Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (77) Bergerak dan Menunggu

12 Februari 2021   21:27 Diperbarui: 13 Februari 2021   23:47 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (76) Mengunjungi Tahanan

*****

Hari jumat, Soso mengunjungi kontrakan Lado Ketskhoveli. Pertama untuk bersiap 'menyambut' kedatangan cewek Rusia yang dikenalnya di Rustavi, Tatiana. Kalau cewek itu beneran datang ke Tiflis dan mencarinya di situ, setidaknya ia sudah bersiap. Kedua, urusan teman-temannya yang ditahan oleh polisi Gori. Soso merasa perlu berbagi cerita dengan sahabatnya itu. Siapa tahu Lado punya pandangan atau mungkin bisa membantu pembebasan teman-temannya.

Si Lado hampir saja bertemu dengan teman-teman Mesame Dasi-nya, tapi kedatangan Soso yang kemudian menceritakan nasib kawan-kawannya, ia mulai tertarik. Remaja yang setahun lebih tua dari Soso itu memang menaruh perhatian pada nasib buruh, sesuatu yang masih menjadi misteri bagi Soso, mengenai alasan di baliknya, terutama karena anak itu tak pernah sekalipun menjadi buruh, dan juga bukan berasal dari keluarga buruh.

"Kalau hanya sekadar membebaskan mereka, kurasa itu tak terlalu sulit..." kata si Lado. "Keluarkan saja beberapa rubel, selesai. Tapi aku melihat hal yang lebih besar dari itu..."

"Maksudmu?" tanya Soso.

"Itulah persoalan buruh yang sesungguhnya. Bayaran tak seberapa dibandingkan dengan pekerjaannya. Dianggap sebagai manusia kelas rendah, dan dalam situasi tertentu selalu menjadi pihak yang dikorbankan..." kata si Lado. "Mungkin ini bisa jadi titik sebuah gerakan besar untuk mengubah nasib mereka..."

Soso masih belum mengerti maksud si Lado.

"Kita harus mengabarkan penindasan ini kepada buruh-buruh lain. Kita harus membangkitkan nurani mereka yang lama tertidur. Kita harus membangkitkan semangat untuk menuntut hak-hak mereka, hak untuk diperlakukan secara adil..." lanjutnya.

"Kau buat tulisan mengenai kasus ini, nanti kubawa ke Kvali..." kata si Lado lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun