Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pemilik Baru Sunderland: Kaya, Muda, dan Ganteng!

20 Februari 2021   10:08 Diperbarui: 20 Februari 2021   10:34 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kyril Louis-Dreyfus, Pemilik baru Sunderland AFC (sumber foto Tatler.com)

Apa hubungannya ketampanan seorang pria dengan sepakbola? Secara langsung ya tidak ada. Pemain sepakbola ganteng tapi mainnya jelek, ya belum tentu laku dipakai jasanya oleh klub atau pelatihnya. Apalagi kalau cuma ganteng dan mainnya melempem, sebelum masuk lapangan malah bergaya dulu, bukannya latihan atau pemanasan.

Tapi di era sepakbola bisnis seperti sekarang ini, wajah tampan seorang pemain juga bisa menjadi salah satu daya tarik klub untuk merekrutnya. Setidaknya, mungkin saja dia bisa menarik banyak penggemar untuk datang ke stadion untuk membuktikan ketampanannya, atau membeli jersey dan aksesoris lainnya yang dijual oleh klub dan menambah pundi-pundi uang baik untuk klub maupun si pemainnya sendiri.

Untuk itu, banyak contoh. Di era kejayaannya, David Beckham, pemain Inggris yang kinclong bersama Manchester United, dikenal sebagai pemain yang tampan. Rambutnya didandani model apapun --bahkan pernah bergaya Mohawk yang dianggap 'tak tampan' tapi tetap saja terlihat tampan. Ketampanannya ini, konon ikut menyumbang gelontoran uang buat setan merah.

Sembilan tahun berbakti di bawah asuhan Sir Alex Ferguson, menyumbang banyak uang bagi klubnya dari luar lapangan, yakni soal penjualan jersey dengan namanya. Apalagi sejak ia makin dipercaya di lapangan dan kemudian menggunakan nomor 'keramat' warisan George Best dan Eric Cantona, yakni nomor 7, sejak musim 1997-98.

Bukan itu saja, kabarnya gara-gara popularitas Beckham, merek-merk penyedia perlengkapan (apparel) juga berebut ingin bekerjasama dengan MU. Saat Beckham masuk, MU masih bekerjasama dengan Umbro. Lalu raksasa AS, Nike, masuk dan menggusurnya dengan nilai kontrak yang fantastis, bahkan yang terbesar di Inggris.

Begitupun dengan sponsor klub (yang biasa terpampang di bagian depan jersey). Gusur-menggusur terjadi, dengan angka kontrak yang terus menanjak. Vodafone masuk menggusur Sharp Electronics, juga dengan memecahkan rekor kontrak. Semata karena pesona Beckham.

Kepindahan Beckham ke Real Madrid tahun 2003, juga tak semata-mata karena permainannya. Ada persoalan bisnis di sana. Kabarnya, Adidas yang menguasai Madrid, saingan bisnis Nike, punya andil dalam transfer itu.

Ketika MU punya pengganti Beckham pada sosok Cristiano Ronaldo --yang juga menggunakan nomor 7 kemudian---MU kembali punya ladang pemasukan. Selain bermain apik, Ronaldo juga dianggap memiliki tampang yang menawan dan digilai kaum perempuan. Setelah itu, seperti kita tahu, Madrid pun memboyong Ronaldo juga.

Makanya, MLS (liga sepakbola AS) juga bergembira ketika Beckham hendak memasuki masa pensiunnya dengan bermain di LA Galaxy, karena bukan klub saja yang ketiban untung, tapi sepakbola yang terlalu populer di negeri Paman Sam pun kebagian untung, peminatnya meningkat.

Itu pulalah yang membuat Beckham dan Ronaldo, masuk dalam jajaran pemain sepakbola yang paling banyak mendapatkan uang dari kontrak-kontrak iklan di luar urusan sepakbola. Hingga kini, keduanya masih belum ada yang menyaingi (apalagi Ronaldo masih aktif).

Beckham dan Ronaldo memang punya skill yang jauh di atas rata-rata, kalau tidak dikatakan sangat baik dan berkelas dunia. Jadi bisa diperdebatkan apakah daya tarik mereka karena skill atau ketampanannya. Tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa, daya tarik fisik itu memberi andil besar bagi meningkatnya penggemar di kalangan perempuan, baik yang menonton langsung maupun yang membeli jersey (dan lainnya).

Lihat saja para penggemar perempuan yang datang ke stadion dan mengenakan jersey klub kesayangannya, lihat nama dan nomor pemain yang tertera di punggungnya, pastilah pemain yang memiliki wajah rupawan, setidaknya, pemain yang enak dipandang mata!

Ini juga terjadi pada Loris Karius, kiper asal Jerman yang mengikat kontrak dengan Liverpool sejak 2016. Apakah Karius kiper yang sangat hebat? Tidak juga. Tragedi final Kiev 2018 adalah puncak pembuktian bahwa Karius 'bermasalah' dalam permainannya di lapangan. Di luar final itu, blundernya terjadi di mana-mana. Ketika dipinjamkan ke Besiktas lalu ke Union Berlin, 'penyakitnya' tak juga sembuh, malah makin parah.

Apakah Karius sepi penggemar? Tidak juga. Setelah kejadian Kiev yang memalukan itu, Karius memang dihujat kiri-kanan. Tapi, lalu datang rombongan kaum hawa yang membelanya. Wajah Karius yang ganteng dengan muka sedih dan beredar di mana-mana, malah membuat banyak kaum hawa simpati. Salah satu yang vokal menyuarakan pembelaannya adalah Mia Khalifa, mantan bintang film dewasa yang getol membela Karius. Sama sekali bukan karena ia penggemar Liverpool, tapi karena ia mengaku suka dengan kegantengannya!

Gara-gara ini, fans Karius bukannya merosot, malah naik tajam. Akun Instagramnya, tadinya hanya diikuti 400 ribuan, lalu surut setengahnya (gara-gara kejadian di final lawan Real Madrid itu). Tapi gara-gara 'promosi' Mia Khalifa, angka penggemarnya naik lagi sampai angka 1,7 juta, dan isinya kebanyakan kaum hawa! Memang bukan angka yang besar jika dibandingkan dengan Ronaldo yang punya 263 juta pengikut, tapi 'Teori Ganteng' itu memang terlihat relevan. Apalagi kalau Karius bermain apik, bisa saja mengalahkan pengikut akun resmi Liverpool itu sendiri. Buktinya, angka pengikut Ronaldo itu jauh di atas pengikut akun IG resmi Juventus yang 'hanya' 45 jutaan.

Itu contoh soal pemain-pemain sepakbola ganteng, baik yang bermain ganteng seperti wajahnya, maupun yang ganteng saja tapi tak terlalu baik mainnya. Lalu, apa yang terjadi jika yang ganteng itu bukan pemainnya, tapi pemilik klubnya?

Ini cerita baru. Selama ini klub-klub sepakbola dimiliki oleh orang-orang kaya yang rata-rata sudah berumur. Sebagian malah sudah sepuh, yang daya tarik fisiknya sudah berkurang, selain daya tarik kantongnya. Mungkin hanya David Beckham saja yang masih memiliki daya tarik fisik dan ia menjadi pemilik klub Inter Miami yang berlaga di MLS. Itupun belum teruji, karena masih sangat baru.

Nah, dari tanah Inggris, muncul kabar soal pemilik klub yang punya daya tarik fisik; muda, ganteng, masih sendiri (setidaknya belum menikah lah), dan tentu saja tajir melintir. Namanya adalah Kyril Lois-Dreyfus, seorang pemuda kelahiran 18 Desember 1997, alias baru lewat 23 tahun.

Kiril baru saja diumumkan sebagai pemilik saham terbanyak klub sepakbola Inggris, Sunderland AFC yang saat ini bermain di League One (kasta ketiga sepakbola Inggris). Selain masih muda (dan menjadi pemilik klub termuda di Inggris), ia punya wajah yang enak dipandang, ganteng lah. Selain itu, ia memiliki kekayaan senilai 2 milyar poundsterling (satu pound saat ini hampir senilai 20 ribu rupiah, kalikan aja sendiri). Itu yang duitnya sendiri. Padahal, ia juga pewaris perusahaan Louis-Dreyfous peninggalan keluarganya dari pihak ayah, Robert Louis-Dreyfous, yang saat ini dijalankan oleh istrinya (ibu Kyril, Margarita). Menurut Forbes, uang yang dikelola emaknya itu senilai 5.6 milyar pound!

Kedatangan Kyril ini disambut gembira fans The Black Cats (julukan Sunderland). Pemilik lama klub ini, Stewart Donald, dikenal pelit (atau mungkin memang nggak mampu) sehingga klub yang terdegradasi musim 2016-17 ini bukannya kembali ke Premiership, tapi malah turun kasta lagi ke League One. Hal yang membuat fans The Black Cats meradang. Apalagi, pemain-pemain top mereka --salah satunya adalah Jordan Pickford, kiper Timnas Inggris---malah dijual ke Everton karena butuh duit!

Kedatangan Kyril yang berkantong tebal jelas menggembirakan. Apalagi Kyril datang dari keluarga yang mengerti sepakbola. Ayahnya, Robert adalah mantan pemilik klub besar Perancis, Marseile (sebelum meninggal dan akhirnya dijual tahun 2016). Tentu saja hal ini membuat harapan fans The Black Cats agar klubnya kembali ke Premier League meningkat. Sunderland sudah lama tak merasakan trofi tertinggi di Inggris itu setelah enam kali menjuarainya, dan terakhir tahun 1936!

Memang, gebrakan Kyril masih harus ditunggu. Tak ada pula hubungannya dengan wajahnya yang ganteng. Tapi boleh dong kalo penggemar The Black Cats (cewek terutama) bergembira. Kelak, kalau situasi sudah normal dari Covid, mereka bisa datang ke stadion lalu mengalihkan pandangan ke tribun VIP buat mencuri pandang, bukan hanya ke lapangan, hehe...

Sayangnya, Kyril sudah bertunangan dengan Alexandra Nowikovsky. Tapi tenang sis, Kyril ini anak kembar lho, namanya Maurice Louis-Dreyfus. Soal ganteng, jangan ditanya, namanya juga kembar. Ia juga diajak sodaranya untuk mengelola Sunderland, entah sebagai apa nantinya. Bedanya, Maurice ini rada kurang jago bisnis. Kekayaannya kalah dari sang kakak. Tapi ingat, ia masih bisa 'diharapkan' karena kelak juga akan kebagian warisan Louis-Dreyfus. Selain itu, nah ini dia, Maurice masih jomblo!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun