Hal yang aneh terjadi di Bandung. Ketika TMB membuat shelter pemberhentian ternyata tidak dipergunakan oleh Moda lain seperti Trans Metro Pasundan.Â
Karena TMP sudah memiliki titik pemberhentian sendiri. Padahal lokasinya tidak terlalu jauh. Sebagai contoh shelter TMB di dekat gedung sate, sementara TMP punya titik pemberhentian di panatayuda yang jaraknya hanya sekitar 100 meter saja.
Bukan hanya membingungkan dan membuat kapok pengguna tetapi terjadi pemborosan anggaran negara. Kenapa untuk untuk moda yang sama tetapi memiliki 2 titik pemberhentian yang berbeda.
Apakah karena yang satu milik kota bandung dan yang satunya lagi milik kemenhub. Ini lucu sekali bahkan cenderung sangat menyebalkan dan membuat kapok pengguna. Jadi dimana letak integrasi antar moda kalo untuk rute yang sama shelternya berbeda jarak.
Ini harus segera dilanjutkan pembenahan trasportasi publik di kota bandung. Jangan sampe ide yang bagus menjadi mati suri oleh oknum pejabat yang tidak memiliki visi hijau untuk menata bandung lebih asri.Â
Kota Bandung memiliki ITB, sebuah kampus dengan segudang ahli transportasi dan perencanaan kota. Maka untuk menyelesaikan masalah integrasi antar moda bukan perkara yang sulit tentunya.
Hendaknya pemprov Jabar dan Pemkot Bandung duduk lebih produktif dengan didukung oleh Kampus ITB atau Unpad dan ekosistem transportasi publik lainnya.
Dengan agenda memanusiawikan transportasi publik di kota Bandung. Bahkan mestinya ini menjadi kontrak politik para calon walikota bandung.Â
Ini target yang terukur dengan dampak kepuasan konstituen yang sangat nyata. Jangan sampai hanya memikirkan program polulis yang belum tentu bisa dinikmati oleh masyarakat.
Berhiber tinggal kenangan
Dulu Bandung memiliki moto Berhiber yang merupakan singkatan dari Bersih, Hijau, Berbunga. Rasanya julukan tersebut perlahan mulai hilang. Namun kita tidak boleh pesimis untuk terus menghijaukan kembali bandung.