Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (76) Mengunjungi Tahanan

11 Februari 2021   21:13 Diperbarui: 12 Februari 2021   21:29 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Anak-anak itu menggeleng. "Pokoknya kita cuma naikin ke kereta. Habis itu ya sudah, terima upah, kita jalan-jalan!" jawab si Kahka.

"Kita sudah ngomong soal Pak Tamar itu, tapi polisi nggak percaya. Malah katanya dua penjaga itu bersaksi. Kan aneh? Kalau mereka bersaksi, dan kita memang mencuri, kenapa mereka nggak menangkap kita waktu itu!" kata si Ogur.

"Ya sudah..." kata Soso.

"So, bantuin kita lah. Kita mau keluar, mau kerja... kasian orang tua kita!" kata si Ogur lagi.

"Aku sedang berusaha membantu kalian. Ada teman kalian yang akan membantu. Si Petros Gulbenkian..." jawab Soso.

"Petros beruntung nggak ikut, dia pulang..." kata seorang anak yang Soso nggak kenal. "Tapi dia malah enak, nggak ikut ditangkap..."

"Aku tahu..." jawab Soso. "Malem itu aku juga nyari kalian, ke Bazaar Armenia, ke Golovinsky, bahkan sampai ke Narikala, ditemenin sama si Petros itu. Kalian pada kemana sih waktu itu?"

Vati melirik si Ogur, "Kita diajak minum sama Pak Tamar itu di Bazaar Persia..." jawab si Ogur. "Ya karena gratis, kita sih minum aja, meski semuanya juga cuma nyoba-nyoba aja. Habis itu, kita jadi pada mabok. Malemnya ditangkap polisi!"

"Pak Tamar itu?"

"Udah nggak ada waktu kita ditangkap!" jawab si Ogur.

"Iya, minuman aja ternyata belum dibayar..." kata anak yang tak dikenal Soso tadi, kayaknya sih anak Armenia. "Duit kita, yang upah ngangkut itu, diambil buat bayar minuman!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun