Mohon tunggu...
Alin Sulastri
Alin Sulastri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hii, i'm Alin ✨

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mahkota Surga

13 September 2022   07:06 Diperbarui: 13 September 2022   07:14 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kisah ini menceritakan anak yang berasal dari keluarga kecil yang  kurang mampu, tetapi dia mempunyai mimpi yang besar dalam membahagiakan ibunya. Dia bernama Fadhil yang hidup hanya bersama ibunya. Ibunya kini sudah tua renta, ia membesarkan anak-anaknya sendirian.

***Disebuah desa terdapat keluarga kecil kurang mampu yang mempunyai anak bernama Fadhil. Pada pagi yang masih gelap gulita, ibu berjalan menuju ke kamar Fadhil kemudian membuka pintu kamarnya . 

(cengkreeekkkkkkkk.... )Ia mendekati tempat tidurnya dan berusaha membangunkan Fadhil.

"Nak, bangun udah pagi, ayo sholat subuh" ucap ibu. 

(Fadhil mulai membuka matanya sedikit demi sedikit yang terlihat masih sangat mengantuk).

"Iya bu", jawab Fadhil.

Fadhil bangun dari tempat tidur dan langsung menuju ke kamar mandi untuk berwudhu. Setelah selesai sholat, seperti biasanya Fadhil selalu membantu ibu menyiapkan barang dagangan. Fadhil terkenal anak yang baik dan berbakti kepada ibunya.

***Hari semakin petang hujan deras mengguyur tanah yang kering , saat itu ibu dan Fadhil sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi tiba-tiba ibu berkata : "Nak, setelah lulus nanti kamu ibu masukin ke pesantren ya, ibu ingin kamu menjadi anak yang sholeh, bisa bermanfaat untuk orang banyak dan menjadi penghafal Al-Qur'an". Fadhil terdiam matanya berkaca-kaca mendengar ucapan ibunya.

" Iyaa bu, Fadhil mau", jawab Fadhil.

Tentu Fadhil sangat senang karena apa yang menjadi impiannya ibu mendukung dengan memasukkannya ke pesantren. Lalu ibu memeluk Fadhil dan berkata "Fadhil, jadi anak yang sholeh ya, ibu sayang kamu, Nak".

Perkataan ibu membuat Fadhil meneteskan air mata, ia menangis sampai tersendu-sendu.

***Suatu hari, Fadhil telah lulus dari sekolah, ia mendapatkan peringkat paralel, tentu ibunya sangat bangga atas apa yang diraih anaknya. Selain Fadhil anak yang baik, ia juga terkenal pintar di sekolahnya. Kini Fadhil akan melanjutkan sekolahnya di pesantren Tahfidz Qur'an,  karena ia ingin menjadi Hafidz Qur'an dan membahagiakan ibunya.

Suatu malam Fadhil sedang mempersiapkan barang yang akan dibawa ke pesantren. Ia sangat senang karena besok sudah mulai berangkat ke pesantren dan melanjutkannya di sana, tapi ia juga sangat sedih karena harus meninggalkan ibunya sendiri di rumah. Fadhil mempunyai seorang kakak yang bernama Nur, tetapi ia sudah lama menikah dan ikut dengan suaminya di kota.

Hari mulai pagi, Fadhil sangat bersemangat, ia bangun lebih awal dari biasanya tanpa dibangunkan oleh ibunya. Fadhil bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu dan segera melaksanakan sholat subuh. Ibunya di dapur sedang menyiapkan sarapan untuk Fadhil. 

Hari ini ibu tidak berjualan seperti biasanya karena akan mengantar Fadhil ke pesantren. Setelah selesai sholat, Fadhil menghampiri ibu untuk membantu menyiapakan sarapan. Sinar mentari mulai terbit dari arah timur. 

Fadhil semakin gugup karena sebentar lagi ia tiba di pesantren. Selama perjalanan Fadhil selalu tersenyum, ibu yang melihat raut wajah anaknya ikut merasa senang dalam hatinya berkata "( Alhamdulillah, tepat hari ini anakku masuk ke pesantren, semoga kamu menjadi anak yang sholeh ya, Nak)". 

Tidak terasa air mata ibu hampir menetes dipipi. Setelah beberapa jam,  mereka tiba di pesantren. Ibu mengantarkan Fadhil masuk, tapi sebelumnya mereka duduk disebuah masjid yang ada di pesantren karena merasa sangat lelah selama perjalanan tadi.

Setelah itu, mereka masuk dan menemui pengasuh pesantren tersebut. Pengasuhya bernama Ustadz Abdullah Riziq, Ya ustadz Riziq terkenal ustadz yang paling muda dan ganteng. Tentu saja banyak disukai santriwati, hehe. Setelah berbincang lama, tiba waktunya ibu pamit pulang dan meninggalkan Fadhil.

" Semangat menuntut ilmu ya nak, semoga Fadhil selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT", ucap ibu. 

Seketika Fadhil memeluk ibu dengan sangat erat sambil menangis.

"Iya bu, doakan Fadhil supaya menjadi anak yang sholeh dan bisa menjadi tahfidz qur'an", jawab Fadhil.

Beberapa menit kemudian ibu meninggalkan Fadhil, Ia melambaikan tangan kepada Fadil. Setelah itu Fadhil masuk ke dalam kamarnya yang akan menjadi tempat tidurnya selama di pesantren. Dalam satu kamarnya ia berkenalan dengan Arul.

***Beberapa bulan kemudian. Temennya yang bernama Syahrul membuyarkan konsentrasi Fadil yang sedang menghafal Al-Qur'an saat itu.

 "Dil, kamu di panggil Ustadz disuruh ke ruangan", kata Syahrul.

Fadhil merasa bingung dan berfikir bahwa apa saya melakukan kesalahan, ia takut dipanggil karena ada kesalahan yang dibuat. Setelah sampai di depan pintu, Fadhil merasa gugup saat itu tapi ia memberanikan diri untuk masuk ke ruangan.
(Tok tok tok)..

" Assalamu'alaikum Ustad", Ucap Fadhil." 

"Wa'alaikumussalam masuk Fadhil, ini ada telepon dari kakak kamu", jawab Ustadz.

"Baik ustadz, Afwan" ( Fadil izin menepi untuk mengangkat teleponnya). 

Setelah berbincang-bincang sedikit lama Kakak Fadhil berkata :" Fadhil, kamu yang sabar dan ikhlas ya dek".

Fadhil menjawab "Iyaa kak, Fadhil disini Sabar dan Ikhlas kok dalam menghafal Al-Qur'an)". Fadhil fikir itu hanya pertanyaan biasa yang dilontarkan oleh kakaknya. Dilanjut dengan kakaknya,"Fadhil yang sabar ibu sudah pulang ke Rahmatullah, ibu sudah meninggalkan kita semua" Kata kakak. Fadhil merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan kakaknya. 

Ia menjawab,"Jangan bercanda kak".  

" Bener dek, ikhlas ya terima apa yang sudah jadi kehendak Allah", ucap kakak. 

Seketika Fadhil terdiam, ia tidak menjawab pembicaraan kakaknya.

" Hallo dek, hallo hallo", saut kakak. Tapi tidak ada jawaban dari Fadhil hingga teleponnya terputus. Fadhil merasa lemas mendengar kabar itu. Ibunya sudah lama sakit semenjak Fadhil berada di pesantren hingga akhirnya meninggal dunia. Pada saat itu, Fadhil mulai menyendiri memikirkan ibunya sampai hafalannya tidak lancar dan sering lupa. Saat itu Fadhil duduk dilantai atas sendirian sambil melamun. Tiba-tiba Arul datang dan menghampirinya .

"Sudah dhill, jangan melamun terus, ikhlasin saja", Kata Arul.

"Bukan begitu, masalahnya sekarang saya sudah tidak bisa membahagian ibu lagi", jawab Fadhil.

"Tidak dil,  kamu masih bisa bahagiain ibumu dengan membaca al-Qur'an dan mengamalkannya, agar kamu mendapat Mahkota Syurga untuk ibumu", kata Arul. 

Perkataan Arul membuat Fadhil bersemangat lagi dalam menghafal Al-Qur'an. Arul selalu ada untuk Fadhil sehingga mereka menjadi sahabat. 

Beberapa hari kemudian, semakin hari hafalan Fadhil semakin bagus dan banyak. Dimana saja selalu membaca Al-Qur'an hingga pada saat yang lain tidur, Fadhil masih saja membaca Al-Qur'an. Pada saat itu Arul melihat Fadhil sedang membaca Al-Qur'an, dia merasa sangat senang melihatnya bersemangat. 

Hingga suatu hari,  Fadhil merasa semakin hari hafalannya semakin baik. Ia menuliskan dalam sebuah buku dan mengucap di dalam hatinya dengan raut wajah tersenyum. "( Alhamdulillah, semenjak Arul kasih motivasi saya jadi bersemamgat, hafalan saya semakin bagus belum saja sebulan udah dapat 2 juz. Pokoknya mulai hari ini hafalan saya harus lebih baik. Saya pasti bias, Allahuakbar)". 

Tepat hari ini waktunya setor hafalan. Fadhil membacanya dengan sangat baik. Hingga ustadz berkata : "Alhamdulillah hafalan kamu makin bagus Fadhil, pertahankan dan selalu istoqomah".

Jawab Fadil dengan hati senang, "InsyaAllah tadz".


***Beberapa bulan kemudian, tiba waktunya Fadhil menghafal juz 30, ia sangat bersemangat. Dalam hatinya berkata "( Demi Mahkota Syurga untuk ibu, InsyaAllah saya siap)". Fadhil sangat senang karena kini telah menyelesaikan hafalannya.


(Sahabatnya datang  dan mengucapkan selamat)
"Selamat ya dhil", ucap Arul. 

Fadhil hanya menjawab dengan senyuman bahagia. Lalu Fadhil mengambil dan melihat foto ibu yang  selalu ia selipkan dalam Al-Qur'an. Fadhil berkata : "Bu, pokoknya Fadhil akan memberikan Mahkota Kemuliaan untuk Ibu".
~SELESAI~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun