Pelabelan (stereotip) perempuan yang mengurus segala kegiatan di rumah seperti memasak, mencuci, menyapu, dan melayani suami dianggap benar adanya oleh kebanyakan masyarakat. Padahal kita tahu bahwa chef atau koki masak di restaurant digaji sangat mahal. Sehingga wajar perempuan tak perlu bersekolah tinggi. Toh nantinya perempuan menjadi istri, ibu rumah tangga, dan mengurusi anak-anaknya.
Pelabelan perempuan sebagai perempuan pembawa sial di masyarakat kerap menjadi gunjingan ketika diketahui bahwa perempuan tersebut hamil di luar nikah. Anggapan bahwa perempuan menjadi label korban kekerasan seksual karena dianggap melakukan kesalahan mengenakan pakaian minim menjadi alasan krusial dalam kacamata masyarakat umum. Sehingga, perempuan menjadi label pelakor kerap terdengar di masyarakat.Â
Pelabelan perempuan menjadi pajangan untuk marketing produk yang mampu menarik pelanggan kerap dilakukan dengan melibatkan SPG berpakaian minim di car showroom. Iklan produk sabun juga kerap menggunakan perempuan sebagai model yang mendatangkan banyak profit bagi perusahaan. Produk iklan kecantikan dengan model perempuan dianggap memiliki keindahan yang bisa mempengaruhi perempuan lain untuk membeli dan mempengaruhi para pria membelikan produk untuk pasangannya.
Beban Ganda
Tak sedikit para perempuan bekerja dan berkarir sebelum mereka membangun rumah tangga. Selain tuntutan jam kerja yang panjang dan lama dengan berbagai tuntutan sehingga mengharuskan mereka bekerja keras berdampak pada kondisi yang melelahkan. Tak jarang pula banyak perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga dikarenakan kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi dengan kompor mengepul.
Setelah mereka berumah tangga, tanggung jawab mereka bertambah. Tak hanya menjalankan peran sebagai wanita karir, namun juga berperan dalam rumah tangga, bereproduksi, dan membesarkan anak-anak mereka. Tuntutan ini merupakan hal yang memang sudah menjadi resiko ketika mereka berada di dua peran yaitu sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga. Seringkali mereka bahkan istirahat paling akhir di malam hari dan bangun lebih awal di pagi hari untuk menyiapkan kebutuhan makanan dan melakukan aktivitas di rumah. Tak hanya itu, ibu juga harus mengajari anak-anaknya di rumah dan membangun komunikasi dengan anak-anak mereka.
Label bagi perempuan berkarir sering dianggap menelantarkan anak-anaknya. Padahal bukanlah sekadar kuantitas bertemu anak-anak yang menjadi utama dalam hal ini, melainkan kualitas komunikasi sehingga perkembangan anak-anak tetap terpantau. Peran ganda para perempuan lebih besar bila ditelusuri lebih dalam dan mereka lakukan tanpa pamrih. Peran dan aktivitas mereka tak mampu dikalkulasi secara nalar karena perasaan senang dan tanpa pamrih, kecuali bila terjadi benturan dalam rumah tangga, hati perempuan pasti akan tersakiti.
Peran ganda perempuan dalam pergeseran peran sebagai tulang punggung (breadwinner) dalam rumah tangga bukanlah hal tabu selama pasangan rumah tangganya (suami) memiliki rasa empati dan saling mendukung satu sama lain. Intinya adalah saling memahami satu sama lain, saling menopang kebutuhan, dan memegang komitmen.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H