Sore yang melelahkan. Perjalanan jauh kutempuh hari ini. Setelah mencari di beberapa tempat, akhirnya kutemukan sebuah bola yang bagus dan membelinya dengan harga yang tak terlalu mahal. Aku meminta pada penjual untuk membungkus bola itu dengan kotak dan dilapisi kertas kado. Dengan harapan, semoga Rahmat senang menerima kado ini.
Usai dari toko, aku berjalan pulang menuju rumah. Jam tanganku menunjukan pukul lima sore, Rahmat pasti sudah pulang.
Berjalan di keramaian sore, terlihat banyak ibu-ibu yang berkumpul di pekarangan rumah. Mungkin mereka sedang bergosip ria. Ini merupakan kebiasaan ibu-ibu massa kini, aku memakluminya. Saat aku melewati mereka, ada seorang ibu yang menyapaku dan aku balas menegurnya.
Setiba di rumah, terlihat Rahmat yang sedang mengobrol akrab bersama Ratih. Rahmat melihat dan menyapaku.
“Itu, Kak Arkan.” Tunjuk Rahmat kepadaku dengan tingkah kanak-kanaknya.
Aku mendekatinya dengan membawa kado yang kumasukkan dalam plastik hitam. Kulihat mereka sangat akrab sekali. Aku tersenyum pada mereka.
“Mamet sudah lama nunggu Kakak, ya?” tanyaku.
“Iya Kak, Mbak Ratih datang temani Mamet. Mbak Ratih baik loh, Kak.” Ucap Rahmat yang mempunyai maksud tertentu.
“Habis belanja ya, Mas?” tanya Ratih.
“Oh, aku cuma beli sesuatu buat Rahmat.” Jawabku.
“Wah, apa itu Kak?” Rahmat mendekati barang yang kubawa. “Boleh Mamet buka?” pintanya.