"Kau sekolah dimana?"
"Di Seminari Tiflis, Pak..."
Lelaki itu bergumam tak jelas. "Makin banyak orang Georgia yang sekolah di sana ya?"
Soso mengangguk. Mendengar cerita Pak Hameed tadi, Soso menangkap ketidaknyamanan dalam omongan lelaki itu. Ia tahu, ia bukan orang Rusia, tapi ia adalah bagian dari Gereja Rusia yang memaksa orang-orang Doukhobor seperti Pak Sorokoff itu untuk 'berpindah keyakinan.'
"Saya mendengar cerita tentang orang-orang di sini..." kata Soso dengan sedikit ragu.
"Bukan salahmu..." lelaki itu segera memotong omongan Soso. "Mau apa lagi. Dulu kami mengungsi dari kampung halaman sendiri ke sini dengan harapan bisa hidup tenang. Tadinya sih iya. Orang-orang Otoman tidak mempermasalahkan keberadaan kami. Tiba-tiba saja Guria juga menjadi bagian dari Rusia..."
"Apa ada pilihan?" tanya Soso.
Lelaki itu menggeleng. "Hanya satu pilihan, kami harus pergi lagi..." katanya. "Pilihan yang mereka berikan sama sekali bukan pilihan untuk kami. Maaf ya, kami tidak bisa mengikuti ajaran yang mereka anut, ajaran yang kamu pelajari sekarang di Tiflis..."
Soso mengangguk, "Saya mengerti Pak..." katanya. "Gereja Rusia tak lebih dari kepanjangan tangan Tsar, bukan lagi benar-benar sebuah lembaga keagamaan..."
Lelaki itu melongo. "Baru saya dengar, seorang pengikut Gereja Rusia mengatakan begitu, apalagi seorang siswa seminari!"
Soso tersenyum. "Jangan lupa kalau saya orang Gori, orang Georgia..." katanya. "Ini bukan soal agama, tapi soal politik!"