikutnya yang tidak sedikit. Hal ini menggambarkan bahwa ternyata masih banyak orang-orang di sekitar kita yang mudah tertipu dengan iming-iming kesejahteraan, ketenangan dan kedamaian.

Solusi Permasalahan
Salah satu langkah untuk mengurangi frustrasi sosial adalah dengan menyelenggarakan pendidikan non-formal seluas-luasnya untuk generasi muda yang berpendidikan rendah, khususnya tamatan SMP ke bawah, agar kehidupan mereka tidak sumpek dan menimbulkan disorientasi. Materinya pun beragam, seperti pendidikan sejarah, kebudayaan atau penekanan pada skill dan kompetensi mereka agar siap ditempatkan di dunia kerja guna menekan angka pengangguran. 

Selain itu, pemerintah harus lebih memperhatikan kondisi kesejahteraan dan ekonomi masyarakat kelas bawah yang terus tertekan dengan naiknya barang-barang kebutuhan pokok. Termasuk rencana dicabutnya subsidi LPG 3 Kg. Tentunya hal tersebut akan berdampak pada harga normalnya. 

Oleh karena itu perlu ada kajian ulang, agar tidak mempersulit hidup dan kehidupan rakyat kecil yang dapat memicul gelombang frutrasi sosial yang lebih besar.

Terlepas dari fenomena tersebut, perlu kiranya dilakukan sebuah edukasi terhadap masyarakat terutama dalam mencegah mereka dari pengaruh iming-iming oknum tertentu. Masyarakat kita kerap kali terpedaya oleh hal-hal yang menawarkan imbalan atau reward dalam waktu cepat. Hal ini tidak lepas dari kondisi sosial masyarakat kita yang kerap kali kepo atau penasaran dengan pencapaian orang lain.

Kerap membanding-bandingkan terhadap capaian diri sendiri dengan orang lain. Inilah yang membuat orang tergiur dengan keuntungan-keuntungan yang ditawarkan melalui cara yang instan tanpa berpikir jernih dan logis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun