Sebagai sesama negara anggota ASEAN Indonesia dan Kamboja menjadi dua negara yang terus melakukan kerja sama dalam berbagai bidang guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan negaranya masing - masing.Â
Kerja sama antara Indonesia dan Kamboja sendiri telah dirintis sejak terjalinnya hubungan diplomatik antara kedua negara yang diawali pada tahun 1960-an. Sejak saat itu, Indonesia terus mendukung Kamboja terutama dalam hal stabilitas dan keamanan negara Kamboja sendiri.Â
Salah satu upaya Indonesia dalam mendukung Kamboja adalah dengan membentuk pasukan Otoritas Transisi PBB di Kamboja pada tahun 1992. Keterlibatan Indonesia juga terlihat dalam adanya dukungan Indonesia terhadap Kamboja untuk bergabung dalam ASEAN pada tahun 1999.Â
Dari tahun ke tahun, kerja sama antara Indonesia dan Kamboja terus diperluas hingga mencakup berbagai macam bidang. Di era teknologi industri seperti sekarang, kerja sama yang dilakukan oleh pihak Indonesia maupun Kamboja berfokus terhadap peningkatan hubungan ekonomi dan pariwisata yang menjadi salah satu bidang strategis dalam meningkatkan pembangunan negara,
ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) sebagai wadah dalam menghubungkan kepentingan bisnis dalam lingkup ASEAN menjadi salah satu perantara Indonesia dan kamboja dalam menjalin kerja sama ekonomi dan bisnis. Arsjad Rasjid, selaku ketua ASEAN-BAC menjadi pemimpin delegasi perwakilan bisnis ASEAN dalam kunjungannya ke Phnom Penh, Kamboja.Â
Dalam pertemuan tersebut, ASEAN-BAC membahas mengenai potensi yang dimiliki oleh Indonesia dan Kamboja dalam melakukan kerja sama yang semakin luas, dengan fokus terhadap digitalisasi, pariwisata, dan pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian kedua belah pihak. Tranformasi digital dianggap sebagai salah satu sarana efektif dalam meningkatkan perdagangan dan investasi.Â
Salah satu inisiatif yang sedang di rancang oleh ASEAN-BAC adalah dengan membuat ASEAN QR Code, Marketplace Lending Platform, hingga Wiki Entrepreneur dengan tujuan untuk meningkatkan kerja sama dalam hal perdagangan dan investasi regional antar negara yang termasuk kedalam kawasan ASEAN. Menurut Arsjad Ahmad, "Dengan adanya upaya ini, kami bermitra dengan Kamboja untuk menciptakan ekonomi yang lebih tangguh dan inklusif, menarik investasi asing, dan memperkuat posisi kawasan sebagai pemain kunci dalam lanskap digital global".Â
Kamboja dan Indonesia sendiri telah merasakan perkembangan pesat dalam hal perdagangan barang dengan total capaian terhitung USD 948,533 juta hingga tahun 2022, dengan Kamboja sebagai pemberi kontribusi terbesar impor sebanyak 96 persen. Kamboja melakukan ekspor berbagai macam kebutuhan seperti, kebutuhan fashion yang terdiri dari sepatu, aksesoris, hingga glassware ke Indonesia. Namun, dilain sisi Kamboja juga melakukan ditribusi produk dari Indonesia berupa berbagai macam produk makanan dan minuman, minyak goreng, obat - obatan, hingga pupuk dan produk perawatan rumah.Â
Dalam pertemuan bisnis tersebut juga, Arsjad mengatakan bahwa pertemuan ini dapat menjadi awal dari terbukanya pintu bagi kemitraan pariwisata antara kedua negara. Kunjungan yang dilakukan oleh ASEAN-BAC ini membawa optimisme antara Indonesia dan Kamboja dalam meningkatkan kerja sama kedua negara dalam industri pariwisata yang kemudian akan berpengaruh juga terhadap investasi dan pertembuhan ekonomi di masing - masing negara.Â
Sebagai salah satu langkah awal dalam menjalin kerja sama ini, AirAsia sebagai salah satu maskapai penerbangan besar di wilayah Asia mulai mengoperasikan penerbangan dengan rute Jakarta-Phnom Penh dengan jadwal empat kali selama satu minggu. Hal ini tentu menjadi salah satu upaya strategis dalam meningkatkan industri pariwisata Kamboja dan Indonesia.Â
ASEAN juga merupakan kawasan yang terkenal dengan sumber daya pertanian. Namun, dengan adanya perubahan iklim, beberapa negara kawasan merasa terancam sehingga ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas yang harus di dahulukan saat ini. Indonesia sebagai pemimpin ASEAN-BAC menjadikan peluan ini sebagai pusat baru dalam rantai pasok global. Arsjad menyarankan adanya pengembangan sektor pertanian secara bersama-sama dengan menciptakan lapangan kerja, dan memastikan kestabilan pasokan pangan.
Salah satu upaya dalam meningkatkan kerja sama dalam sektor pangan ini dilakukan dengan sistem inclusive closed-loop. Hal ini ditujukan untuk membantu para petani dalam hal pendanaan, pengetahuan, teknologi, dan peluang pasar. Dalam mendukung keberhasilan strategi ini, kemitraan antara Indonesia dan negara anggota ASEAN seperti Kamboja menjadi hal yang sangat penting untuk dipertahankan. "Dengan inclusive closed-loop system, saatnya kita bekerja sama dan mengembangkan kemampuan pertanian kita, mendukung lebih banyak petani dan UMKM, serta meningkatkan efisiensi sistem pangan kita." tambah Arsjad.
Berdasarkan hal - hal tersebut, kerja sama antara Indonesia-Kamboja terutama dalam sektor ekonomi, perdangan, teknologi, investasi, hingga pertanian menjadi hal yang sangat penting untuk terus dikembangkan. Baik Indonesia maupun Kamboja memiliki kepentingan negara masing - masing yang harus di penuhi. Dengan adanya kerja sama, akan lebih mudah untuk kedua negara dalam memenuhi kepentingannya. Sumber daya yang dimiliki oleh kedua negara baik Indonesia maupun Kamboja juga menjadi salah satu faktor pendukung dalam memperlancar kerja sama kedua belah pihak.
ASEAN sebagai organisasi regional juga tentu menjadi salah satu aktor pendukung yang memiliki peran penting dalam terjalinnya kerja sama antara Indonesia-kamboja, maupun negara - negara lain di kawasan Asia Tenggara.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H