Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Masih Yakin Mau ke Barcelona, Mas Gini?

18 Februari 2021   15:02 Diperbarui: 18 Februari 2021   15:07 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Sebelum merengkuh juara Liga Champions tahun 2019 dan Premier League musim berikutnya, Liverpool tercatat banyak menyelamatkan karir pemain potensial yang nyaris tenggelam bersama klub lamanya. Sebut saja misalnya Andrew Robertson yang 'dipulung' dari Hull City setelah klubnya terdegradasi tahun 2017.

Begitupun dengan Xerdan Shaqiri, pemain Swiss yang sukses bersama Bayern Munchen sebelum terdampar ke Inter Milan dan Stoke City ini juga 'diselamatkan' karirnya oleh Klopp saat Stoke terdegradasi tahun 2018.

Nama lain yang juga bernasib serupa (bahkan lebih dulu dari Robertson dan Shaqiri) adalah Giorginio Wijnaldum. Pemain kelahiran Rotterdam, Belanda 11 November 1990 ini adalah pemain yang sangat potensial. DIbesarkan di Sparta Rotterdam saat masih kanak-kanak, bergabung dengan Feyenord saat remaja, dan memulai karir profesionalnya di klub itu.

Tiga tahun bersama Feyenord (dari 2007-11) Gini, panggilan akrab kawan-kawannya, tampil dalam 111 laga dan menyumbang 23 gol. Sebuah pencapaian yang baik bagi pemain muda sepertinya. Hal itu pulalah yang kemudian membuat PSV Eindhoven merekrutnya. Empat tahun bersama PSV, ia terlibat dalam 109 laga dan menyumbang 40 gol.

Entah setan apa yang merasukinya, Gini tergiur mencicipi liga Inggris. Sebelum kontraknya berakhir, Newcastle United datang meminangnya. Angka 14 juta poundsterling mampu membuat PSV mereralakannya. Apalagi Gini sendiri memang terlihat antusias merumput di Inggris.

Pelatih The Magpies saat itu, Steve McLaren yang memboyongnya. Selain itu, ada rombongan Wong Londo yang sudah lebih dulu berada di sana, antara lain Tim Krul, Daryl Janmaat, Vurnon Anita, dan Siem de Jong. Mereka sudah menempati starting XI sebelum Gini bergabung.

Sayangnya, 'Timnas Oranye' mini ini gagal dikelola oleh McLaren yang orang Inggris, meski sudah pernah berkarir sebagai pelatih di Belanda bersama FC Twente. Serangkaian hasil buruk membuat McLaren dipecat di tengah jalan.

Mike Ashley, pemilik The Magpies bergerak cepat dengan merekrut pelatih yang lebih punya jam terbang tinggi, Rafael Benitez. Benitez yang cukup sukses di Inggris bersama Liverpool, baru saja dipecat Real Madrid. Tapi Benitez datang terlambat ketika The Magpies sudah kadung terpuruk. Ia gagal menyelamatkan Newcastle dari degradasi, karena hanya mampu menempati posisi ke-18.

Wijnaldum sendiri tidak bermain buruk. Ia tak pernah absen sekalipun dalam 38 laga liga dan menyumbang 11 gol. Sebuah pencapaian individu yang cukup mentereng buat seorang gelandang. Hebatnya, 11 gol itu mengantarkannya menjadi top skorer klub musim itu. Rombongan penyerang The Magpies seperti Papiss Cisse dan Ayoze Perez pun tak berhasil mendekati perolehan golnya itu.

Saat itulah Liverpool datang melamarnya. Angka 23 juta pound tak bisa ditolak. Apalagi mereka terdegradasi ke Championship. Bersama The Reds, Gini meneken kontrak untuk lima tahun ke depan.

Kedatangannya langsung disambut baik oleh Jurgen Klopp yang langsung klop dengannya. Ia langsung mengisi pos tengah bersama dengan Jordan Henderson, Philipe Coutinho, Lucas Leiva, Adam Lallana, dan Emre Can. Ia turun dalam 36 dari 38 laga liga dan menyumbang 6 gol.

Musim berikutnya, ia makin kokoh di posisinya. Siapapun pemain tengah yang didatangkan Klopp, tak ada satu pun yang berhasil menggusurnya. Satu-dua kali saja ia absen, karena cedera yang tak berarti, atau ketika Klopp menguji coba pemain lain.

Gini makin betah, karena di musim keduanya, Liverpool kembali berlaga di Eropa, bahkan selalu sampai ke final. Pertama adalah final UEFA League, yang sayangnya ditumbangkan oleh Sevilla. Berikutnya lebih baik lagi, dua kali final Champions League. Yang pertama gagal di Kiev karena kandas oleh Real Madrid gegara 'tragedi Karius.' Dan kedua kalinya, sukses menumbangkan Tottenham Hotspurs di Madrid.

Balik ke Inggris, Gini berperan besar dalam penebusan kegagalan Liverpool di liga, dan sukses menghentikan Manchester City meraih gelar ketiganya berturut-turut. Sayangnya, setelah itu, The Reds mulai didera banyak masalah. Gagal di Liga Champions setelah dikandaskan oleh Atletico Madrid dalam 'tragedi Adrian,' disusul dengan melorotnya performa di liga primer.

Musim ini, Wijnaldum sudah memasuki akhir dari masa baktinya yang tertera dalam kontrak tahun 2016 yang tak pernah lagi diperbaharui. Di belahan Eropa lainnya, raksasa Spanyol yang sedang galau, Barcelona, menunjuk Ronald Koeman sebagai pelatih baru mereka.

Koeman sebelumnya melatih Timnas Belanda, dan bekerjasama dengan duo Liverpool, yaitu Wijnaldum dan Virgil van Dijk. Koeman langsung berkoar akan mendatangkan Wijnaldum ke Camp Nou. Ia memang menyukai Wijnaldum sejak lama, sayangnya tak pernah berjodoh --selain di Timas. Saat Koeman menangani PSV, Gini di Feyenord, dan giliran Koeman ke Feyenord, Gini lah yang pindah ke PSV.

Peluang Koeman untuk bekerjasama dalam tim terbuka lebar di musim depan. Wijnaldum bisa didatangkan secara gratis dari Liverpool. Apalagi hingga saat ini, tak kunjung ada kabar Gini menandatangani kontrak dengan The Reds. Di masa transfer Januari, ketika Gini bebas berbicara dengan klub lain, ia juga masih bungkam.

Klopp sendiri tak pernah kehilangan kepercayaan pada Wijnaldum. Musim ini ia tampil dalam semua laga yang dilakoni oleh Liverpool, baik di liga dan di Eropa. Totalitas mainnya masih sama. Bahkan ketika Thiago Alcantara datang dari Munchen dan digadang-gadang akan mencuri posisinya, Gini tak goyah, justru Thiago yang masih kesulitan meyakinkan Klopp. Dan seringnya, mereka malah main bareng.

Soal masa depannya, Gini tak pernah koar-koar. Ia selalu bungkam. Dan ini yang mencemaskan penggemar The Reds. Meski sudah dimakan usia, peran Wijnaldum masih sangat sentral di Liverpool. Kepergiannya bisa menimbulkan masalah di lini tengah, meski berjubel nama besar di sana.

Harus diakui bahwa, dalam hal kontraknya, Wijnaldum bermain cerdas. Ia tak mengumbar hasratnya pindah ke Barcelona (atau ke manapun) seperti yang dilakukan Coutinho sebelumnya. Kelakuan yang membuat marah penggemar The Reds.

Ia memilih bungkam, menyerahkan negosiasi dengan klub pada agennya, dan ia sendiri tetap bermain baik. Negosiasi agennya ditambah dengan negosiasi dirinya sendiri yang terus menaikkan 'nilai jualnya' sebagai pemain penting di lapangan. Michael Edwards, direktur olahraga Liverpool yang jago membuat keputusan bisnis yang menguntungkan (dan juga penting bagi Klopp yang mengurusi lapangan) dibuat pusing. Peluang untung 'menguangkan' Wijnaldum sudah lewat. Gini bisa pergi kapan saja tanpa meninggalkan uang sepeser pun bagi Liberpool.

Satu-satunya cara adalah segera membujuknya, dan mengikuti kemauannya. Tapi soal itu, Gini juga masih bermain apik. Pra-kontrak dengan Barcelona juga belum terwujud. Artinya, semua kembali pada keputusannya. Mau pergi, bebas (dan penggemar Liverpool takkan menyalahkannya, karena biang kegagalan akan dituduhkan pada manajemen). Mau bertahan, juga bisa.

Tampaknya, satu-satunya alasan yang masih dipertimbangkan oleh Wijnaldum adalah posisi Koeman di Barcelona. Posisinya benar-benar tak aman. Keputusannya menceraikan Messi-Suarez, dan 'memaksa' Messi bertahan dengan setengah hati, menjadi yang paling disorot.

Di La Liga, Barca masih berada di bawah duo Madrid, termasuk Atletico yang nyaman di puncak besama Suarez. Di Liga Champions pun nasibnya lebih mengkhawatirkan lagi setelah dipermalukan PSG di kandang, 1-4. Memang tak berarti peluang Barcelona tertutup. Tapi rasanya berat dan butuh banyak keajaiban. Terlalu banyak keajaiban yang dibutuhkannya, bukan cuma satu.

Jika Koeman tak bisa menyelamatkan satu dari dua gelar bergengsi itu, bukan tidak mungkin, kabar pemecatannya akan segera diumumkan. Kalaupun tidak, nasibnya di akhir musim masih tak jelas.

Inilah yang tampaknya membuat Wijnaldum masih wait and see mengenai masa depannya. Ia masih punya dua peluang yang besar, peluang bertahan di Liverpool dalam satu atau dua musim ke depan, pun peluang hijrah ke Spanyol selama Koeman masih ada di sana.

Apabila Koeman ditendang sebelum musim berakhir, peluangnya bertahan di Anfield masih besar. Kalaupun Koeman masih bertahan sampai awal musim depan, ia tinggal memilih, mau bertahan bersama Klopp yang masih percaya padanya, atau bergabung dengan Koeman yang bisa menjaminnya bermain reguler, tapi tak bisa menjamin kursinya sendiri.

Tapi melihat situasi di Barcelona sekarang, pilihan terbaik bagi Wijnaldum adalah bertahan. Memang tak lagi bisa mengangkat juara Premiership yang sudah makin menjauh. Hanya peluang di Champions League saja yang masih memungkinkan. Sementara bagi Barcelona, baik liga domestik maupun Eropa, tampaknya sulit dijangkau.

Tapi nasib kedua tim di Liga Champions musim depan bisa menjadi pertimbangan Wijnaldum. Meski gagal (lagi) tahun ini, Barca masih berpeluang tetap bermain di Liga Champions dengan posisi empat besar yang nampaknya masih terjangkau. Sementara Liverpool, saat ini terlempar dari zona Champions. Jalan bagi The Reds untuk kembali ke Eropa musim depan hanya dua, segera memperbaiki posisi di loga domestik, atau memenangkan Si Kuping Besar tahun ini!

Pada akhirnya, keputusan ada di tangan Wijnaldum sendiri. Ia masih punya waktu cukup untuk menimbang-nimbang untuk bertahan atau pergi, karena kartu truff ada di tangannya sendiri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun