"Begitu ya?" Tuan Zakaria mengangguk-angguk. "Tapi jujur saja, aku suka dengan gagasannya. Sayangnya itu terlalu keras, kurang elegan!"
Soso tersipu, "Maafkan saya Tuan, saya masih belajar!"
"Tak apalah itu, setidaknya kita di Georgia ini punya bibit-bibit intelektual yang mampu menyuarakan gagasannya," kata Tuan Zakaria. "Di St Petersburg sana, pemikiran-pemikiran anak mudanya jauh lebih maju dan lebih berani. Ada satu yang pernah kubaca tulisannya, Vladimir Ulyanov!"
"Apakah Tuan memiliki tulisan-tulisan yang berisi gagasannya?" tanya Soso.
"Ada dua di suratkabar Rusia," jawab Tuan Zakaria. "Mampirlah ke tempatku kalau kau mau membacanya..."
"Dengan senang hati, Tuan..."
Tuan Zakaria melirik Pangeran Ilia lagi, "Barangkali Pangeran punya saran atau pandangan tentang situasi sekarang, berkaitan dengan kegiatan kita?"
Pangeran Ilia menggelengkan kepalanya, "Saat ini mungkin kita masih harus melihat situasi dan perkembangannya sejauh mana..."
Bagian itu, Soso merasa dirinya tak layak berada di situ. Ia terpaksa pamit undur diri untuk kembali ke sekolahnya.
"Datanglah ke tempatku kalau kau berminat..." kata Tuan Zakaria saat Soso pamitan.
Soso mengangguk dan dengan sopan meminta petunjuk alamatnya. Ia juga bertanya, apakah bisa mengunjunginya besok, pada jam istirahatnya. Tuan Zakaria mempersilakannya.