Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (113) Razia Toko Buku di Tiflis

23 Maret 2021   22:23 Diperbarui: 25 Maret 2021   13:26 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Entahlah..." katanya. "Anak-anakku sudah berkeluarga semua. Mungkin sudah saatnya aku memikirkan usaha lain, atau mungkin kembali ke Batumi ke tempat asalku dulu. Di sana mungkin masih bisa bertani atau apalah..."

"Memangnya Bapak masih bisa bertani dan masih punya lahan?"

Pak Yedid tersenyum pahit, "Itu juga. Tanganku ini sudah terlalu lembek, tak pernah bekerja keras lagi. Tapi apa lagi yang bisa kulakukan? Kalau tetap di sini dan tanpa penghasilan, ya susah juga, mau makan apa?"

Soso terdiam. "Apa yang bisa saya bantu, Pak?"

Lelaki itu menggeleng, "Kali ini tampaknya tak ada lagi yang bisa kaulakukan untuk membantuku. Diskusi buku di sini takkan lagi mempan. Malah akan membuatku tambah diawasi!"

"Biar saya pikirkan dulu, Pak!" kata Soso.

"Terimakasih, tapi jangan terlalu memaksa. Ada hal-hal yang mungkin di luar kuasamu..." katanya.

*****

Toko bukunya Gege Imedashvili juga bernasib sama. Ia hanya sedikit lebih beruntung karena masih bisa menjalankan usahanya yang lain, kedai kopinya.

"Mungkin aku akan membalikkannya," kata Gege. "Kalau sebelumnya ini adalah toko buku yang menyediakan minuman, besok-besok mungkin aku akan menjadikannya kedai minuman yang menyediakan buku-buku..."

"Mau membuatnya menjadi dukhan?[1]" tanya Soso setengah bercanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun