"Bukan saya yang mau berobat Pak," jelas Soso. "Saya mencari orang yang sedang berobat di sini..."
"Siapa?"
"Tuan Archimandrite Serafim, rektor Seminari Tiflis!" jawab Soso.
"Wah aku tak tahu kalau soal nama-nama pengunjung. Kalau pemilik pesanggrahan atau pengelola pemandian aku kenal semua..." jawab lelaki Georgia yang Soso tanyai itu. "Tapi kalau orang jauh, orang kaya, atau orang Rusia tamunya, biasanya mereka di pesanggrahan milik Tuan Alexei Batashvili yang paling atas. Selain paling tenang, sumber airnya dianggap paling bagus karena yang pertama, juga pesanggrahannya paling bagus, tentunya paling mahal juga!"
"Yang mana itu Pak?"
"Kau jalan saja ke atas sana, tempatnya yang paling ujung, paling tinggi!"
"Baik, Pak, terimakasih banyak!" jawab Soso.
Soso berjalan kaki lebih naik lagi, Benteng Narikala yang rasanya sudah berada di tempat tinggi pun masih kalah tinggi dengan tempat itu. Dan akhirnya ia sampai di sebuah tempat yang asri, bangunan-bangunan bata yang indah, termasuk kubah-kubah pemandian yang tertata asri. Tak ada lagi bangunan di sebelah atasnya, berarti itu yang terakhir.
Beruntung, penjaga tempat itu mengenali Romo Serafim yang dicari Soso. Ia menunjukkan sebuah pondok kecil yang di depannya terdapat sebuah kubah bata untuk mandi air panas. Meski ragu, Soso memberanikan diri mengetuk pintunya.
"Siapa?" tanya seseorang dari dalam pondok itu dengan Bahasa Rusia.
"Saya Joseph Djugashvili, siswa seminari..." jawab Soso.