Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (61) Kuliah Singkat Kapitalisme Kolektif

27 Januari 2021   18:13 Diperbarui: 28 Januari 2021   20:54 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

"Penyesuaiannya misalnya dengan keterlibatan negara. Negara memberi modal kepada kelompok masyarakat tertentu untuk membuka usaha...katakanlah itu sebuah asosiasi..." lanjutnya.

"Apakah mungkin Rusia mau memberi modal kepada orang-orang Georgia?" tanya Soso.

"Nah itu. Karena itulah kemerdekaan Georgia menjadi sangat penting!" jawab Tuan Nikoladze.

"Berarti kita tidak bisa menerapkan kapitalisme itu sekarang dong, Tuan..." kata Soso lagi.

"Bisa. Tak perlu menunggu merdeka dulu. Apalagi usaha memerdekakan diri juga perlu biaya..." jawab Tuan Nikoladze. "Caranya dengan gerakan pengumpulan modal secara kolektif. Yang ini sangat mungkin, Rusia takkan bisa menghalangi soal itu. Tinggal kitanya saja, mau mulai bergerak atau tidak!"

Soso terpesona, sebuah pemikiran yang menarik menurutnya. "Apakah itu sudah dimulai, atau sudah ada yang memulai Tuan?" tanyanya.

Tuan Nikoladze mengangguk. "Aku sudah memulainya. Pelabuhan Poti itu nantinya akan digarap oleh orang-orang Poti sendiri. Akan kularang modal dari luar untuk mengelolanya..."

"Apa Tsar tidak keberatan?" tanya Soso lagi.

"Itulah pentingnya diplomasi..." jawab Tuan Nikoladaze. "Kalau frontal, jelas takkan bisa disetujui. Pelan-pelan saja dulu, selama kita tidak mengganggu dulu kepentingan mereka..."

Soso mengangguk-angguk.

"Yang aku sayangkan, sekarang di Tiflis, ada sekelompok anak muda yang menyebut diri mereka sebagai Mesame Dasi..." kata Tuan Nikoladaze lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun