Mohon tunggu...
Ali Wasi
Ali Wasi Mohon Tunggu... Lainnya - Aparatur Sipil Negara

Seorang ASN dari Tahun 2015 s.d. sekarang, yang semula gemar menulis cerita fiksi menjadi rutin menulis analisis informasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Menggenggam Dunia (4) Tangisan Rahmat

26 April 2024   11:21 Diperbarui: 30 April 2024   06:07 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu yang menggunakan jilbab memperhatikan tingkahku, dan ia mengambil inisiatif untuk masuk ke rumah memanggil Ibu Sri.

"Tunggu ya Mas, saya panggilkan dulu." Jelas Ibu berjilbab.

Aku hanya mengangguk sembari tersenyum ramah padanya. Ibu itu memasuki rumah sembari memanggil nama Ibu Sri.

Cuaca di lingkungan ini cukup teduh, dibandingkan dengan rumah yang aku sewa di perbatasan desa. Tentram dan harmonis. Aku menikmati pemandangan sekitar rumah ini.

"Akhhhhh......!" jerit seseorang dari dalam rumah. "Tolong! Tolong! Tolongi Ibu Sri." Teriak Ibu berjilbab, panik dan segera meminta tolong keluar rumah.

Aku dan beberapa warga yang mendengar teriakannya, segera memasuki rumah Ibu Sri, alangkah terkejutnya diriku dan warga yang melihat, Ibu Sri ditemukan terkujur kaku di kamar mandi. Aku teringat Rahmat, saat melihat ibunya tergeletak dan mengeluarkan darah di kepalanya.

Bapak-bapak yang melihat kejadian itu langsung segera mengangkat tubuh Ibu Sri dan dibaringkannya pada kursi panjang. Akupun ikut membantu mengangkatkan Ibu Sri, tanganku dengan sigap langsung memeriksa kondisinya.

Jantungku berdebar kencang, tak ada yang aku rasakan pada denyut nadi dan hembusan nafas. Berkali-kali aku periksa kondisi Ibu Sri, tetapi tetap sama. Terlambat, aku mengatakan pada warga desa yang berada di sekitarku, bahwa Ibu Sri telah meninggal dunia akibat pendarahan pada kepala. Kemungkinan penyebabnya beliau terjatuh.

Serempak mereka mengucapkan, "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." Semua warga yang hadir turut berduka cita saking tak percayanya dengan kondisi Ibu Sri, terlihat dari mimik wajah mereka yang meneteskan air mata.

"Assalamualaikum." Sapa seorang anak kecil yang memakai baju muslim kepada warga. Ia terlihat lugu dan polos.

Ibu berjilbab mendekati bocah berkulit putih itu, yang tiada lain adalah Rahmat. Mata Ibu tersebut merah karena menahan tangis dan berusaha menyembunyikan tangisan di depan Rahmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun