"Aku tidak tahu detailnya. Tapi Lisa terlihat sangat ketakutan, meskipun dia tetap pergi untuk menemuinya. Dia berkata, 'Aku harus mengetahui kebenarannya, Rian. Aku harus tahu apa yang ada di balik cermin itu.' Itu terakhir kali aku melihatnya hidup."
- - -
Anton duduk tegak, merasakan otaknya mulai berputar dengan cepat. Pesan dari pria misterius itu mungkin adalah jebakan, dan Lisa berjalan langsung ke dalam perangkapnya. Tapi siapa pria itu? Dan apa sebenarnya motif di balik permainan mematikan ini?
"Apa kau tahu bagaimana pria itu berhubungan dengan cermin itu?" tanya Anton lagi, berharap bisa mengorek lebih banyak informasi.
Rian menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Aku tidak pernah melihat pria itu. Aku hanya mendengar cerita dari Lisa. Tapi aku tahu bahwa setelah pertemuan itu, Lisa tidak pernah kembali."
"Dan kau tidak melapor ke polisi?" Anton menekan.
"Aku takut," jawab Rian, suaranya hampir tenggelam. "Aku takut kalau aku juga akan menjadi korban berikutnya. Setelah Lisa meninggal, aku merasa seperti diawasi. Aku merasa bayangan dari cermin itu ikut mengawasi aku."
Anton merenung dalam diam. Ada pola yang jelas mulai terbentuk. Setiap korban tampaknya diarahkan untuk melihat sesuatu di cermin sebelum mereka terbunuh. Bayangan yang dilihat oleh Lisa mungkin adalah bagian dari cara pembunuh mengontrol psikologi korban-korbannya, memaksa mereka untuk menghadapi ketakutan mereka sendiri sebelum pembunuhan terjadi. Tapi apa hubungan cermin ini dengan pembunuh?
Siska mengajukan pertanyaan yang belum terjawab. "Menurutmu, apa yang sebenarnya terjadi malam itu di rumah tua?"
Rian terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata dengan lirih, "Aku tidak tahu pasti. Tapi aku yakin bahwa pria misterius itu yang membunuh Lisa. Dia memanfaatkan obsesi Lisa terhadap cermin itu, dan mungkin juga rasa takutnya. Aku tahu ini terdengar aneh, tapi aku merasa bahwa dia menggunakan cermin sebagai alat untuk menakut-nakuti Lisa hingga dia rentan. Dan kemudian, dia membunuhnya."
- - -