Mohon tunggu...
Aliyah Sukma
Aliyah Sukma Mohon Tunggu... Apoteker - Mahasiswa Universitas Hasanuddin

Kuliah di Fakultas Farmasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peduli

23 Desember 2019   19:25 Diperbarui: 23 Desember 2019   20:54 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Layaknya manusia pada umumnya, kita semua adalah makhluk sosial. Saling membutuhkan. Tidak ada yang bisa hidup sendiri. Ketik kau mengatakan bahwa, "aku bisa hidup sendiri, tanpa siapa pun. Dengan uang aku bisa melakukan segalanya tanpa bergantung dengan orang lain." Maka kau salah besar. Tanpa kau sadari, tanpa kita sadari, kita bergantung pada orang lain. Misalnya saja, kau pergi membeli makanan mu sendiri di sebuah supermarket, kau mengambil makanan/minuman yang kau inginkan, ke kasir, membayar tagihan, dan kemudian selesai. Itu bukan berarti kau tidak perlu bantuan orang lain. Buktinya, kau melakukan transaksi dengan kasir di supermarket itu. Itu artinya ada hubungan timbal balik yang terjadi. Mulai dari hal -- hal kecil di sekitar kita, semua melibatkan hubungan antar sesama. Entah kita sadari atau tidak. Bahkan ketika seseorang yang menyewa pembunuh bayaran, itu tetp menandakan bahwa ia adalah makhluk sosial. Kenapa ? karena dia butuh bantuan seorang pembunuh bayaran untuk tak mengotori tangannya dengan pekerjaan kotor. Jadi tidak ada alasan untuk tak peduli dengan orang lain.

Lantas, apa itu peduli ? Peduli adalah ketika kau bersedia terlibat dalam suatu persoalan atau kondisi seseorang. Atau suatu sikap untuk membantu yang lemah, dan membantu yang membutuhkan. Berbicara tentang peduli, sikap peduli ini hampir dilupakan oleh orang -- orang. Dengan canggihnya teknologi sekarang, orang -- orang mulai jalan sendiri -- sendiri. Tak memperhatikan sekitar. Seakan -- akan dunia hanya berputar padanya. Sekarang zaman dimana orang tunduk. Tunduk pada siapa ? Tunduk pada Presiden ? Tunduk pada Pemerintah ? atau tunduk pada peraturan ? Bukan. Sama sekali bukan itu. Tapi tunduk akan tipu daya dunia. Seakan -- akan dunia maya adalah tempat orang -- orang hidup. Tempat orang -- orang saling berinteraksi tanpa melihat rupa masing -- masing. Benar -- benar zaman teknologi. Orang tak lagi menyapa, orang tak lagi saling melempar senyum, bahkan orang tak lagi mengucapkan salam. Tanpa 'ba bi bu' langsung "Oi", "P", "Piu".

Rasa peduli hampir hilang. Masih ada orang membudayakan sikap peduli. Tapi hanya sedikit. Itu pun sudah lambat laun mulai terpengaruh. Mulai terjilat oleh kenikmatan dunia. Lihat saja di sekitar kita, bukannya membaca doa sebelum makan, malah yang membudaya adalah upload status. Bukannya salim sebelum pergi, malah yang membudaya adalah teriakan "dahhhh...." sambil melambaikan tangan. Bahkan budaya memberi salam, tergantikan dengan kehampaan di sudut -- sudut ruang di hati masing -- masing. Semua ini harus diperbaiki. Ini adalah PR bagi kita semua. Jangan sampai kita termasuk dalam orang -- orang yang seperti itu.

Lalu bagaimana menumbuhkan rasa peduli itu ? apakah akan tumbuh dengan sendirinya ? tentu tidak. Butuh proses dan itu tergantung dari seberapa besar kemauanmu untuk memperbaiki diri. Pertama, kenali dulu dirimu. Kamu ini tipe kepribadian yang seperti apa sih ? Hal -- hal seperti apa yang dapat memotivasimu ? Mulailah dari hal -- hal kecil seperti itu. Yang kedua, kenali lingkunganmu. Mulai dari lingkungan keluargamu, tetanggamu, teman -- temanmu, sampai ke lingkungan luar. Apakah kau sudah cukup peka dengan keadaan di sekitarmu selama ini ? Apakah kamu pernah memperhatikan hal -- hal kecil di sekitarmu. Misalnya saja, memperhatikan bagaimana semut saling bahu -- membahu mencari makanan, bagaimana semut itu saling bersalaman ketika berpapasan. Pernahkah ? Tanyakan itu pada dirimu sendiri. Jangan sibuk mencerca orang kalau dirimu saja belum mampu kau perbaiki.

Kenapa rasa peduli itu harus ada ? Ketika kau ingin menjalin hubungan dengan orang lain, maka dasarnya adalah rasa peduli. Kita harus memiliki rasa peduli. Rasa peduli akan kehadiran orang lain, rasa peduli dengan kesulitannya, peduli dengan masalahnya dan sebagainya.

Lalu bagaimana jika aku sudah menganal diriku ?

Bagaimana jika aku sudah mengenal lingkunganku ?

Kenapa rasa peduli itu tetap tak hadir?

Sekali lagi rasa peduli itu muncul dengan suatu proses. Tak hanya cukup dengan mengenali dir dan lingkungan. Tapi juga butuh action yang nyata. Mulailah dari hal -- hal kecil, seperti membiasakan budaya "3S" Senyum, Salam dan Sapa. Tanpa kita sadari itu akan memunculkan kepedulian kita dengan keberadaan orang lain di sekitar kita. Kita akan mulai memperhatikan sekitar kita. Maka lambat laun kepekaan orang lain juga akan timbul. Orang -- orang juga akan sadar akan keberadaan kita dan secara tidak langsung kita juga merangsang orang itu untuk memiliki rasa peduli.

Hingga suatu saat nanti, kita tak akan menyadari bahwa tindakan kita dapat menjadi sebuah contoh yang baik bagi orang lain. Hal ini bahkan dapat merubah dunia. Dunia yang awalnya penuh dengan orang jahat pun bisa berubah.  Kenapa dunia penuh dengan orang -- orang jahat ? Bukan karena orang jahat itu semakin banyak. Tapi karena semakin banyaknya orang baik yang diam. Acuh tak acuh. Tak peduli. Bayangkan saja tak adanya rasa peduli membuat dunia diselimuti oleh kabut gelap yang kelam, tak ada kehidupan. Tak tercipta suatu kondisi timbal balik yang ideal. Kenapa ? Bagaimana mungkin interaksi akan terjadi jika hanya diisi dengan kehampaan. Bagaimana jika hanya dibarengi dengan sikap egoisme masing -- masing.

Tuhan telah menciptakan manusia dengan sebaik -- baiknya, memiliki akal pikiran dan perasaan. Dimana ketika dua hal ini berjalan dengan baik, maka akan mewujudkan suatu kolaborasi yang sangat baik.  Rasa peduli itu akan memunculkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Contoh membantu orang lain yang terlibat masalah, membantu mencarikannya suatu solusi. Lalu kekhawatiran selanjutnya adalah bagaimana menentukan bahwa bentuk kepedulian kita ini sudah benar atau salah. Jangan sampai karena terlalu peduli dengan orang lain, membuat kita melupakan rasa peduli terhadap diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun