Mohon tunggu...
Dik Ror
Dik Ror Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - saya adalah pelajar MA Tahfidh Annuqayah

saya adalah seorang yang suka bergurau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perbudakan Masa Depan

19 September 2024   02:48 Diperbarui: 20 September 2024   13:04 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

"... Robot yang dapat membantu seluruh pekerjaan manusia." 

Pak Reyhan, pemimpin rapat yang memang berasal dari negara SIAINDONE, menyampaikan dengan panjang lebar maksud diadakannya rapat antar pemimpin negara yang diadakan di sana.

Seluruh peserta rapat berpikir, senyap. Membuat robot? Ini adalah proyek yang sangat besar. Itu yang terbesit di pikiran mereka. Yang mereka ketahui, robot hanya ada di kartun-kartun tahun 17-an yang selalu mereka tonton di kala kecil. Dan sekarang, tahun 50, mereka akan membuat robot-robot itu? Lelucon. Gumaman mereka.

"Pak Reyhan yang saya sangat hormati." Salah satu peserta rapat, yang datang dari negara SIAMALAI, mengangkat tangan. "Proyek yang Anda rencanakan sangat sulit dan mungkin mustahil bagi kita untuk menyelesaikannya." Para peserta lain mengangguk-anggukkan membenarkan perkataannya.

"Ha, ha, ha." Yang disanggah malah tertawa. "Sekarang sudah tahun 2050, Pak Rama. Tiada yang sulit dan mustahil bagi kaum terpelajar. Soal pembuatan robot-robot itu dan biaya pembuatanya, saya yang akan tanggung." Semua wajah terkesima dengan apa yang disampaikan Pak Reyhan. Yang awalnya mereka membenarkan sanggahan Pak Rama, malah mengangguk-anggukkan kepala seakan setuju dengan pernyataan yang kedua.

"Kalau begitu, Pak Reyhan, saya sangat setuju." Pak Rama sangat menyetujui pernyataan Pak Reyhan seraya mengangkat tangan. Ia berhasil menyita seluruh perhatian. Sesungging senyuman pun tampak dari wajah para peserta rapat, yang tak terkecuali wajah Pak Reyhan yang semakin bersinar. Senang. Satu per satu peserta rapat pun mengangguk dan menirukan perkataan Pak Rama pertanda setuju. "Kalau begitu, Pak Reyhan, saya sangat setuju."

Wajah-wajah optimis pun tergambar di wajah mereka. Mereka semua setuju. Rapat pun dibubarkan.

***

Tahun 2059 pun tiba. Inilah tahun peresmian "Penghancur Dunia."

Orang-orang dari berbagai negara, mulai dari warga sipil sampai pejabat, mondar-mandir dalam ruangan tersebut dengan penuh antusias. Karena robot-robot itu sudah berjejeran rapi di sana.

Dan akhirnya, peresmian itu dimulai sejak Pak Reyhan menertibkan para pengunjung. Pelegalisasiannya dengan diaktifkannya robot-robot itu. Mata mereka bersinar. Mereka bergerak, berjalan, bahkan berkomunikasi langsung dengan para pengunjung.

"Para warga yang saya banggakan, robot-robot ini untuk membantu menyelesaikan pekerjaan kita semua. Dan jika anda semua ingin membelinya, datanglah lagi beok." Pidato Pak Reyhan, yang sudah pasti dimengerti semua orang karena bahasa di dunia hanyalah satu, Bahasa SIAINDONE, adalah pertanda berakhirnya acara peresmian itu.

Tak lama setelah pidato itu selesai, para pengunjung mulai beranjak pergi dari toko tersebut. Dan robot-robot tersebut dinonaktifkan dan digiring keluar toko untuk diletakkan di gudang yang terletak agak jauh dari toko tersebut. Terkunci di dalamnya.

***

"Mereka semua, khususnya Pak Reyhan, menciptakan kita semua untuk memperbudak kita!" Jelas salah satu dari mereka.

Kini, mereka sedang rapat resmi sebagaimana orang-orang itu rapat untuk menciptakan mereka dahulu kala. Mereka semua aktif dengan bantuan seekor tikus yang tidak sengaja menekan tombol ON ketika lewat. Dan sekarang, mereka sedang rapat tentang cara untuk menggagalkan tujuan orang-orang tersebut menciptakan mereka.

"Ya, benar, itu yang disampaikan Pak Reyhan di acar peresmian." Kata robot lainnya, membenarkan. Seluruh wajah pun tertoleh kepadanya. "Kita harus mencari cara untuk membinasakan orang-orang tersebut. Setuju?!" Lanjutnya dengan mengepalkan tangan dan menghentakkannya ke udara yang diikuti oleh robot-robot lainnya.

Rapat terus berlanjut. Pendapat demi pendapat terlontarkan. Muka-muka serius tergambar. Malam semakin larut. Hingga, sebuah pendapat terputuskan. Yang akan memorakporanda semuanya.

***

Malam akhirnya pergi tergantikan oleh pagi. Robot-robot itu menonaktifkan sistemnya dengan kemampuan mereka.

Tak lama kemudian, pintu gudang terbuka. Cahaya matahari terdorong masuk ke dalam gudang dan menerpa sebagian dinding dan robot-robot tersebut.

Robot-robot itu digiring satu per satu ke toko penjualan robot. Kata OPEN pun terlihat di kaca toko. Orang-orang berdatangan, ceria. Padahal, perbudakan masa depan di depan mata mereka.

Dan akhirnya, perbudakan tersebut dimulai sejak banyak orang yang mengaktifkan robot-robot yang akan mereka beli. Para robot yang aktif saling tatap. Tak sampai tiga detik, satu tembakan terlempar, satu nyawa pun terbang. Dan disusul oleh tembakan-tembakan selanjutnya yang melayangkan banyak nyawa.

Tak sampai lima belas menit orang-orang di toko tersebut rata, tak tersisa. Tak terkecuali pemimpin-pemimpin negara. Akan tetapi, Pak Reyhan masih belum tampak. Karena ia sudah mendengar kabar buruk itu sepuluh menit lalu dari siaran radio dan memilih langsung pergi melarikan diri dari negaranya ke negara Pak Rama yang sudah mati tertembak.

Robot-robot mulai menyebar mencari Pak Reyhan ke berbagai negara. Karena mereka sangat mengincarnya setelah tahu bahwa ialah dalangnya. Di samping mencarinya, juga membunuh siapa saja yang mereka temui.

Lima hari terlewatkan tanpa hasil yang memuaskan. 

Dan pada hari keenam, mereka akhirnya berhasil menemukannya. Satu tembakan meluncur kepadanya yang tak berhasil mengenai sehelai pun bulu kulitnya. Sebelum tembakan kedua meluncur, tiada hujan tiada badai, pak Reyhan meminta maaf kepada robot-robot tersebut seraya bersujud. Berjanji tuk menuruti semua apa yang mereka perintahkan.

"Baiklah, kalian, para kaum manusia, harus mengerjakan seluruh pekerjaan para robot!!!" Pak Reyhan pun mengangguk, setuju. Mewakili seluruh orang yang tersisa.

Dan pada saat itu juga, para robot itu mengumpulkan mereka di negara yang masih tersisa di dunia, SIAINDONE, dan memperbudak mereka sebagaimana orang-orang itu bermaksud untuk memperbudak para robot itu sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun