Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kemarin adalah Kenangan, Hari ini adalah Kenyataan, Besok adalah Harapan

19 April 2021   04:37 Diperbarui: 19 April 2021   04:42 7456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Stevepb (pixabay.com)

Kabayan langsung memakan ratu putih Mang Odon dengan bentengnya itu, "Tapi selalu mengenang masa lalu itu namanya skak mat!"

Mang Odon kaget, "Wah, curang kamu mah Yan. Masak punya saya sudah habis dan rajanya dikurung kayak gini!"

"Lah, curangnya dimana?"

"Curang lah, kamu suka mengajak saya ngobrol ngalor-ngidul, jadi saya nggak konsentrasi. Itu namanya curang!" kata Mang Odon. "Dari dulu nggak ada yang berubah, sampe sekarang. Besok kalau kita main catur lagi pasti curang lagi!"

"Nah itu susahnya kalau Mamang tidak belajar dari masa lalu!" kata si Kabayan, "Dulu mentang-mentang sering ngalahin saya dan ngomong kalau saya menang pasti curang, hari ini masih saja begitu. Besok kalau saya kalahkan lagi pasti ngomong curang!"

"Tapi bener, curang kamu, mengganggu konsentrasi saya!" Mang Odon masih nggak terima.

"Karena saya tidak terjebak nostalgia Mang. Saya belajar dari masa lalu, kalau main catur dan Mamang konsentrasi, pasti saya kalah. Makanya saya belajar bagaimana supaya bisa ngalahin Mamang!" kata si Kabayan.

"Berarti besok kalau main, kamu akan pake strategi ini lagi?" tanya Mang Odon.

"Besok adalah harapan Mang! Mamang berharap saja strategi saya nggak mempan lagi. Tapi saya juga berharap, besok menemukan strategi lain karena yang ini sudah ketahuan!" kata Kabayan sambil bangkit dan meninggalkan Mang Odon yang masih memandangi papan catur, memikirkan bagaimana bisa dia dikalahkan oleh si Kabayan tanpa ia sadari.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun