Mohon tunggu...
Aliya Rahmawati Nur Izuri
Aliya Rahmawati Nur Izuri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sosiologi, FIS UNJ

Sunrise.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Quarter Life Crisis pada Pemuda Millennial

28 April 2020   21:24 Diperbarui: 29 April 2020   23:17 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seorang pemuda mulai memasuki usia 20 tahun tentu mulai terbersit pertanyaan-pertanyaan diri tentang bagaimana ia akan menjalani kehidupan ke depannya. Seseorang sudah tidak lagi disebut remaja, sudah tidak lagi di bawah tanggung jawab orang tua. Namun kini ia mulai menjajaki masa pendewasaan dan belajar untuk dapat berdiri di atas kakinya sendiri. 

Ketakutan-ketakutan akan kegagalan serta mimpi yang tak menjadi kenyataan terus membayangi mereka. Hal tersebut juga diperparah dengan tingginya tuntutan baik dari keluarga maupun lingkungan masyarakat. Sehingga segala harapan yang digantungkan padanya seolah menjadi beban dalam menapaki langkah ke depannya.

Hal tersebut merupakan contoh penggambaran dari fenomena quarter life crisis yang kerap dialami oleh pemuda. Sebuah fase hidup dimana kita seringkali merasa ragu, cemas, bingung, serta mulai mempertanyakan langkah dan tujuan hidup. Kondisi tersebut membuat kita harus berpikir lebih dalam ketika menjalani kehidupan, sebab kita merasa terdapat hal yang harus diubah dan diperbaiki dalam diri. Namun di sisi lain kita pun dihadapkan pada rasa takut dalam mengambil langkah dan keputusan untuk mengubah dan memperbaiki diri tersebut.

Individu yang di dalam melewati tahapan perkembangannya tidak mampu merespons dengan baik berbagai personalan yang dihadapi, diprediksi akan mengalami berbagai masalah psikologis, merasa terombang-ambing dalam ketidakpastian dan mengalami krisis emosional atau yang biasa disebut dengan quarter-life crisis (Robbins dan Wilner, 2001; Atwood & Schotlz, 2008). Menurut Fischer (2008) quarter life crisis adalah perasan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an. Nash dan Murray (2010) menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi ketika mengalami quarter life crisis adalah masalah terkait mimpi dan harapan, tantangan kepentingan akademis, agama dan spiritualitasnya, serta kehidupan pekerjaan dan karier.

Ketika usia telah memasuki 20 tahun tentu telah banyak mimpi-mimpi dan harapan yang telah kita susun. Target-target telah dibuat seraya berusaha menggapainya satu persatu. Namun baru disadari, nyatanya beberapa hal tidak sejalan dan sulit untuk dipertahankan. Meskipun sulit bukan berarti tidak mungkin. 

Tentu dibutuhkan pertimbangan jika ingin terus berusaha meraihnya. Hal tersebut seperti rencana yang telah dibuat setelah kita lulus kuliah untuk dapat membuat suatu usaha. Namun nyatanya hal tersebut tidak dapat dilakukan karena suatu keterbatasan maupun tuntutan lain dari lingkungan. 

Selain itu, juga tentang mimpi-mimpi dalam memiliki suatu hal. Misalnya, harapan untuk memiliki kendaraan pada usia 23 tahun, memiliki rumah pada usia 25 tahun. Timbul kecemasan dalam memikirkan apakah mimpi-mimpi tersebut dapat terwujud seperti yang telah diharapkan.

Setelah menyelesaikan studi S1 tentu pemuda kembali dihadapkan pada pilihan. Yaitu untuk melanjutkan studi S2, atau memilih bekerja, atau melakukan keduanya. Pilihan tersebut tentu harus diambil dengan pertimbangan. Tidak hanya memikirkan tentang diri sendiri, apa yang dilakukan oleh pemuda juga serta merta dilakukan untuk menyenangkan dan membanggakan keluarga. Sehingga pilihan tersebut juga harus diambil dengan mempertimbangkan kondisi dan keinginan keluarga. Sebab keluarga tentu memiliki harapan dan tuntutan terhadap pemuda, yaitu anaknya.

Memasuki usia 20 tahun, pemuda mulai membenahi dan mencari identitas diri yang sebenarnya. Termasuk pada kepercayaan dan spiritualitas. Pemuda mulai bertanya-tanya tentang langkah yang telah dijalaninya selama ini. Dimana hal tersebut cenderung atas ajaran keluarga yang telah turun temurun. Namun seiring berjalannya waktu. pemuda telah belajar dan bertemu banyak hal yang dapat mempengaruhi pola pikirnya. Pemuda dapat mempertanyakan jati dirinya, sehingga jika pemuda tidak berpegang teguh pada apa yang telah ia anut, bukan tidak mungkin akan terjadi pergolakan batin pada dirinya. Sehingga lingkungan dapat membuatnya berhadapan pada perubahan besar.

Salah satu tujuan dari rangkaian pendidikan yang telah kita jalani yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Adapun kehidupan yang baik dapat diraih dengan pekerjaan dan karier yang mapan, lancar, dan sesuai dengan apa yang kita minati. Sehingga diharapkan dapat membawa kesuksesan dan meningkatkan taraf hidup. Namun pada fase quarter life crisis, pekerjaan dan pencapaian seolah menjadi beban terberat yang dirasakan pemuda. Muncul pertanyaan dan keraguan atas hidup yang tengah dijalani. Mulai membandingkan pencapaian diri dengan orang lain. Bertanya-tanya tentang apakah pilihan pekerjaan yang dimiliki memang sudah tepat. Apakah lebih baik memilih pekerjaan dengan jenjang karir yang pasti alih-alih mengikuti passion diri. Atau justru sebaliknya, apakah bekerja dengan mengikuti passion diri lebih baik dibanding pekerjaan yang sudah dijalani. Hal tersebut merupakan kecemasan dan keraguan yang kerap dirasakan oleh pemuda.

Tak hanya itu, permasalahan terkait percintaan juga kerap dirasakan pada fase quarter life crisis. Timbulnya keraguan pada pasangan karena memikirkan apakah dia adalah jodoh yang sebenarnya. Kecemasan karena merasa belum menemukan pasangan yang cocok dan sesuai untuk dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Serta mulai membandingkan kisah percintaan diri dengan orang lain yang dirasa jauh lebih baik. Bahkan beberapa diantaranya sudah berani untuk berkomitmen ke jenjang pernikahan. Hal tersebut diperparah dengan adanya pertanyaan yang dilontarkan orang sekitar seperti, "Kamu kapan nikah?", "Kamu kapan nyusul dia?" hingga "Kok masih sendiri aja?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun