Akhir -- akhir ini viral dimedia social sebuah video yang menunjukkan situasi di mana seorang petugas PT KAI yang sedang menahan seorang ibu yang katanya berniat membuang bayinya di stasiun Pasar Minggu. Dari kejadian tersebut, banyak warga internet yang berpendapat bahwa ibu tersebut mengalami baby blues.Â
Kata baby blues sendiri masih asing dikalangan masyarakat dan kadang kali dianggap remeh oleh sebagian orang. Namun perlu diketahui bahwasannya baby blues itu ada dan nyata, bahkan dampak dari baby blues juga dapat membahayakan bagi ibu maupun anak. Â Apa sih baby blues itu ? secara singkat baby blues dapat dimengerti sebagai kondisi seorang ibu yang mengalami depresi ringan pasca melahirkan.
Kondisi depresi sendiri bisa terjadi karena adanya tekanan dari sekitar atau bisa saja terjadi karena rasa trauma akan suatu hal yang menciptakan rasa ketidaknyamanan sehingga menciptakan suatu ingatan tersendiri.Â
Akankah keluarga dapat menjadi penyebab dari depresi ringan atau baby blues? Keluarga merupakan sekumpulan orang yang masih memiliki hubungan darah dan tinggal serumah.Â
- Pengertian Baby BluesÂ
Pada umumnya seorang wanita akan  melahirkan dan menjadi seorang ibu. Kehadiran anak dalam suatu keluarga merupakan anugrah terbesar dan yang selalu ditunggu tunggu dalam berumah tangga,  kehadiran seorang anak juga dapat menciptakan kebahagiaan tersendiri bagi suatu keluarga.Â
Melahirkan merupakan suatu proses yang panjang dan menyakitkan akan tetapi nyawa juga bisa menjadi taruhannya, dalam proses ini yang dikeluarkan adalah hasil konsepsi atau yang biasa dikenal dengan bayi yang berada dalam kandungan.Â
Pada masa kehamilan seorang wanita akan mengalami perubahan dari segi apapun dari yang fisik hingga psikis juga. Dan ketika seorang Wanita sudah menyandang gelar sebagai ibu ia dituntut untuk menjalani kehidupan yang berbeda dengan yang sebelumnya, tanggung jawab yang di embannya justru akan semakin banyak yaitu mengurus keluarga terutama anak dan juga mengurus rumah tangga.Â
Dengan adanya situasi tersebut seorang Wanita perlu melakukan penyesuaian dalam menghadapi peran dan tanggung jawab baru yaitu sebagai seorang ibu dan juga istri.Â
Ketika Wanita tidak dapat melakukan penyesuaian diri terhadap status barunya hal tersebut dapat memicu gangguan psikologis yang dapat disebut dengan baby blues / postpartum depression / depresi pasca melahirkan. Jadi, baby blues adalah suatu kondisi dimana seorang ibu  yang baru melahirkan mengalami perubahan mood yang  cukup parah. (Rusli et al., 2011).
Menurut (Suryati, 2008) dalam artikelnya menyebutkan bahwa, baby blues adalah suatu masa terganggunya fungsi psikologis ibu setelah melahirkan, yang berkaitan dengan alam perasaan sedih yang berlebihan, dan diikuti dengan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya, serta adanya gagasan ingin bunuh diri.
- Gejala Baby Blues
Banyak ibu yang mengalami kondisi ini setelah melahirkan, emosi  berlebihan dan perasaan sedih yang  disertai tangisan  yang tidak diketahui penyebabnya. Pada saat ini mungkin kita tidak dapat lagi  melihat ibu tersenyum atau tertawa. Beberapa ibu merasa sangat khawatir, cemas dan tegang. Â
Beberapa ibu merasa tidak enak, tidak nyaman, nyeri dimana -- mana , sakit, dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Bantu dia atau sembuhkan dia. Kebanyakan ibu merasa sangat lelah, lesu ataupun malas hampir setiap kali setelah melahirkan. Selain daripada itu  Seringkali kita menjumpai ibu-ibu ini sulit  tidur, beberapa bahkan  tidak bisa tidur.(Suryati, 2008)
- Penyebab Kemungkinan Terjadinya Baby Blues
Menurut Kruckman, terjadinya depresi pasca melahirkan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1. Biologi, khususnya perubahan hormonal yang terjadi pada masa nifas.
2. Karakteristik ibu, antara lain:
-  Faktor usia. Faktor usia seorang wanita pada saat hamil dan melahirkan seringkali dikaitkan dengan persiapan mental seorang wanita untuk menjadi  ibu;
- Faktor pengalaman. Depresi pasca persalinan lebih sering terjadi pada wanita yang baru pertama kali melahirkan, karena menjadi ibu dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bayi merupakan situasi yang benar-benar baru bagi ibu;
- Faktor pendidikan. Ibu yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan  ibu yang bekerja dan tuntutan ibu rumah tangga;
- Faktor  proses persalinan. Hal ini mencakup durasi persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama proses kelahiran;
- Faktor dukungan sosial. Dengan bantuan banyak kerabat selama hamil, melahirkan dan nifas, beban kehamilan ibu  sedikit banyak berkurang. (Rusli et al., 2011)
Selain itu juga, penyebab baby blues juga dapat dikarenakan adanya kecemasan, kekhawatiran karena memikirkan ketidaksiapannya dalam merawat anak dan juga bisa saja karena keletihan atau kelelahan saat proses persalinan.
- Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Baby BluesÂ
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu  kula dan warga "kulawarga" yang berarti "anggota atau kelompok kerabat".  Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu.Â
Keluarga inti (nuclear family ) terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Adapun keluarga non-inti atau yang dikenal dengan keluarga luas (extentended family) yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek, nenek yang sama termasuk dari keturunan masing-masing isteri dan suami. (Kamali & Nawawi, 2023)
Dukungan keluarga dapat diberikan secara emosional, meliputi perasaan cinta dan kasih sayang, yang akan membuat ibu merasa diperhatikan dan dapat mengurangi kesedihan, selain itu juga memberikan informasi termasuk mencakup nasehat dalam menghadapi permasalahan, memberikan tempat bagi ibu  untuk berkeluh kesah dan membantu ibu dalam belajar atau beradaptasi dengan peran mereka.Â
Sebagai seorang ibu baru, dukungan konkrit berupa dukungan fisik dan materil membantu ibu merasa terdukung dalam merawat bayinya sehingga ia dapat mempunyai waktu istirahat dan  tidur malam yang nyenyak karena harus tetap terjaga. untuk menyusui, dan penghargaan tersebut membuat ibu merasa dihargai atas usahanya dalam mengasuh anak dan menikmati hubungan timbal balik dari suami dan mertuanya, sehingga memotivasi ibu untuk melakukan  yang terbaik.Â
Dukungan keluarga pada ibu akan mengurangi terjadinya baby blues, hal ini sesuai dengan teori  Taylor yang menyatakan bahwa manfaat dukungan sosial  efektif dalam mengurangi kondisi bahaya psikologis pada saat stres.Â
Dukungan sosial juga tampaknya mengurangi risiko penyakit dan mempercepat pemulihan, dan dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk  dukungan sosial.
Memang dalam proses adaptasi peran barunya sebagai seorang ibu baru kurang mendapatkan dukungan suami dan kurang mendapat perhatian, sang ibu masih harus melakukan pekerjaan rumah tangga selain mengasuh anak dan tidak mendapat bantuan apapun dari suaminya.Â
Sedangkan ibu nifas yang tinggal bersama orang tuanya mendapat dukungan moderat dari keluarga karena mereka mendapat bantuan untuk beradaptasi dengan peran barunya sebagai ibu dan mengasuh anak, serta bantuan  dari orang tua suami.Â
Sang ibu juga menarik perhatian orang tua dan mendapat banyak tips dan nasehat dalam merawat anaknya, sehingga ia tidak menderita baby blues  karena mendapat pertolongan yang nyata dan adanya hubungan timbal balik dari sebagian keluarga.
Sedangkan ibu yang tinggal bersama keluarga suaminya kurang mendapat dukungan dari keluarga, hal ini disebabkan kurangnya dukungan, informasi, bantuan dan interaksi antara ibu nifas dengan keluarga suaminya.Â
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2009) yang menyimpulkan bahwa dukungan keluarga sangatlah penting dan tidak dapat dianggap remeh, serta menciptakan suasana positif bagi ibu untuk menjalani hari-hari pertama yang melelahkan juga tidak kalah pentingnya. Sebab dukungan atau sikap positif  pasangan dan keluarga akan memberikan kekuatan pada ibu.Â
Beradaptasi dengan peran baru seorang ibu bukanlah hal yang mudah, jika seorang ibu tidak  beradaptasi dengan baik maka ia akan mengalami gangguan psikologis seperti stres, sehingga ia tidak dapat menjalankan peran sebagai ibu dengan lebih baik, hal ini akan mengganggu kehidupan masyarakat. . hubungan antara ibu dan anak. (Gutira & Nuryanti, 2010)
Oleh karena itu, perlu diketahui bahwasannya peran dan dukungan dari suami ataupun keluarga sangatlah berarti bagi seorang ibu baru ataupun anaknya. Tidak ada salahnya mengalah dan menurunkan gengsi atau ego untuk memberikan semangat ataupun dukungan kepada seorang ibu baru. Dan juga janganlah terlalu banyak menuntut, entah itu menuntut perihal jenis kelamin bayi yang akan lahir dan menuntut seorang wanita untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah  sendirian pada saat masa nifasnya. Jagalah kestabilan psikologis seorang ibu yang baru melahirkan, karena ia sudah mempertaruhkan nyawanya.
 DAFTAR PUSTAKAÂ
Gutira, T., & Nuryanti, L. (2010). Relationship Between Family Support and the Occurrence of Baby Blues Syndrome in Post Secio Caesaria Mothers. Jurnal Llmiah Berkala Psikologi, 12(2), 194--200.
Kamali, M., & Nawawi, N. (2023). Pendidikan keluarga dalam perspektif Islam. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 7(1), 1--9. https://doi.org/10.58258/jisip.v7i1.4303
Rusli, R. A., Meiyuntariningsih, T., & Warni, W. E. (2011). Perbedaan Depresi Pasca Melahirkan pada Ibu Primipara Ditinjau dari Usia Ibu hamil. 13(01), 21--31. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/artikel 3-13-1.pdf
Suryati, S. (2008). the Baby Blues and Postnatal Depression. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 2(2), 191--193. https://doi.org/10.24893/jkma.v2i2.32
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI