Mohon tunggu...
Aliva Rosdiana
Aliva Rosdiana Mohon Tunggu... Penulis - edupreneur

Sebagai seorang edupreneur, saya harus mengasah diri dengan meningkatkan kualitas diri agar menjadi seorang yang memberikan manfaat dalam dunia pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konsep Analisa Wacana (Discourse Analysis)

7 September 2017   10:58 Diperbarui: 7 September 2017   11:28 3870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar 1: Konsep menganalisa wacana perlu memperhatikan teks yang didalamnya meliputi kognisi sosial, dan konteks| mufatismaqdum.wordpress.com

Dalam bahasa tulis banyak penanda metalingua yang ditemukan untuk menghubungkan klausa-klausa (penanda pelengkap that, penanda-penanda temporal when/while,serta penanda logika seperti besides, moreover, however, in spite of,dsb. Sedangkan dalam bahasa lisan, pembicara mungkin menggunakan referen untuk merujuk ke suatu hal, misalnya (sambil mendongak ke atas) frightful, isn't it? Terkadang ditemukan pula pembicara secara khas memakai banyak kata yang agak digeneralisasikan seperti a lot of, got, do, thing, nice, stuff, place,dan things like that. Fillerpun juga sering digunakan seperti well, erm, I think, you know, if you see what I mean, of course,dan lain-lain.

Seorang analisa wacana sebaiknya juga merupakan seorang analisa gramatika kalimat yang mampu menjelaskan ciri-ciri bahasa tertentu dengan arti tertentu yang membedakan dengan bahasa lain. Data relevan yang diperoleh oleh penganalisa wacana seringkali dibuat constructed sentence (kalimat buatan) sebagai bentuk pengingkarannya. Chomsky (1957: 17)menunjukkan sudut pandang ini sebagai 'gramatika otonom,' yakni, pentingnya memperhatikan statistika bahasa dalam penyidikan-penyidikan yang ditemukan walaupun tidak mempunyai relevansi langsung dengan masalah penentuan atau penguraian sifat ujaran yang bergramatikal. .

Fenomena yang ditunjukkan oleh penganalisa wacana lebih kepada fungsi atau tujuan bahasa bagaimana data itu diproses. Sehingga hasil eksperimen yang diperoleh lebih kepada pemrosesan psikolinguistik, sosiolonguistik, etnografi, yang menyajikan pemahaman mengenai caranya, hasilnya sesuai dengan konteksnya, tujuan serta prosesnya.

Setiap pendekatan analitis dalam linguistik pasti melibatkan pertimbangan kontekstual dalam penyelidikan bahasa yang disebut pragmatika.Tentu saja unsure sintaksis dan semantik tidak lepas dari pragmatika. Seorang penganalisa wacana (discourse analyst) memperlakukan data yang diperolehnya sebagai rekaman (teks) bagaimana proses komunikasi oleh pembicara dan penulis dilakukan ketika mengekspresikan makna atau maksud wacana (discourse)tersebut. Dari data yang diperoleh itu, penganalisa wacana berusaha menjelaskan dengan bahasa yang teratur untuk mengkomunikasikan maksud yang ingin disampaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun