"Jalannya begini terus ya Mak?" tanya Soso yang mulai bosan melihat pemandangan perbukitan di kiri jalan dan perkebunan di kanan jalan. Sebetulnya pemandangannya cukup indah, tapi pemandangan seperti itu tak asing buat Soso.
"Ya kurang lebih..." jawab Mak Keke yang tampaknya agak bosan dengan obrolan yang tak menarik itu.
"Sebetulnya ada jalur yang lebih menarik..." Pak Kusir nimbrung dengan logat Georgia yang agak aneh, mungkin bener dugaan Soso kalau dia bukan orang Georgia. "Kalau lewat jalur utara, kita melewati Tsitelubani, Samtavisi, Perma, Mukhrani, Mtsketa.. jauh lebih ramai..."lanjutnya.
"Kenapa tak lewat situ saja Pak, lebih jauh?" tanya Soso.
"Kurang lebih sama... tapi kan Romo Chark meminta kita untuk mampir di Tsinarekhi, jadi nggak bisa lewat jalur itu..." jawab Pak Kusir. "Dan jalur itu punya daerah rawan, antara Samtavisi dan Perma..." tambah Pak Kusir lagi.
"Kenapa rawan?" tanya Soso.
 "Banyak begal... nggak kenal ampun nggak kenal orang.. mau kaya atau miskin, selama ada yang bisa diambil, ya diembat sama mereka..." timpal Pak Kusir.
 "Begal?" Soso makin tertarik. Ia bahkan beranjak dari tempat duduknya yang nyaman ke sebelah Pak Kusir.
 "Kata orang sih itu pengikutnya Pangeran Schivili, bangsawan Georgia yang tersingkir karena tak mau tunduk pada Rusia..." jawab Pak Kusir. "Tapi saya sendiri tak percaya. Dari kawan saya, dengar-dengar mereka adalah orang Armenia yang terusir dari kampungnya..."
 "Kok bisa?" tanya Soso lagi.
 "Temen saya kan juga orang Armenia, Dek.. jadi tau pas mereka ngomong. Tapi sama aja, dia juga jadi korban..." jawab Pak Kusir.