Terlepas dari segala malapetaka dan kesuraman yang terkait dengan permintaan AI yang terus meningkat terhadap sumber daya alam dan pasokan energi, mungkin AI sendiri bisa menjadi penyelamatnya.
Mengutip dari Teachopedia, dengan memanfaatkan algoritme kompleksnya, pembelajaran mesin (ML) dapat membantu dalam berbagai aspek seperti perkiraan permintaan air, mengoptimalkan sistem daur ulang air, dan bahkan deteksi kebocoran, yang semuanya dapat membantu membalikkan hubungan satu arah AI dengan konsumsi air.
Selain itu, AI juga dapat membantu penelitian dan pengembangan teknik pendinginan udara yang lebih canggih dan efisien, seperti pendinginan perendaman skala besar, seperti yang dilakukan oleh Iceotope dan Green Revolution Cooling (GRC).
Namun, mungkin beban tersebut pada akhirnya harus ditanggung oleh raksasa teknologi itu sendiri.
Hal ini dapat mencakup relokasi pusat data AI ke lokasi yang permukaan airnya hampir tidak dapat dimanfaatkan atau mendasarkan operasinya di lokasi yang lebih sejuk, seperti yang sedang dirintis di Islandia, Finlandia, dan Norwegia.
Satu hal yang pasti: permintaan akan AI semakin meningkat, dan biaya air tidak terlihat oleh pengguna akhir --- jika membiarkan keran tetap menyala di rumah, mungkin kita akan melihatnya di tagihan air. Namun menyerang ChatGPT dan model lainnya akan menimbulkan biaya yang tidak terlihat.
Pada akhirnya, masa depan teknologi dan planet ini saling terkait. Kemajuan yang dicapai oleh AI tidak akan berarti jika kita mengorbankan sumber daya yang paling mendasar: air bersih. Sebagai masyarakat global, kita harus memastikan bahwa inovasi tidak menjadi bumerang yang menghancurkan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H