Mohon tunggu...
Ali Usman
Ali Usman Mohon Tunggu... Jurnalis televisi -

Pernah bekerja untuk koran Merdeka, IndoPos, Radar Bekasi, Harian Pelita, Majalah Maestro, Harian ProGol, Tribunnews.com (Kelompok Kompas Gramedia), Vivanews.com, kini di TVRI nasional. * IG aliushine * twitter @kucing2belang * line aliushine * blog www.aliushine.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Layangan Itu untuk Siapa?

29 Agustus 2016   14:03 Diperbarui: 29 Agustus 2016   14:15 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Neva hanya bisa menangis. Ia mulai berpikir dirinya saat ini dalam bahaya. Kelelawar itu sangat besar. Tubuhnya hitam dengan sedikit corak merah. Jika kelelawar itu melihatnya, tidak ada harapan baginya untuk bisa selamat. Ia harus memberitahu papa mamanya. Segera Neva menggoncang-goncangkan kaos papanya. Anak itu menangis dengan kencang. Meminta untuk segera pulang.

Angin pantai berhembus. Neva mulai berhenti menangis. Mamanya yang cantik itu membelikannya ice cream warna-warni. Neva lupa dengan rasa takutnya. Ia menggenggam erat ice cream itu. Sepintas Neva menangkap gurat kecewa di wajah mamanya saat memintanya untuk turun dari gendongan papanya. Tapi Neva tak peduli.

Bocah kecil itu kini asyik dengan ice creamnya. Ia mulai lupa dengan kepala naga, monster bermata besar ataupun kelelawar raksasa. Neva ingat, dulu ia pernah merasa ketakutan seperti ini. Saat itu ia bersama papanya pulang dari satu tempat. Neva duduk sendiri di kursi mobil, sementara papanya mengemudi di kursi sebelahnya.

Malam itu Neva ketakutan. Jalanan mulai gelap. Pohon-pohon besar bermunculan dari kanan dan kiri. Neva sudah menutup matanya. Tapi tetap saja ia ketakutan. Kaca depan mobil sangat lebar. Bisa saja ada monster yang melihatnya. Neva mau menangis, tapi ia takut ada yang turun dari pohon dan memecahkan kaca mobil. Kakeknya pernah bilang, ada monster yang datang jika mendengar anak kecil menangis.

Segera Neva menangis. Ia teringat kembali akan rasa takutnya waktu itu. Sisa-sisa ice cream masih berada di tangan kanannya. Tangan kirinya masih erat memegang kaos papanya. Mamanya yang cantik itu kemudian mengusap air matanya. Berusaha menghibur anak kecil itu. Mulut Neva masih belepotan ice cream.

Setelah dua jam, Neva mulai terbangun dari tidurnya. Ia tidak sadar telah tertidur dalam gendongan papanya. Anak kecil itu mulai mengucek matanya. Ia melihat ke sekeliling. Angin berhembus dengan sejuk. Neva langsung memeluk papanya. Rupanya ia terlalu lelah saat menangis. Neva melihat ke sekeliling. Orang-orang banyak berdatangan. Dua anak kecil terlihat berlarian di pasir. Neva ingin ikut bermain.

"Lihat di atas sana. Ada layang-layang besar dengan bentuk naga," ujar papanya. Neva turun dari gendongan sang papa. Anak itu melihat ke atas. Sebuah layangan besar dengan bentuk naga yang cantik. Neva masih terlihat keheranan. Layang-layang itu terbang dengan indah. Tidak ada satu bagian pun yang membuatnya takut.

Neva melirik ke arah mamanya. Perempuan cantik itu menunjuk ke arah lain. Sebuah layang-layang dengan karakter kartun terbang dengan indah. Di sekelilingnya, puluhan layang-layang beraneka rupa dan bentuk telah mengudara. Anak kecil itu terpaku menatap keindahannya. Neva tersenyum senang. Ini hal baru yang belum pernah ia alami sebelumnya. Neva akan mengingatnya terus. Setidaknya sampai ia tahu layangan-layangan cantik itu untuk siapa. (*)

 

Bandung, akhir Agustus 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun