Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stalin: (9) Toko Buku Yahudi

5 Desember 2020   09:09 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:42 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya sudah..” kata Pak Dmytro.

Dan keesokan harinya, Soso mulai belajar membaca dan menulis huruf Latin..

Hubungannya dengan Irena juga sudah tak lagi diam-diam. Mereka sering ngobrol sambil menunggu Pak Dmytro mulai mengajar. Atau mengobrol setelah Soso selesai belajar. Tapi Pak Dmytro dan istrinya tak pernah tahu hubungan spesial di antara anak-anak itu. Mereka tak tahu kalau beberapa kali Soso dan Irena keluar dan ngelayap malam-malam. Mereka hanya tahu kalau Soso pernah mengajak Irena siang hari, itu juga hari Minggu, dan mereka tidak keberatan, karena Soso selalu ‘mengembalikan’ Irena sebelum hari gelap.

Pernah suatu hari, hari Minggu tentunya, Soso mengajak Irena ke ‘calon sekolahnya,’ karena sebelumnya ia pernah bercerita kalau ia akan masuk sekolah itu nantinya. Ketika melewati toko buku yang pernah dimasukinya saat baru pertama ke Tiflis itu, Soso mengajak Irena masuk.

Rupanya pemilik toko itu masih mengenali Soso. “Buku apa yang kau cari, Gruzin?” tanyanya dalam bahasa Rusia, dan masih menyebutnya Gruzin atau ‘orang Georgia.’

Soso teringat pada sebuah cerita pendek berjudul Pikovaa Dama[3]  karya Alexander Puskhin yang diberikan Pak Dmytro sebagai bahan bacaan. Dan ia dengar, Alexander Puskin juga menulis novel. Ia penasaran dengan novelnya itu.

 “Punya novelnya Alexander Puskhin?” tanya Soso dalam bahasa Rusia.

 Lelaki itu melongo, “Kau sudah bicara bahasa Rusia rupanya!”

 Soso hanya tersenyum. “Ada atau tidak?” tanya Soso lagi.

 “Ada satu…” kata lelaki itu sambil beranjak dari tempat duduknya, lalu mencari buku yang dimaksudkannya. Setelah menemukannya, ia menyodorkannya pada Soso.

 “Zhenikh…”[4] Soso membaca huruf Rusia di sampul buku itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun