Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (42) Iblis

7 Januari 2021   12:06 Diperbarui: 8 Januari 2021   11:04 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP by Alip Yog Kunandar

Seva nyengir sambil melihat isi rumah itu, berantakan, penuh dengan buku yang berserakan. "Enak juga ya kalau punya rumah sendiri, nggak tinggal di asrama terus..." kata si Seva.

"Ya sudah, keluar aja, tinggal di sini sama aku..." kata si Lado.

"Aku bisa digantung bapakku!" Seva tertawa, "Katanya mau disuguhi kopi, Do..."

"Ya bentar, kupesankan di depan..." kata si Lado yang kemudian meninggalkan dua temannya itu.

"Enak ya kerja di partai, bisa punya rumah di Tiflis..." kata si Seva saat Lado meninggalkannya bersama Soso yang asyik melihat-lihat buku-buku yang terserak.

"Dia masih nyewa.." jawab Soso.

"Ya sama aja, sewa rumah segede ini kan mahal. Apalagi di sini kan kawasan elit, tempat orang-orang kaya Jerman tinggal..." kata si Seva.

Soso diam, ia menemukan satu buku yang menarik di antara tumpukan buku-buku yang lain, Bsy[1] yang ditulis oleh Fyodor Dostoevsky, nama yang sudah cukup akrab, tapi ia belum pernah membacanya. Saat si Seva masih mengagumi rumah tempat tinggal si Lado, Soso mulai membacanya.

Tak lama, Lado kembali dengan tiga cangkir kopi. Soso bergabung dengan dua temannya sambil membawa buku itu. "Bisa kupinjam buku ini, Do?" tanyanya pada Lado.

"Bawa aja, aku sudah selesai membacanya," jawabnya. "Mungkin bagus supaya kau mulai berpikir tentang revolusi!"

Soso tak melanjutkan bacaannya. Nanti saja, ia akan membawa buku itu ke asrama dan mencari kesempatan untuk membacanya. Lado mengambil dua buah cangklong dan memberikan salah satunya kepada Soso. Ia juga mulai mengisinya dengan tembakau dan membaginya juga dengan Soso. Soso menikmati cangklongnya sendirian, sementara si Lado harus 'mengajari' dulu si Seva menikmati kopi dan tembakau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun