"Bisakah saya berbicara hal penting kepada anda, mengenai Rahmat?" pinta bapak itu.
"Oh, bisa. Mari Pak, silahkan duduk."
Aku mempersilahkan bapak itu duduk di kursi yang berada di teras rumah. Sedangkan Rahmat duduk disampingku. Pikiranku dipenuhi rasa penasaran, hal penting apa yang akan dikatakan oleh Bapak itu tentang Rahmat? Aku memulai perbincangan ini.
"Ada hal penting apa ya, Pak?" tanyaku
"Begini, sebenarnya saya ingin memberitahukan pada Mas, bahwa Rahmat ini sungguh seorang anak yang berpotensi luar biasa." Jelasnya.
Aku tak terkejut mendengar ungkapan bapak berdasi ini. Dari awal aku sudah menyadari kemampuan dan sifat yang Rahmat miliki, dalam menangani emosionalnya.
"Iya, saya menyadari hal itu." Ungkapku.
"Bukankah ini pertama kalinya Rahmat bersekolah?" tanya bapak itu.
"Sebelumnya ia hanya meraih ilmu agama di pengajian desa ini."
"Baik saya akan jelaskan. Hari ini, di sekolah diadakan seminar berupa pembelajaran materi dasar, dilanjutkan dengan tes penyaringan yang diujikan semua mapel pelajaran. Sebenarnya acara itu dikhususkan kepada kelas empat dan kelas lima untuk menyeleksi siswa teladan se-SD dari desa ini, yang akan menuju siswa teladan tingkat kota." Jelasnya.
"Lalu?" tanyaku masih belum paham maksud Bapak ini.