Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (11) Kabar dari Kampung

7 Desember 2020   08:39 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:45 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kesehatannya memang nggak terlalu bagus, mungkin kecapekan saja mikirin nyari biaya buat sekolahmu. Tapi nggak ada yang perlu dikhawatirkan kok. Kalau besok saya bawa kabar baik tentang sekolahmu, pasti ia akan lebih baik..." jawab Romo Chark.

*****

Setelah menyampaikan kabar gembira buat Soso, dan diajak makan siang oleh Mak Imel dan Pak Sese, ia pamitan. Katanya ia akan menginap di rumah koleganya sekalian mengurusi hal lain soal gereja. Sepeninggal Romo Chark, Soso menyampaikan kabar yang diterimanya itu pada Pak Sese dan Mak Imel.

"Syukur lah..." kata Pak Sese, "Bakatmu terlalu sayang kalau disia-siakan untuk menjadi buruh pabrik saja. Setidaknya, kau harus lebih baik dari bapakmu, dan berterimakasih pada ibumu yang sudah banting tulang agar hidupmu lebih baik..." kata Pak Sese.

"Jadi, kau akan jadi calon pendeta nih?" tanya Mak Imel.

Soso hanya nyengir. Ia lalu pamitan balik ke kamarnya. Di kamarnya, Soso segera membuka dua bungkusan titipan dari Mak Keke dan Bonia. Ia membuak dulu bungkusan dari Mak Keke. Isinya dua potong baju linen putih. Soso terharu. Mungkin maksud emaknya itu agar Soso punya pakaian yang baik untuk sekolahnya nanti. Hanya itu, tak ada yang lain, tak ada juga surat dari emaknya itu.

Giliran Soso membuka bungkusan dari Bonia. Di bagian luar bungkusan kain yang diikat tali itu, terselip sebuah amplop. Soso membukanya dan mengeluarkan secarik kertas yang terlipat rapi di dalamnya. Tampaknya sepucuk surat yang ditulis tangan oleh Bonia. Tulisannya terlihat lebih rapi sekarang:

Aku tahu, tahun ini tidak akan bisa melihatmu. Tapi tak apa, aku senang mendengar kamu akan mulai sekolah tahun ini. Aku bisa menunggu sampai liburan sekolahmu tiba, karena kamu pasti akan pulang, menengok ibumu, dan kuharap, tak lupa menemuiku barang sejenak. Semoga kamu membaca surat ini sebelum Romo Chark pulang, jadi kamu bisa menyempatkan membuat surat balasan untukku. Terserah apa isinya, sekadar memberi kabar, sukur-sukur kalau kamu mau cerita soal hidupmu di Tiflis. Oh ya, aku nggak bisa ngasih apa-apa sekarang selain sesuatu yang kuharap bisa membuatmu terus teringat padaku. Salam, Bonia.

Soso buru-buru membuka bungkusan kain itu dan mengeluarkan isinya.

Bujubuneng... isinya celdam cewek! Soso melemparkannya karena kaget. "Apa coba maksudnya anak itu?" pikir Soso. Tapi, lama-kelamaan, Soso memungutnya lagi, dan mendekatkan ke hidungnya. Yeakk....

"So, makan..." terdengar suara Mak Imel.

Soso tergesa-gesa membereskan baju dari emaknya dan 'hadiah' dari Bonia itu, dan menjejalkannya ke dalam peti penyimpanan pakaiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun