Mohon tunggu...
Al Iz Kusuma
Al Iz Kusuma Mohon Tunggu... -

pen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nenek Dimana

24 April 2014   05:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:16 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ahad. 18 januari 2009..

Hari-hari terakhirku berada dikota yang dingin ini. Menyiapkan segala sesuatunya untuk wisudaku nanti. Aku pontang panting kesana kemari karena waktu yang sudah mendesak, mempersiapkan penjilidan tugas akhir dan sebagainya. Hari yang sangat melalahkan..
Aku berniat membeli minuman dingin dan makanan kecil lalu kembali melanjutkan urusanku..

Siang itu sanggat terik..
Cahaya matahari terasa menyilaukan mata
Tampak seorang nenek tua dengan pakaian yang tidak terlalu kotor dan juga topi rimba sedang duduk bersandar disebuah tiang depan pintu pusat perbelanjaan..

Ya.. Nenek itu sedang mengemis..
Dia menengadahkan tangan sambil menundukan kepalanya, mungkin karena kantuk atau sinar matahari yang memantul dari jalanan membuat matanya tak kuat.

Sebenarnya dia terlihat sangat mengganggu pemandangan, dia mengemis sambil menyender dan menundukkan muka.
Seperti pengemis yang malas. Belum lagi batuknya yang membuat telinga risih.
Ya.. Dia batuk sepanjang waktu dengan suara batuk yang menjijikkan..

Banyak orang yang lalu lalang memang, keluar masuk pintu dan melewatinya, terkadang ada yang memberi uang agak banyak setelah berbelanja. Tapi kebanyakan dia mendapatkan uang receh. Dia selalu mengangguk saat mendapatkan uang tanpa mengucapkan apa-apa, sekedar untuk menunjukkan rasa terimakasih..

Aku memasuki pusat perbelanjaan itu, membeli barang-barang keperluanku hingga aku melewati rak yang berisi obat-obatan, sekilas saja mataku tertuju pada obat batuk cair dalam kemasan botol, iseng saja aku ambil obat itu toh juga murah harganya.

Aku bayar semua lalu pergi menuju pintu pusat perbelanjaan itu, ahh nenek itu sedang tertidur sepertinya. Kasihan..
Aku letakkan saja obat batuk itu di tanganya lalu aku pergi..
sebanyak apapun uang nenek itu pasti tidak akan juga disisihkan untuk beli obat, mungkin lebih bermanfaat kalau aku memberinya obat saja.

Esok hari..
Aku di sms temanku yang dulu tinggal satu kost denganku untuk menemuinya di ATM sebuah kampus yang aku lupa namanya.
Aku temui saja dia mungkin ada perlu. Keluar dari mengambil uang dia menyodorkan uang 100 rb padaku.

Aku_ apa ini..?
Temanku_ dulu aku pernah ngambil uangmu, waktu itu aku butuh uang, mau pinjam juga malu, jadi aku ambil saja, sekarang aku kembalikan, maaf ya..
Aku_ ambil didompetku..?
Temanku_ bukan. Waktu kamu mau mandi uangmu jatuh dari celana yang kamu bawa..
Aku_ (bingung..) Aku kok nggak ngerasa kehilangan uang ya.. Bukan uangku mungkin.
Temanku_ uangmu kok. Aku lihat jatuhnya soalnya.. sekali lagi maaf lo ya..
Aku_ ohh.. Iya nggak papa (sebenarnya agak kesel juga temenku kok mengambil uangku. Tapi.. Kejujuranya itu, layak dibayar mahal. aku sangat menghargainya).. Ya kok tau kalo aku lagi nggak punya uang sekarang. Hehe..Rejeki..

Lantas kami pulang sendiri-sendiri karena temanku mau pergi lagi. Aku pun pulang tapi aku mampir dulu ketempat perbelanjaan kemarin karena parfum bajuku habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun