Mohon tunggu...
Ali Zaenuddin
Ali Zaenuddin Mohon Tunggu... Penulis - Masih Mahasiswa

Analis Kebijakan Publik Pada Konsentrasi Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik (IPKP) Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Frustrasi Sosial sebagai Dalang Munculnya Kerajaan "Kaleng-kaleng"

20 Januari 2020   14:00 Diperbarui: 21 Januari 2020   22:32 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat (Sumber: borobudurnews.com)

Keraton Agung Sejagat di Purworejo dan Sunda Empire-Earth Empire di Bandung adalah jawaban bagi mereka yang telah lama mengidap frustrasi sosial. Tak heran jika kita melihat jumlah pengikutnya yang tidak sedikit. Hal ini menggambarkan bahwa ternyata masih banyak orang-orang di sekitar kita yang mudah tertipu dengan iming-iming kesejahteraan, ketenangan dan kedamaian.

Solusi Permasalahan
Salah satu langkah untuk mengurangi frustrasi sosial adalah dengan menyelenggarakan pendidikan non-formal seluas-luasnya untuk generasi muda yang berpendidikan rendah, khususnya tamatan SMP ke bawah, agar kehidupan mereka tidak sumpek dan menimbulkan disorientasi. Materinya pun beragam, seperti pendidikan sejarah, kebudayaan atau penekanan pada skill dan kompetensi mereka agar siap ditempatkan di dunia kerja guna menekan angka pengangguran. 

Selain itu, pemerintah harus lebih memperhatikan kondisi kesejahteraan dan ekonomi masyarakat kelas bawah yang terus tertekan dengan naiknya barang-barang kebutuhan pokok. Termasuk rencana dicabutnya subsidi LPG 3 Kg. Tentunya hal tersebut akan berdampak pada harga normalnya. 

Oleh karena itu perlu ada kajian ulang, agar tidak mempersulit hidup dan kehidupan rakyat kecil yang dapat memicul gelombang frutrasi sosial yang lebih besar.

Terlepas dari fenomena tersebut, perlu kiranya dilakukan sebuah edukasi terhadap masyarakat terutama dalam mencegah mereka dari pengaruh iming-iming oknum tertentu. Masyarakat kita kerap kali terpedaya oleh hal-hal yang menawarkan imbalan atau reward dalam waktu cepat. Hal ini tidak lepas dari kondisi sosial masyarakat kita yang kerap kali kepo atau penasaran dengan pencapaian orang lain.

Kerap membanding-bandingkan terhadap capaian diri sendiri dengan orang lain. Inilah yang membuat orang tergiur dengan keuntungan-keuntungan yang ditawarkan melalui cara yang instan tanpa berpikir jernih dan logis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun