Mohon tunggu...
Alip Riduan
Alip Riduan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 43222010024/ Universitas MercuBuana

NIM: 43222010024 Jurusan: Akuntnsi, Kampus : Universitas Mercu Buana. Dosen pengampu: Prof. Apollo Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tugas Besar 2 - Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar Pada Upaya Pencegahan Korupsi

9 November 2023   09:42 Diperbarui: 15 Desember 2023   09:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajaran Semar tentang sikap dan mental mencakup nilai-nilai yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tradisi wayang kulit Jawa, ajaran ini dikenal sebagai "Pancadarma Semar." Berikut adalah ajaran Semar tentang sikap dan mental dalam bahasa Jawa:

  • Ati Ning Susila: (Artinya: Hati yang Tenang dan Mulia) Ajaran ini mengajarkan pentingnya memiliki hati yang tenang dan damai dalam menghadapi segala situasi. Dengan hati yang tenang, kita dapat menjalani hidup dengan kedamaian batin dan kebijaksanaan.
  • Ati Ning Laku: (Artinya: Hati yang Tulus dalam Perbuatan) Ajaran ini mengajarkan keutamaan ketulusan dalam tindakan dan perilaku. Dengan hati yang tulus, segala perbuatan akan mendapatkan berkah dan keberkahan.
  • Cara Ning Sukma: (Artinya: Jiwa yang Sederhana) Ajaran ini mengajarkan kesederhanaan dalam jiwa dan perilaku. Dengan jiwa yang sederhana, kita dapat menghargai nilai-nilai kecil dalam kehidupan dan merasa puas dengan apa yang dimiliki.
  • Ngunduh Mantu: (Artinya: Menghormati Orang Lain) Ajaran ini mengajarkan pentingnya menghormati orang lain, terutama orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Dengan menghormati, kita membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia.
  • Nyawiji Aji: (Artinya: Menjaga Martabat Diri) Ajaran ini mengajarkan pentingnya menjaga martabat diri dan kehormatan. Dengan menjaga martabat, kita dapat hidup dengan integritas dan kejujuran yang tinggi.
  • Sugih Ati: (Artinya: Hati yang Kaya) Ajaran ini mengajarkan kekayaan hati yang melampaui materi. Dengan hati yang kaya kasih sayang, kebijaksanaan, dan ketulusan, kita dapat mencapai kebahagiaan yang sejati.

Dengan mengamalkan ajaran Semar tentang sikap dan mental ini, manusia diharapkan dapat hidup dengan penuh kedamaian, kebijaksanaan, dan kebahagiaan dalam setiap langkah kehidupannya.

Semar, salah satu tokoh dalam tradisi wayang kulit Jawa, memiliki sejumlah atribut atau ciri khas yang membuatnya mudah dikenali. Beberapa unsur atribut yang dimiliki Semar dalam pertunjukan wayang kulit Jawa meliputi:

  • Bentuk Tubuh: Semar biasanya digambarkan sebagai tokoh yang gemuk dan berpostur tubuh bulat. Bentuk tubuhnya yang berbeda dari tokoh-tokoh lainnya membuatnya mudah dikenali.
  • Wajah: Wajah Semar biasanya berbentuk bulat dan penuh senyum. Matanya besar dan ekspresif, mencerminkan kebijaksanaan dan kelembutan.
  • Hidung: Hidung Semar sering kali digambarkan besar dan melengkung, memberinya tampilan yang khas dan menggemaskan.
  • Rambut: Semar memiliki rambut panjang yang sering kali diikat atau digelung, menambahkan karakter tradisional pada penampilannya.
  • Pakaian: Semar mengenakan pakaian sederhana yang sering kali terdiri dari kain tradisional Jawa, sering kali berwarna cerah dan mencolok. Pakaian Semar mungkin tampak kusut atau tidak rapi, menunjukkan sifatnya yang sederhana.
  • Selendang: Semar biasanya membawa selendang atau kain panjang yang digunakan melilitkan tubuhnya. Selendang ini dapat memiliki warna-warni yang mencolok dan sering kali menjadi ciri khasnya.
  • Peran dalam Cerita: Semar adalah karakter bijaksana dalam tradisi wayang kulit Jawa. Dia sering kali memainkan peran penasihat atau pembimbing bagi tokoh-tokoh utama. Peran ini mencerminkan atribut kebijaksanaan, kesetiaan, dan kelembutan yang melekat padanya.

Dalam tradisi wayang kulit Jawa, Semar memiliki berbagai sebutan atau nama lain yang mencerminkan ajaran moral dan kearifan yang terkandung dalam karakter tersebut. Beberapa sebutan atau nama lain Semar yang mencerminkan ajaran moral meliputi:

  • Dalang Kulit:

    • Kakang Semar: Dalam pertunjukan wayang kulit, Semar sering disebut sebagai "Kakang Semar." Kata "Kakang" digunakan untuk menyapa kakak atau orang yang lebih tua secara hormat, mencerminkan penghormatan terhadap kebijaksanaan dan pengetahuan yang dimiliki oleh Semar.
  • Ajaran Moral:

    • Penyambut Budi: Semar juga dikenal sebagai "Penyambut Budi," yang berarti orang yang menyambut tamu dengan hati yang tulus dan ramah. Sebutan ini mencerminkan ajaran tentang kehangatan, keramahan, dan kesetiaan dalam berinteraksi dengan orang lain.
  • Kearifan Lokal:

    • Kangmas Semar: Sebutan "Kangmas" adalah gelar kehormatan dalam budaya Jawa yang digunakan untuk menyapa orang yang bijaksana, memiliki pengetahuan, dan dihormati oleh masyarakat. "Kangmas Semar" mencerminkan penghargaan terhadap kebijaksanaan dan kepemimpinan Semar dalam cerita wayang.
  • Penyembuh dan Pelindung:

    • Pengasih Sarwa Bhuwana: Semar kadang-kadang dikenal sebagai "Pengasih Sarwa Bhuwana," yang berarti pelindung dan penyembuh segala makhluk di alam semesta. Sebutan ini mencerminkan sifat Semar yang penuh kasih sayang dan kepedulian terhadap keberadaan semua makhluk.
  • Simbol Kebaikan:

    • Larasati: Larasati adalah sebutan atau gelar kehormatan yang mencerminkan keelokan dan kebaikan hati. Dalam konteks wayang kulit Jawa, Larasati sering digunakan untuk menyapa Semar, menggambarkan kesempurnaan moral dan karakternya yang baik.

Dari berbagai berbagai kajian yang telah dilakukan, dapat dirumusan beberapa ajaran moral kepemimpinan dari sosok Semar antara lain:

  • Asal-usul: Semar merupakan keturunan dewa namun tidak pernah bangga dengan nenek moyang dan asal usulnya. Kenyataannya, berperan sebagai manusia kelas bawah, namun memiliki kekuatan sebagai manusia kelas atas.
  • Rambut Putih: Kuncung putih yang bersih dapat melambangkan kebersihan hati dan niat yang tulus dalam memimpin. Kepemimpinan yang jujur, bersih, dan transparan adalah contoh yang baik bagi masyarakat.
  • Muka Tengadah, Mata, dan Bibir: Muka tengadah menunjukkan keberanian menghadapi tantangan, mata yang tajam melambangkan ketajaman intelektual dan pengawasan, sedangkan bibir yang bijaksana menggambarkan kebijaksanaan dalam berbicara.
  • Hidung Sunthi: Hidung sunthi melambangkan kepekaan terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat. Seorang pemimpin yang baik harus peka terhadap kebutuhan rakyat dan siap mendengarkan masukan serta keluhan mereka.
  • Telinga: Telinga yang baik adalah simbol mendengarkan dengan seksama. Pemimpin yang baik harus mendengarkan pendapat dan masukan dari bawahan serta rakyatnya, serta bersedia melakukan perubahan jika itu untuk kebaikan bersama.
  • Tangan Nuding: Tangan yang terbuka dan tidak terkepal mencerminkan kemurahan hati, kesediaan untuk membantu, serta pelayanan kepada masyarakat. Kepemimpinan yang penuh kasih sayang dan empati mampu membawa perubahan positif dalam masyarakat.
  • Badan Bunder Seser (Ngropoh): Badan yang bulat melambangkan kelapangan hati dan kesediaan untuk menerima perbedaan. Pemimpin yang inklusif dan mampu menghargai keragaman adalah teladan yang baik.
  • Pocong Dagelan: Kemampuan untuk bersikap humoris dan tidak terlalu serius dalam menghadapi tantangan adalah ciri kepemimpinan yang adaptif. Humor juga dapat mengurangi ketegangan dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
  • Pakaian Kampuh Poleng: Pakaian yang berwarna campuran mencerminkan keragaman dan keharmonisan. Pemimpin yang menghormati keragaman budaya dan agama dalam masyarakatnya akan memperkuat ikatan sosial dan menciptakan perdamaian.
  • Posisi Semar Jongkok sekaligus Berdiri: Pemimpin yang memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan perubahan, sambil tetap memiliki dasar yang kokoh dalam prinsip-prinsipnya, akan mampu membimbing masyarakat melalui berbagai tantangan.

Sebagai penutup artikel ini, penting untuk diingat bahwa pencegahan korupsi bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga penegak hukum saja, namun juga tanggung jawab setiap individu dalam masyarakat. Kepemimpinan yang bijaksana, integritas yang tinggi dan kesadaran akan nilai-nilai etika adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang bebas korupsi.

Dengan menerapkan nilai-nilai kepemimpinan Semar yang meliputi kebijaksanaan, etika, dan empati, kita dapat membangun masyarakat yang bersih, adil, dan jujur. Mari kita berjanji bersama untuk menghindari tindakan korupsi sehari-hari, mengajarkan nilai-nilai integritas kepada generasi mendatang, dan menciptakan dunia yang lebih baik untuk semua.

Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi untuk terus memerangi korupsi, menuju masyarakat yang lebih beretika dan berkeadilan. Terima kasih atas perhatian Anda. Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik tanpa korupsi.

Kuntjoro, I., & Dharmawan, A. (2010). Semar: Pemimpin yang Bijaksana dalam Wayang Kulit Jawa. Penerbit Kanisius.

Ardian Kresna, Punakawan Simbol Kerendahan Hati Orang Jawa (Yogyakarta: Narasi, 2012)

Maharsi, Simbolisme dan keselarasan sosio --budaya Jawa dalam Lakon Wayang Babad Wanamarta: Kajian Sikap dan Pandangan Hidup Jawa, (Yogyakarta: Tesis Program Studi Antropologi Pascasarjana UGM Yogyakarta, 1999)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun