Episode Awal: (1) Soso
Episode Sebelumnya: (97) Renungan Diri
*****
Tuan Nikoladze baru kembali ke penginapan setelah 'menghilang' dua malam. Biasa saja, tak tampak tanda-tanda 'menyesal' telah meninggalkan empat orang itu, termasuk Soso, yang khawatir dibuatnya. Soso bisa apa? Selain diam saja. Tak guna bertanya, bukan urusannya. Tak guna mengeluh, bukan haknya. Tak guna marah-marah, tak ada kuasanya.
Mereka akan kembali ke Poti dua hari kemudian. Setelah pulang dari Tsemdolina, Tuan Nikoladze masih pergi ke sana-sini, dan seringnya Soso tak diajak serta. Soso sendiri, daripada pusing, mencari kesenangannya sendiri, bertualang di sekitar pelabuhan, mengobrol dengan orang-orang, bahkan hingga akrab dengan beberapa kusir kereta di sekitar pelabuhan, terutama orang-orang Turk seperti Pak Berat dan kawan-kawan itu, sampai akhirnya, waktu kembali ke Poti tiba.
Kali ini, mereka berangkat pagi-pagi. Kapal yang dinaiki serupa dengan yang ditumpangi saat menuju Novorossiysk. Tapi jelas tak sama, karena kapal yang itu berlayar mengelilingi Laut Hitam berlawanan dengan jarum jam, seperti kapal tempat bekerja Jabeer. Sedangkan yang dipakainya sekarang searah dengan jarum jam.
Sejak kejadian ditinggal di penginapan itu, Soso menjadi rada-rada males ngobrol dengan Tuan Nikoladze. Ia baru ngomong kalau ditanya. Kalau tidak, ya diam saja. Untung saja ada Natela yang kali ini, lagi-lagi ditempatkan satu kamar seperti saat di penginapan, tak sama dengan saat berangkat. Ia jadi punya teman ngobrol untuk menghilangkan gundahnya.
Tiba di Poti dua hari kemudian, Soso malas berlama-lama lagi. Ia langsung undur diri kepada Tuan Nikoladze, kalau ia akan segera kembali ke Tiflis. Tanpa diduga, Tuan Nikoladze membekalinya dengan uang yang sangat banyak, 250 rubel! Itu uang terbanyak yang pernah diterima dan dipegangnya.
"Untuk apa ini Tuan?" tanya Soso.
"Itu untuk ongkos pulangmu dan anggap saja sebagai upah kerjamu selama di sini. Mungkin tak sebanding dengan sumbangan pemikiranmu terhadap kota ini!" kata Tuan Nikoladze.
"Saya malah merasa ini terlalu besar!" kata Soso jujur.