"Bener Mang, karena kebetulan di sini semuanya Muslim, nggak ada salahnya tradisi itu diteruskan lagi. Bulan puasa ini kan harus disambut dengan kegembiraan. Sok atuh, diadakan lagi, paling nggak anak-anak yang bangunin sahur itu, pake tabuh-tabuhan, dogdog, angklung, apa saja..." kata Kang Jana. "Asal jangan pakai lodong tiap hari lah, kasian yang kagetan. Meriam lodong mah nanti aja, deket-deket lebaran. Itupun jangan sahur, sore-sore saja pas ngabuburit..."
"Masalahnya, di sini itu bukan soal dilarang atau bukan. Tapi nggak ada anak-anak yang mau bergerak lagi. Masak orang tua lagi yang harus turun!" kata Mang Suhro.
"Nggak apa-apa Mang, ayo kita turun lagi, ajak anak-anak. Nanti kalau sudah jalan ya kita tinggalkan. Tuh kebetulan ada si Ubed. Biar dia yang jadi pemimpinnya, ngajak anak-anak lain!" kata si Kabayan sambil menunjuk si Ubed yang datang ke pos ronda sambil memegangi hapenya.
Setelah diceritakan panjang lebar, Ubed menggelengkan kepalanya. "Nggak bisa Mang..." jawabnya. "Anak-anak yang lain juga pasti nggak bisa..."
"Kenapa? Kan kita bangunin dulu kamu, terus ajak yang lain keliling, habis itu sahur, tidur deh. Kalian kan nggak sekolah juga kan, pada sekolah onlen?" tanya Kang Jana.
"Bukan soal bangun malemnya Kang, soal itu mah biasa. Tapi kelilingnya itu yang masalah. Apalagi dari jam dua sampe jam empat..." jawab Ubed lagi.
"Kenapa?" tanya Kabayan.
"Itu jam internet malam Kang. Sudah lebih murah, bahkan ada yang gratis, aksesnya cepet juga. Banyak yang sengaja ngerjain peer jam segitu karena lancar. Bisa strimingan bola segala macem, yutuban juga cepet!" jawab Ubed.
Kabayan melirik Kang Jana, "Mungkin ini yang harus diprotes Jang, ngasih bonus kok tengah malam, masak internet murah dan lancar cuma tengah malam saja. Kayak nggak niat banget! Ini namanya mengganggu tradisi sahur!"
Kang Jana garuk-garuk kepala, "Protesnya kemana Kang?"
*****