"Lama nggak keliatan Jang, kemana aja?" tanya Kabayan pada Jang Herdi, mahasiswa pertanian yang tak lain dari anak Pak Samudi, Lurah Cibangkonol, saat melintas di depan rumahnya.
"Ada aja Kang, di rumah terus kok..." jawab Jang Herdi.
"Kirain di Bandung, kuliah, terus sekarang baru balik sebelum mudik dilarang!" kata Kabayan lagi.
"Enggak Kang, kan sudah lama saya di rumah terus. Kuliah daring. Ini sudah tiga semester di rumah terus kok. Belum pernah ke kampus lagi malah..." jawabnya sambil duduk di bale-bale depan rumah si Kabayan.
"Kuliah di rumah apa enaknya, Jang?" tanya Kabayan sambil menggeser duduknya.
"Enak-nggak enak Kang..." jawab Jang Herdi. "Enaknya ya makan dan minum terjamin, nggak kayak di kosan. Bulan puasa juga enak, nggak perlu mikir mau buka sama sahur apa, sudah disediakan Ambu juga. Tapi ya gitu, bosen, pengen ngampus, pengen ketemu temen, pengen diskusi sama dosen dan lain-lainnya..."
"Rugi ya, SPP bayar terus, kuliahnya enggak..." kata si Kabayan.
"Ya nggak rugi juga sih Kang, cuma bosen..." sambung Jang Herdi. "Untungnya saja kuliah pertanian. Lebih banyak di rumah jadi lebih banyak belajar praktek..."
"Praktek apa aja Jang?"
"Ya, macem-macem lah Kang. Praktek nyetek, nyangkok, sembungan, pembibitan, pengendalian hama. Kalau di kampus kan malah kebanyakan teori, prakteknya jarang, paling di laboratorium. Kalau di sini kan enak, dikasih materi, terus bisa dicoba sendiri..." jawab Jang Herdi. "Apalagi kampung kita kan banyak lahan, banyak bahan, dan tanahnya bagus buat belajar. Sekalian belajar juga dari petani asli..."
"Terus, sekarang mau kemana atau darimana?"