Judul Buku    : Dokumenter Televisi
Penulis Buku  : Syaiful Halim
Xxiv, 296 hlm., 23 cm
Bibliografi : hlm 255
ISBN 978-602-425-655-5
2018.2091 RAJ
Syaiful Halim
Dr. Dedi Kurnia Syah Putra, M.I.Kom. (Penyunting)
PT.RajaGrafindo Persada, Depok (Penerbitan)
Cetakan ke-1 Oktober 2018
Cetakan ke-2 Agustus 2019
Perpustakan A.K.R.B Yogyakarta 791.43 SYA d C.1.3
Buku "Dokumenter Televisi" ini merupakan karya Syaiful Halim yang terdiri dari 13 bab membahas mengenai seni dan teknik pembuatan film dokumenter untuk televisi.
BAB I
Mitos Mitos Dokumenter
Ada beberapa mitos dokumenter diantaranya :
- bahwa film dokumenter haruslah objektif dan tidak memihak. Syaiful Halim menjelaskan bahwa objektivitas dalam film dokumenter bukanlah hal yang mutlak dan bahkan seringkali tidak mungkin tercapai. Karena itu, seorang pembuat film dokumenter sebaiknya tidak memaksakan untuk menjadi objektif, namun seharusnya menjadi jujur dalam mengekspresikan sudut pandang mereka.
- bahwa film dokumenter adalah representasi yang benar dari kenyataan. Syaiful Halim menekankan bahwa film dokumenter hanyalah satu sudut pandang yang diambil oleh pembuat film, dan dapat memiliki bias yang sama seperti media lainnya. Oleh karena itu, seorang pembuat film dokumenter harus selalu mempertanyakan sudut pandang dan niat mereka dalam membuat film tersebut.
- bahwa film dokumenter haruslah menyajikan kisah yang menyentuh perasaan. Syaiful Halim menyatakan bahwa film dokumenter tidak harus selalu menyentuh perasaan, namun haruslah memiliki nilai yang dapat diambil oleh penonton. Seorang pembuat film dokumenter sebaiknya fokus pada narasi yang kuat dan konsisten untuk menghasilkan film dokumenter yang efektif.
- bahwa film dokumenter hanya untuk orang yang suka dengan subjek yang sedang dibahas. Syaiful Halim menekankan bahwa film dokumenter seharusnya dapat menarik perhatian penonton yang beragam, dan dapat membuka pikiran mereka terhadap topik yang mungkin tidak pernah mereka perhatikan sebelumnya.
Bab pertama dari buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim membahas mitos-mitos yang berkembang dalam pembuatan film dokumenter. Dalam bab ini, Syaiful Halim menekankan bahwa pembuat film dokumenter harus mempertanyakan sudut pandang mereka dan fokus pada narasi yang kuat
BAB II
Bahasa Gambar
Buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim membahas tentang bahasa gambar dalam produksi televisi. Pada bab ini, penulis membahas pentingnya bahasa gambar sebagai salah satu elemen penting dalam pembuatan program televisi.
Syaiful Halim membahas bahwa bahasa gambar sangat penting dalam produksi televisi karena dapat memberikan pengalaman visual kepada pemirsa. Bahasa gambar juga dapat membantu mengomunikasikan ide dan pesan kepada pemirsa dengan cara yang lebih mudah dipahami.
Selain itu, Syaiful Halim juga membahas tentang teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam produksi televisi, seperti teknik angle, shot, dan framing. Penulis juga membahas tentang peran pencahayaan dan komposisi dalam pengambilan gambar yang baik.
Seluruh informasi yang disajikan dalam bab 2 ini diilustrasikan dengan gambar-gambar dan diagram yang mudah dipahami. Hal ini membuat pembaca dapat memahami konsep bahasa gambar dengan lebih mudah dan cepat.
Secara keseluruhan, bab 2 dalam buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim merupakan panduan yang baik bagi para pembuat program televisi untuk memahami pentingnya bahasa gambar dalam produksi televisi serta teknik dan jenis gambar yang dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman visual yang lebih menarik dan efektif bagi pemirsa.
BAB III
Mitos New Feature
Buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim membahas tentang mitos yang sering muncul dalam pengembangan fitur baru pada program televisi. Pada bab ini, penulis mengajak pembaca untuk mengevaluasi mitos-mitos tersebut dan mempertanyakan kebenarannya.
Syaiful Halim membahas tentang mitos bahwa fitur baru dalam program televisi selalu lebih baik dari fitur lama. Penulis menjelaskan bahwa hal ini tidak selalu benar, karena seringkali fitur lama yang sudah teruji memiliki kualitas yang lebih baik daripada fitur baru yang belum terbukti.
Selain itu, penulis juga membahas tentang mitos bahwa fitur baru selalu lebih menarik bagi pemirsa. Hal ini juga tidak selalu benar, karena pemirsa dapat memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap jenis fitur yang mereka sukai.
Syaiful Halim juga membahas tentang mitos bahwa pengembangan fitur baru selalu membutuhkan biaya yang besar. Penulis menjelaskan bahwa hal ini tidak selalu benar, karena pengembangan fitur baru dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah melalui kolaborasi dengan pihak-pihak lain atau penggunaan teknologi yang sudah ada.
Seluruh informasi yang disajikan dalam bab 3 ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dilengkapi dengan contoh-contoh kasus yang relevan. Hal ini membuat pembaca dapat mempertanyakan mitos-mitos yang ada dan mempertimbangkan kebenarannya dengan lebih kritis.
Secara keseluruhan, bab 3 dalam buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim memberikan panduan yang berguna bagi pembuat program televisi untuk menghindari terjebak dalam mitos-mitos yang tidak selalu benar mengenai pengembangan fitur baru pada program televisi.
BAB 1V
Mitos Film Dokumenter
dalam buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim membahas tentang mitos-mitos yang sering muncul dalam pembuatan film dokumenter. Pada bab ini, penulis mengajak pembaca untuk mempertanyakan mitos-mitos tersebut dan memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai film dokumenter.
Syaiful Halim membahas tentang mitos bahwa film dokumenter harus sepenuhnya berdasarkan kenyataan. Penulis menjelaskan bahwa hal ini tidak selalu benar, karena seringkali film dokumenter juga menggunakan teknik-teknik naratif atau visual untuk memperjelas pesan yang ingin disampaikan.
Selain itu, penulis juga membahas tentang mitos bahwa film dokumenter selalu memiliki sudut pandang yang objektif. Hal ini juga tidak selalu benar, karena pembuat film dokumenter juga memiliki sudut pandang atau interpretasi terhadap kenyataan yang mereka dokumentasikan.
Syaiful Halim juga membahas tentang mitos bahwa film dokumenter harus serius dan tidak boleh menghibur. Penulis menjelaskan bahwa film dokumenter juga dapat dijadikan media hiburan asalkan tidak mengurangi nilai-nilai kebenaran dan kejujuran dalam penyampaian pesan.
Seluruh informasi yang disajikan dalam bab 4 ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dilengkapi dengan contoh-contoh kasus yang relevan. Hal ini membuat pembaca dapat mempertanyakan mitos-mitos yang ada dan mempertimbangkan kebenarannya dengan lebih kritis.
Secara keseluruhan, bab 4 dalam buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim memberikan panduan yang berguna bagi pembuat film dokumenter untuk memahami bahwa mitos-mitos yang ada tidak selalu benar dan agar mempertimbangkan berbagai faktor dalam pembuatan film dokumenter yang berkualitas.
BAB V
Mitos Program Dokumenter
dalam buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim membahas tentang mitos-mitos yang sering muncul dalam pembuatan program dokumenter. Pada bab ini, penulis mengajak pembaca untuk mempertanyakan mitos-mitos tersebut dan memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai program dokumenter.
Syaiful Halim membahas tentang mitos bahwa program dokumenter harus selalu berdurasi lama untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pemirsa. Penulis menjelaskan bahwa hal ini tidak selalu benar, karena program dokumenter yang efektif dapat disampaikan dalam durasi yang singkat jika pesan yang ingin disampaikan sudah jelas dan terorganisir dengan baik.
Selain itu, penulis juga membahas tentang mitos bahwa program dokumenter harus mengandung unsur dramatis dan konflik yang besar. Hal ini juga tidak selalu benar, karena program dokumenter juga dapat disampaikan secara tenang dan damai jika pesan yang ingin disampaikan lebih berfokus pada nilai-nilai kebaikan.
Syaiful Halim juga membahas tentang mitos bahwa program dokumenter selalu harus menampilkan tokoh-tokoh terkenal untuk menarik minat pemirsa. Penulis menjelaskan bahwa program dokumenter yang berkualitas dapat disampaikan dengan menonjolkan kisah-kisah kehidupan orang biasa dan masalah-masalah sosial yang sering dihadapi.
Seluruh informasi yang disajikan dalam bab 5 ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dilengkapi dengan contoh-contoh kasus yang relevan. Hal ini membuat pembaca dapat mempertanyakan mitos-mitos yang ada dan mempertimbangkan kebenarannya dengan lebih kritis.
Secara keseluruhan, bab 5 dalam buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim memberikan panduan yang berguna bagi pembuat program dokumenter untuk memahami bahwa mitos-mitos yang ada tidak selalu benar dan agar mempertimbangkan berbagai faktor dalam pembuatan program dokumenter yang berkualitas dan bermakna.
BAB VI
Mitos Riset Dokumenter
Syaiful Halim juga membahas tentang mitos-mitos yang sering muncul dalam riset dokumenter. Pada bab ke-6 ini, penulis mengajak pembaca untuk mempertanyakan mitos-mitos tersebut dan memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai riset dokumenter.
Syaiful Halim membahas tentang mitos bahwa riset dokumenter hanya memerlukan waktu singkat. Penulis menjelaskan bahwa hal ini tidak selalu benar, karena riset yang baik memerlukan waktu yang cukup untuk memperoleh informasi yang akurat dan valid.
Selain itu, penulis juga membahas tentang mitos bahwa riset dokumenter hanya memerlukan teknik pencarian informasi melalui internet. Hal ini juga tidak selalu benar, karena riset dokumenter yang efektif memerlukan teknik pencarian informasi yang beragam, termasuk melalui observasi langsung, wawancara, dan studi pustaka.
Syaiful Halim juga membahas tentang mitos bahwa riset dokumenter harus memperoleh informasi dari sumber resmi dan terpercaya saja. Penulis menjelaskan bahwa informasi yang tidak resmi atau informasi dari sumber yang tidak terlalu terpercaya dapat memberikan perspektif yang berbeda dan bermanfaat untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap.
BAB VII
Mitos Pra-Produksi Dokumenter
Buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim membahas mitos-mitos yang muncul dalam tahap pra-produksi dokumenter. Penulis mengajak pembaca untuk mempertanyakan mitos tersebut dan memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai proses pra-produksi.
Syaiful Halim membahas tentang mitos bahwa tahap pra-produksi tidak terlalu penting dan dapat dilewati dengan mudah. Hal ini tidak benar, karena tahap pra-produksi adalah tahap penting dalam produksi dokumenter. Penulis menjelaskan bahwa tahap pra-produksi meliputi perencanaan konsep, pengumpulan data dan informasi, serta pemilihan narasumber dan karakter yang tepat untuk membangun cerita dokumenter yang baik.
Selain itu, penulis juga membahas tentang mitos bahwa dokumenter hanya memerlukan satu jenis narasumber. Hal ini juga tidak benar, karena dokumenter yang baik memerlukan berbagai macam narasumber yang dapat memberikan sudut pandang yang berbeda-beda terhadap topik yang dibahas.
Syaiful Halim juga membahas tentang mitos bahwa semua informasi yang dibutuhkan dalam pra-produksi dapat diperoleh dengan mudah. Penulis menjelaskan bahwa informasi yang dibutuhkan dalam produksi dokumenter dapat sulit diperoleh, terutama jika topik yang dibahas sangat sensitif atau rahasia.
Penulis juga menjelaskan pentingnya memperoleh izin dan persetujuan dari pihak-pihak terkait sebelum memulai produksi. Hal ini akan meminimalisir risiko hukum dan memastikan bahwa dokumenter yang dihasilkan dapat disiarkan dengan aman.
BAB VIII
Mitos Produksi Dokumenter
Buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim membahas mitos-mitos yang muncul dalam tahap produksi dokumenter. Penulis mengajak pembaca untuk mempertanyakan mitos tersebut dan memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai proses produksi.
Syaiful Halim membahas tentang mitos bahwa semua aspek produksi harus berjalan dengan sempurna. Hal ini tidak benar, karena proses produksi dokumenter tidak selalu lancar dan seringkali menghadapi kendala dan masalah yang tidak terduga. Penulis menekankan bahwa penting untuk memiliki rencana cadangan dan fleksibilitas dalam menghadapi permasalahan yang muncul selama produksi.
Selain itu, penulis juga membahas tentang mitos bahwa dokumenter harus dibuat dengan anggaran yang besar. Hal ini tidak benar, karena produksi dokumenter dapat dilakukan dengan anggaran yang terbatas. Penulis menjelaskan bahwa kreativitas dan inovasi dapat membantu mengatasi keterbatasan anggaran dalam produksi dokumenter.
Syaiful Halim juga membahas tentang mitos bahwa semua adegan harus direkam dengan kamera profesional. Hal ini tidak benar, karena dalam beberapa situasi, penggunaan kamera smartphone atau kamera saku dapat menjadi pilihan yang tepat. Penulis menjelaskan bahwa yang terpenting adalah memastikan bahwa kualitas rekaman cukup baik dan sesuai dengan tujuan produksi.
Penulis juga membahas tentang mitos bahwa dokumenter harus dibuat dengan gaya tertentu, seperti gaya narasi atau gaya observasional. Hal ini juga tidak benar, karena dokumenter dapat dibuat dengan berbagai macam gaya yang berbeda-beda tergantung pada konsep dan tujuan produksinya.
BAB IX
Mitos Pasca-Produksi Dokumenter
Buku "Dokumenter Televisi" karya Syaiful Halim membahas tentang mitos-mitos yang sering muncul pasca produksi sebuah film dokumenter. Mitos-mitos tersebut seringkali menyebabkan banyak produser dan sutradara film dokumenter tidak dapat menghasilkan karya yang berkualitas. Berikut adalah beberapa mitos yang dibahas di dalam bab ini:
"Sudah Selesai Produksi, Tidak Perlu Lagi Direvisi"
Mitos ini mengatakan bahwa ketika produksi film dokumenter selesai, maka tidak perlu lagi direvisi. Namun, Syaiful Halim menjelaskan bahwa revisi adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Revisi dapat membantu menghilangkan kekurangan atau kelemahan yang mungkin tidak terlihat selama produksi, dan dapat memperbaiki aspek-aspek tertentu dalam film tersebut.
"Semua Yang Dibutuhkan Adalah Ide yang Bagus"
Mitos ini mengatakan bahwa ide yang bagus sudah cukup untuk menghasilkan film dokumenter yang sukses. Namun, Syaiful Halim menjelaskan bahwa selain ide yang bagus, keterampilan teknis dan kerja keras juga sangat penting untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Sutradara dan produser juga harus dapat mengambil risiko dan berinovasi untuk menciptakan film yang unik dan memikat.
"Semua Dokumenter Harus Menjadi Cerita Yang Inspiratif"
Mitos ini mengatakan bahwa semua film dokumenter harus memiliki cerita yang inspiratif, tetapi Syaiful Halim menjelaskan bahwa hal ini tidak selalu benar. Beberapa film dokumenter dapat mengangkat isu-isu yang kontroversial atau sulit dipahami, dan tujuannya bukan hanya untuk menginspirasi tetapi juga untuk mengedukasi dan membuka pikiran penonton.
"Semua Dokumenter Harus Mengikuti Aturan yang Ada"
Mitos ini mengatakan bahwa semua film dokumenter harus mengikuti aturan yang ada, tetapi Syaiful Halim menjelaskan bahwa terkadang aturan dapat membatasi kreativitas dan inovasi. Sutradara dan produser harus berani mengambil risiko dan berinovasi untuk menciptakan film yang unik dan memikat.
BAB X, XI, XII
Mitos Produksi Program Dokumenter
Pada Bab X.XI dan XII di buku "Dokumenter Televisi" ini Syaiful Hasim membahas tentang mitos-mitos yang berkaitan dengan produksi program dokumenter. Dalam bab ini, penulis mencoba mengurai beberapa mitos yang sering muncul dalam industri televisi.
penulis membahas tentang mitos bahwa dalam produksi program dokumenter, semuanya harus direkam secara spontan. Penulis menjelaskan bahwa sebenarnya, dokumenter yang baik memerlukan perencanaan yang matang dan skenario yang terstruktur. Selain itu, dokumenter juga membutuhkan riset yang mendalam untuk memastikan keakuratan informasi yang disajikan.
Kemudian, penulis membahas tentang mitos bahwa dokumenter harus mempertontonkan "realitas" yang tidak diatur. Penulis menjelaskan bahwa sebenarnya dalam produksi dokumenter, ada beberapa teknik pengambilan gambar dan pengolahan audio yang bisa dilakukan untuk menghasilkan narasi yang lebih menarik dan informatif. Namun, penulis menekankan bahwa dokumenter harus tetap mempertahankan keakuratan fakta dan tidak mengada-ada.
Selanjutnya, penulis membahas tentang mitos bahwa dokumenter harus diproduksi dengan biaya rendah. Penulis menjelaskan bahwa sebenarnya, biaya produksi dokumenter bisa bervariasi tergantung pada tema, teknik produksi, dan tujuan dari dokumenter itu sendiri. Penulis menekankan bahwa biaya yang rendah tidak selalu berarti kualitas yang buruk, begitu juga sebaliknya.
Terakhir, penulis membahas tentang mitos bahwa dokumenter hanya dapat diproduksi oleh orang-orang yang sudah berpengalaman. Penulis menjelaskan bahwa sebenarnya, siapa saja bisa memproduksi dokumenter selama memiliki kemauan dan keterampilan yang diperlukan. Penulis menekankan pentingnya mempelajari teknik produksi dokumenter dan melakukan riset yang mendalam untuk menghasilkan dokumenter yang berkualitas.
Dalam keseluruhan bab, penulis berhasil menguraikan mitos-mitos yang sering muncul dalam industri televisi dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang produksi program dokumenter. Penulis menekankan pentingnya perencanaan dan riset yang matang, dan bahwa biaya produksi tidak selalu menentukan kualitas sebuah dokumenter. Bab ini dapat menjadi referensi yang baik bagi pembaca yang tertarik dengan produksi program dokumenter.
BAB XIII
Mitos Distribusi Dokumenter
Sampailah kita pada bab akhir pada buku ini, di dalam buku ini karya Syaiful Hasim membahas tentang mitos-mitos yang berkaitan dengan distribusi program dokumenter. Penulis mencoba mengurai beberapa mitos yang sering muncul dalam industri televisi.
penulis membahas tentang mitos bahwa dokumenter hanya bisa didistribusikan melalui televisi. Penulis menjelaskan bahwa sebenarnya, dokumenter bisa didistribusikan melalui berbagai platform digital seperti YouTube, Vimeo, dan platform streaming lainnya. Selain itu, dokumenter juga bisa didistribusikan melalui festival film atau lembaga nirlaba yang mendukung produksi dokumenter.
Kemudian, penulis membahas tentang mitos bahwa dokumenter hanya bisa didistribusikan jika sudah mendapatkan penghargaan. Penulis menjelaskan bahwa sebenarnya, penghargaan hanya menjadi salah satu bentuk apresiasi bagi dokumenter yang berkualitas. Namun, dokumenter yang kurang terkenal atau bahkan belum mendapatkan penghargaan pun tetap bisa didistribusikan dengan strategi distribusi yang tepat.
Selanjutnya, penulis membahas tentang mitos bahwa dokumenter hanya bisa didistribusikan oleh produser yang sudah memiliki nama besar. Penulis menjelaskan bahwa sebenarnya, siapa saja bisa memproduksi dan mendistribusikan dokumenter selama memiliki kualitas yang baik dan strategi distribusi yang efektif. Penulis menekankan pentingnya membangun jejaring dan hubungan bisnis dengan pihak-pihak yang terkait dengan industri dokumenter.
Terakhir, penulis membahas tentang mitos bahwa distribusi dokumenter tidak menghasilkan keuntungan yang besar. Penulis menjelaskan bahwa sebenarnya, strategi distribusi yang tepat bisa menghasilkan keuntungan yang cukup besar bagi produser dokumenter. Penulis menekankan pentingnya mempelajari pasar dan audiens potensial, serta memilih strategi distribusi yang sesuai dengan tema dan tujuan dari dokumenter yang diproduksi.
Dalam keseluruhan bab, penulis berhasil mengurai mitos-mitos yang sering muncul dalam industri distribusi dokumenter dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang strategi distribusi yang tepat. Penulis menekankan pentingnya membangun jejaring dan hubungan bisnis dengan pihak-pihak terkait, serta memilih strategi distribusi yang sesuai dengan tema dan tujuan dari dokumenter yang diproduksi. Bab ini dapat menjadi referensi yang baik bagi pembaca yang tertarik dengan industri distribusi dokumenter.
Akhir dari pembahasan 13 bab diatas diharapkan pembaca dapat menciptakan karya yang creative.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H