Sudah sangat lama klub-klub Skotlandia tak membuat sensasi di kancah Eropa. Klub terakhir yang melakukannya adalah Celtic. Kapan? Tahun 1966-1967 saat mereka menjuarai European Cup yang kemudian bertransformasi menjadi UEFA Champions League saat ini.
Pencapaian Celtic waktu itu bukan hanya sensasional dan fenomenal untuk klub dan negaranya saja, tapi juga untuk negara-negara Britania. Celtic jadi klub pertama Britania Raya yang meraihnya.Â
Liverpool yang kemudian menjadi klub paling banyak meraih trofi paling bergengsi di Eropa itu baru bisa mendapatkannya tahun 1976-77, alias satu dekade kemudian.
Tahun itu, klub yang bermarkas di kota Glasgow itu memang fenomenal. Orang selalu bicara treble (tiga trofi satu musim), tapi Celtic tak tanggung-tanggung, lima trofi dari lima kompetisi mereka sapu bersih alias quintuple.Â
Pertama adalah Scotish First Division --cikal bakal Scottish Premiership saat ini, lalu Scotish League Cup, Scottish Cup, Glasglow Cup, dan tentu saja yang paling fenomenal European Cup.
Di tingkat Eropa, mereka memulainya dari babak bracket. Putaran pertama mereka mengalahkan Zurich FC dari Swiss dengan skor akhir agregat 5-0 (2-0 dan 3-0) dalam dua pertandingan.Â
Masuk putaran kedua, mereka berhadapan dengan Nantes (Prancis) dan menang dengan agregat 6-2 (3-1, 3-1). Lawan berikutnya, Vojvodina (Yugoslavia) dikalahkan dengan agregat 2-1.Â
Setelah itu, di semifinal, mereka mengalahkan lagi Dukla Prgaue (Cekoslovakia) dengan agregat 3-1 (3-1, 0-0). Dan di partai puncak yang diselenggarakan di Lisbon (Portugal) dengan hanya satu kali tanding, mereka berhadapan dengan raksasa Italia; Internazionale Milan.
Satu gol penalti yang dilesakkan Alessandro Mazzola di menit ke-7 ke gawang Celtic yang dikawal Ronnie Simpson, tak meluluhkan semangat tim asuhan Jock Stein itu. Babak kedua, mereka terus berusaha menyerang, dan akhirnya Thomas Gemmell membuat skor imbang di menit 62.Â
Ketika laga memasuki menit 85, saat banyak orang mengira akan berakhir imbang dan berlanjut ke babak tambahan, Stevie Chalmers membobol gawang Inter yang dikawal Giuliano Sarti.
Hasil itu benar-benar diluar dugaan banyak orang. Pertama, karena Celtic bukanlah klub yang diunggulkan, dan mereka masuk final karena 'beruntung' menghadapi lawan-lawan "enteng".Â