Sungguh bocah jenius, mempelajari pelajaran sekolah dengan mudah saja bisa, apalagi menghafal surat-surat Al Quran. Aku tersenyum bangga pada Rahmat.
"Lalu bagaimana tentang pengetahuan Islam yang Rahmat ketahui?" tanyaku ingin mengetahui lebih dalam tentang Rahmat.
"Oh itu, Alhamdulillah sangat baik. Bukannya saya ingin berlebih-lebihan untuk memuji Rahmat, tetapi pada kenyataannya pengetahuan Fiqih dan As-Sunnah ia sangat baik dibandingkan dengan temannya. Subhanallah." Puji sang ustad itu.
Aku semakin bangga dengan potensi yang Rahmat miliki. Seorang ustad saja, dapat menilai hal yang positif pada Rahmat.
"Setau saya, ibunda dari Rahmat beberapa hari yang lalu telah meninggal, dan sekarang Rahmat dirawat oleh Mas Arkan." Ucap Pak Romli.
"Benar, Pak." Jawabku.
"Maka dari itu, jagalah Rahmat dengan baik. Insya Allah dia akan sukses di masa depannya." Nasihat Ustad desa ini padaku.
"Insya Allah, saya akan merawat dan menjaga Rahmat, sebelum saya akan pindah." Jawabku.
"Pindah? Maksud anda?"
"Saya hanya sementara waktu, tinggal di desa ini. Pekerjaan saya terdapat di kota. Saat saya akan pergi meninggalkan desa, akan saya titipkan Rahmat kepada orang yang ia percayai. Karena ia harus melanjutkan sekolah yang berada di desa ini." ucapku.
Terlihat raut muka Pak Romli yang menunduk, setelah aku selesai berbicara. Sepertinya ia kecewa dengan ucapanku. Bagaimana lagi? Aku harus mengungkapkan kenyataan itu.