Dalam Masyarakat Aceh terdapat kelompok ulama (tradisional) yang dipanggil dengan sebutan Tengku (Tgk) di depan namanya, sedangkan ulama intelektual lulusan dari Perguruan Tinggi. Adapun, kelompok turunan Sultan/Raja yang sering dipanggil dengan sebutan Tuwanku (Twk) di depan namanya. Sedangkan untuk Ulee Balang/Bangsawan umumnya yang memegang kekuasaan di masa penjajahan Belanda dipanggil dengan sebutan Teuku (T). Adapula sekelompok Masyarakat Aceh yang menghubungkan mereka dengan keluarga Nabi Muhammad yang dipanggil dengan Habib atau popular dengan Said (S) di depan namanya. Namun, semua strata kedudukan sosial itu tidak menimbulkan hak-hak istimewa pada bidang sosial politik di masyarakat, melainkan tergantung pada kemampuan dan kekuatan usahanya.
d). Kesenian
- Seni Ukir atau Pahat
Sarana Kesenian pada masa awal Islam di Aceh salah satunya terdapat seni ukir/pahat yang terdapat di makam Sultan Malik Al-Saleh. Dari bentuk dan jirat-jirat di pemakaman raja dapat diketahui bahwa dari mana datangnya Islam. Jirat-jirat tersebut serupa dengan yang ada di Gujarat (bagian Barat India), sedangkan untuk makam-makam di Aceh terdapat sisi-sisi relief dari kuil Hindu di Gujarat yang sengaja didatangkan sudah jadi dan merupakan barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang dari India
- Seni Bangunan
Pada awal datangnya Islam ke Nusantara atau Aceh sarana kegiatan dalam berdakwah dan pendidikan adalah Masjid atau Mushalla. Masjid tertua di Aceh adalah masjid Jami Baitu al-Rahma yang didirikan oleh Sultan Alaidin Mahmud Syah pada tahun 691 H/ 1292 M.
- Seni Sastra
Syair yang terkenal adalah syair Sufi yang dikarang oleh Hamzah Fansuri, seperti Syair Perahu. Ada kesusastraan tersendiri yang disebut suluk, yaitu kitab-kitab berisi ajaran tasawuf yang bersifat panteisme (manusia Bersatu dengan Tuhan). Adapun muncul seni tari dan seni musik, namun tidak dapat dipisahkan dengan tasawuf di Indonesia, diantaranya Kerajaan Aceh. Oleh sebab itu, muncul seni tari yang masih ada hingga saat ini di Aceh, yaitu tari Saman.
- Tasawuf
Tasawuf adalah cara hidup manusia yang semata-mata hanya untuk mencari kasih sayang Allah dan Rasul-Nya. Perkembangan pemikiran ini dimulai sejak jaman awal Islam masuk ke Nusantara pada abad ke17 Para Ulama atau Sufi yang kemudian diangkat menjadi penasihat atau pejabat agama di Kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddi ar-Raniri, Abdul Rauf Singkel.
Sumber:
Sodik, Abror. (2020). Pengantar Studi Islam. Sleman: Aswaja Pressindo, 2020.
Rohman A. M. Asvin, Sungkono. . “Konsep Arti Islam Dalam Al-Qur’an”. Al-Mikraj, Jurnal Studi Islam dan Humaniora, vol. 2, no. 2 (2022).
Dalimunthe A Latifa. (2016). Kajian Proses Islamisasi Di Indonesia (Studi Pustaka). Jurnal Studi Agama dan Masyarakat. IAIN Palangka Raya. Volume 12, Nomor 1.
Imran. “Sejarah Islam Dan Tradisi Keilmuan di Aceh”. Jurnal Mudarrisuna: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, vol. 10, no. 2 (2020). Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia.