Rumah ini, secara khusus, menarik minatnya karena sejarah kelam yang menyelimutinya. Lisa sering mengunjungi rumah-rumah terbengkalai seperti ini sebagai bagian dari proyek penelitiannya. Namun, apa yang seharusnya menjadi penelitian biasa ternyata berubah menjadi tragedi.
Anton dan Siska mulai menyelidiki pemilik rumah, Tuan Budi. Dia adalah pria tua yang jarang terlihat keluar dari rumahnya di pinggiran kota. Kesan pertama tentang Tuan Budi adalah bahwa dia eksentrik---seseorang yang hidup dalam dunianya sendiri.Â
Ketika Anton dan Siska tiba di rumahnya untuk menginterogasi, Tuan Budi terlihat tenang, hampir acuh tak acuh terhadap fakta bahwa ada pembunuhan di properti miliknya.
"Kami mendengar bahwa rumah tua di pinggir hutan itu milik Anda, Pak Budi," kata Anton sambil menatap tajam ke arah pria tua itu. "Bisakah Anda memberi tahu kami di mana Anda berada pada malam pembunuhan?"
Tuan Budi menghela napas panjang sebelum menjawab. "Saya berada di luar kota, di rumah anak saya. Anda bisa mengeceknya. Saya tidak pernah mendekati rumah tua itu selama bertahun-tahun."
Anton mencatat jawabannya, tetapi merasa ada sesuatu yang aneh. Meskipun Tuan Budi memberikan alibi yang kuat---bahkan anaknya mengonfirmasi bahwa ayahnya bersamanya pada malam pembunuhan---Anton merasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh pria itu.Â
Namun, tanpa bukti yang lebih jelas, mereka tidak bisa melakukan apa pun untuk menahannya.
Sambil memeriksa rumah Tuan Budi, Siska menemukan sesuatu yang menarik. Sebuah foto tua tergantung di dinding ruang tamu, memperlihatkan seorang pria yang sangat mirip dengan Tuan Budi berdiri di depan cermin yang sama dengan yang ditemukan di rumah tua. Di foto itu, cermin tampak baru, kilauannya memantulkan cahaya dengan sempurna.
"Ini cermin yang sama," gumam Siska sambil menunjukkan foto itu kepada Anton.
Anton memperhatikan foto itu dengan seksama. "Ini semakin menarik. Apakah mungkin ada hubungan antara cermin itu dan pembunuhan ini?"
Sementara itu, tim forensik melaporkan temuan penting. Mereka menemukan sidik jari yang tidak cocok dengan siapa pun yang dikenal korban atau pemilik rumah.Â